Berikut adalah penggalan kisah perjalanan Bung Karno ke Uni Soviet.
Agustus 1956. Dikisahkan dalam buku “Kunjungan Presiden Republik
Indonesia Sukarno ke Soviet Uni” itu, bahwa pada hari-hari berikutnya,
di mana pun Presiden Sukarno beserta rombongan tampak, maka mereka
bergaul dengan rakyat secara ramah-tamah.
Sebaliknya, begitu masyarakat setempat melihat wakil-wakil Indonesia,
spontan menyambut mereka dengan hangat. Demikianlah tamu-tamu disambut
di mana-mana: Di Lapangan Merah, di Kremlin, di stasiun-stasiun metro,
di pabrik pembikin kapal terbang, dll.
Presiden Sukarno mengunjungi Pameran Pertanian dan Pameran
Perindustrian Seluruh Uni Soviet. Di pavilion Uzbektistan dan Georgia,
Bung Karno melihat contoh-contoh kapas dan teh. Di pavilion “industri
pembikinan mesin” Bung Karno mencermati mobil-mobil, bagian bagian alat
turbin yangbesar, mesin penggali batu bara dan bermacam-macam mesin
lainnya.
Di bagian peternakan perhatian tamu-tamu tertarik oleh kuda-kuda yang
bagus dan cepat serta juga sapi-sapi yang memberikan susu sebanyak 8
sampai 10 ribu liter setahun. Bukan hanya itu. Dengan penuh perhatian
wakil-wakil Indonesia juga melihat gudang kesenian Rusia dan Soviet
yaitu Galeri Tretyakorskaya, di mana disimpan beribu-ribu buah ciptaan
ahli-ahli seni lukis dan seni rupa negara itu.
Dikisahkan pula tentang beragamnya acara dan destinasi yang Bung
Karno kunjungi selama berkunjung. Selain Moskow, Bung Karno mengunjungi
Leningrad, Kazan, ibu kota republik otonomi Tartar, Swerdlovsk – kota
industri terbesar di Ural, Aktyubinsk—ibu kota salah satu provinsi di
Kazakhstan, Tasjkent, Samarkand, Asjhabad, Baku, Sukhumi, Sotji,
Stalingrad. Perjalanan berkeliling negara yang sangat besar itu, dimulai
tanggal 31 Agustus malam waktu utusan-utusan Indonesia berangkat dari
Moskow ke Leningrad dengan naik kereta api.
“Saya merasa berbahagia pada saat ini berada di Leningrad sebab saya
tahu bahwa Leningrad adalah pusat permulaan daripada revolusi bangsa
Rusia. Di Leningradlah menyala dan meledak revolusi Rusia yang telah
tekenal di seluruh dunia itu,” demikian berkata Presiden Sukarno di
Stasiun Kereta Api Leningrad.
Bung Karno tidak saja berpidato di stasiun. Putra Sang Fajar itu juga
berpidato di muka rapat raksasa kaum buruh, insinyur, ahli teknik dan
pegawai di pabrik pembikinan mesin Leningrad. Sekali lagi, Presiden
Sukarno berbicara tentang kota Leningrad.
Kata Bung Karno, “Di Jakarta revolusi Indonesia meledak, di Leningrad
revolusi Rusia meledak. Mengertikah saudara-saudara sekalian apa sebab
saya berbahagia berada di kota Leningrad, apa sebab saya merasa cinta
kepadamu, apa sebab saya merasa cinta kepada segenap rakyat Leningrad?
Mengertikah saudara-saudara bahwa sekarang di antara rakyat Indonesia
dan saudara-saudara ada satu hubungan yang tidak dapat dilenyapkan oleh
siapa pun jua.”
Dalam kesempatan itu, Presiden Sukarno meminta protokol dan rakyat
Soviet tidak memanggil “Paduka Yang Mulia”. Dia minta dipanggil secara
sederhana saja, ”Bung Karno” seperti dia disebut dan dipanggil oleh
teman-teman sebangsanya.
Selanjutnya Bung Karno juga menceritakan, bahwa orang-orang Indonesia menyambut satu sama lain dengan memekik kata “Merdeka”. Presiden menganjurkan semua para hadirin memekik “Merdeka” lima kali bersama. Bung Karno lantas memekikkan kata Merdeka, spondan beribu-ribu buruh yang hadir di rapat itu mengulangi kata salam Indonesia itu dengan memekik “Mer-de-ka!” Bergemuruhlah pekik merdeka di Leningrad! (roso daras)
Bung
Karno dan rombongan berkunjung ke mausoluem W.I. Lenin dan I.W. Stalin.
Di sana, Bung Karno memberi penghormatan dan meletakkan karangan bunga
dengan tulisan dua bahasa Indonesia dan Rusia.
Follow @wisbenbae