ITS Luncurkan Mobil Listrik Generasi Kedua
Sabtu, 21 September 2013, 06:40 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya meluncurkan mobil listrik (Electric Car-EC) generasi kedua atau EC-ITS II warna merah. Anggota Tim EC-ITS II Grangsang Sotyaramadhani mengatakan body EC-ITS II berasal dari 100 persen memakai pelat baja produksi dalam negeri, termasuk kaca, alas, dan ban, kecuali baterai dan motor listrik yang masih memakai produk luar negeri. "Itu karena memang belum diproduksi di Indonesia. Untuk speedometer dan GPS, kami rancang dari Komputer Tablet yang dibongkar secara total. Speedometer-nya tidak hanya berisi informasi tentang kecepatan, tapi kekuatan baterai dan indikator lampu," katanya dalam pernyataannya, kemarin.
Tentang spesifikasi kendaraan, inisiator dan dosen pembimbing Dr M Nur Yuniarto menegaskan bahwa motornya memakai motor listrik 60 kw. "Dengan motor 60 kw, tenaga yang dihasilkan jauh lebih besar, yakni kecepatan maksimum 150 km per jam, sedangkan generasi pertama hanya 50 km per jam," katanya. Namun, katanya, jika dibandingkan dengan mobil konvensional berbahan bakar minyak, maka mobil listrik EC-ITS memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi, karena sekali charger (maksimal 10 jam dengan listrik 5 ampere 220 volt) menghasilkan efisiensi 1 : 4. "Yang jelas, tingkat safety jauh lebih aman dibandingkan dengan generasi pertama, karena mobil itu menempatkan sistem baterai bawah jok agar bisa didistribusikan ke seluruh bagian mobil," katanya seraya menyebut biaya riset dan pembuatan selama 4-5 bulan berkisar Rp400 juta," katanya. Rencananya, mobil listrik EC-ITS II akan digunakan dalam ajang APEC di Bali, Oktober mendatang. Selain itu, ITS juga berencana memproduksi dua mobil untuk riset dan sekaligus keliling kawasan kampus
http://www.republika.co.id/berita/ot...generasi-kedua
Mobil Listrik Generasi II ITS Siap Pakai
Di-Charge Hanya 30 Menit, Kecepatan 150 Km/Jam
Sabtu, 21 September 2013 , 11:19:00
SURABAYA - Mobil listrik ITS (EC ITS) generasi kedua sudah rampung. Kemarin sore (20/9) mobil itu langsung dibawa menghadap Rektor ITS Prof Triyogi Yuwono. Tak lama menunggu, mobil itu pun langsung dinaiki Triyogi bersama Ketua Tim Mobil Listrik ITS Nur Yuniarto mengelilingi halaman depan rektorat. Cepat, lincah, tanpa suara bising. Itulah kesan sebagian orang saat melihat mobil berdesain sporty merah tersebut melaju. Memang EC ITS 2.0 itu mampu berlari hingga 150 km/jam tanpa suara bising khas mobil dengan tenaga baterai listrik. Spidometernya pun memakai komputer tablet. Nur Yuniarto mengklaim mobil itu lebih sempurna daripada pendahulunya, EC ITS 1.0 berwarna putih, yang sempat terbakar beberapa waktu lalu. "Kalau yang putih dulu hanya bisa melaju 50 km per jam," katanya.
Selain itu, mobil listrik generasi kedua itu tidak perlu waktu berjam-jam untuk mengisi daya baterai. "Cukup setengah jam fast charging dengan daya besar," katanya. Mobil itu digarap sejak lima bulan yang lalu. Dia juga menjelaskan, pada mobil generasi kedua tersebut, tim mobil listrik ITS memperbaiki tingkat keamanannya. Bedanya dengan mobil listik ITS generasi pertama, baterai pada mobil generasi kedua tidak kentara di kap atau jok belakang mobil. "Kami memang sengaja menempatkannya di jok bawah sehingga distribusi beratnya merata dan aman," tuturnya.
Mobil dengan berat mencapai 1.500 kilogram itu pun dibuat dengan menelan biaya riset hingga Rp 400 juta. Nur juga menjelaskan bahwa mobil listrik tersebut lebih hemat empat kali lipat daripada mobil dengan bahan bakar bensin. "Kalau mobil biasa 1 liter 10 kilometer. Dengan mobil ini, bisa empat kali lipatnya, hingga 40 kilometer," jelasnya. Di sisi lain, Triyogi mengapresiasi penyelesaian mobil listrik yang tepat waktu sesuai dengan jadwal semula pada 20 September 2013. Dia bangga lantaran ITS bisa menunjukkan kepada Kemendikbud karena bisa membuat mobil nasional berkelas.
Namun, dia berharap karya ITS itu juga diapresiasi penuh oleh pemerintah agar bisa diproduksi masal. "Selama ini koordinasi antara akademisi, pebisnis, dan pemerintah di Indonesia sangat lemah," katanya. Karena itu, banyak produk dalam negeri yang potensial untuk dikembangkan malah gugur. Dia mencontohkan kebijakan mendatangkan mobil murah impor oleh pemerintah. Kebijakan itu justru membuat cita-cita proyek mobil nasional jauh dari realisasi. "Kapan kita bisa maju kalau semuanya impor. Ada potensi, tapi industri dalam negeri tidak bisa menangkap," katanya. Triyogi menyatakan akan membuka tangan sebesar-besarnya bila ada pabrikan yang mau melirik mobil karya ITS itu untuk diproduksi secara masal di Indonesia. "Tentu kami butuh goodwill dari pemerintah dan industri untuk mengembangkan menjadi skala masal," jelasnya. Sesuai dengan rencana, mobil itu dan mobil generasi pertama yang berwarna putih akan dibawa Kemendikbud untuk dipamerkan di ajang APEC Oktober 2013.
Kecewa dengan LCGC, ITS Luncurkan EC-ITS II
Jumat, 20 September 2013, 23:33 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya meluncurkan mobil listrik generasi kedua atau EC-ITS II warna merah untuk menyaingi mobil murah yang digagas pemerintah. "Kami kecewa dengan kebijakan mobil murah, karena hal itu akan mematikan mobil nasional dan mobil nasional akan semakin jauh dari cita-cita. Kalau semua impor, kapan kita bisa membuktikan," kata Rektor ITS Tri Yogi Yuwono, Jumat (20/9). Ia menambahkan, ITS sudah siap untuk mendukung mobil nasional dengan 90 persen komponen dalam negeri. "Mobil listrik EC-ITS II warna merah yang melengkapi mobil listrik EC-ITS I yang masih sedang perbaikan pasca-terbakar membuktikan kesiapan ITS untuk tugas mobil nasional itu, tapi semuanya bergantung goodwill pemerintah," lanjutnya.
Menurut dia, ITS hanya lembaga riset yang memiliki inovasi teknologi dan sumber daya manusia (SDM). Sedangkan produksi massal hanya bisa dilakukan oleh pabrikan. "Di sini dibutuhkan kerja sama ABG, yakni akademisi, businessman dan government," katanya. Secara terpisah, anggota Tim EC-ITS II Grangsang Sotyaramadhani mengatakan bodi mobil ini 100 persen memakai pelat baja produksi dalam negeri. Termasuk kaca, alas, dan ban, kecuali baterai dan motor listrik yang masih memakai produk luar negeri. "Itu karena memang belum diproduksi di Indonesia. Untuk spedometer dan GPS, kami rancang dari Komputer tablet yang dibongkar secara total. Speedometer-nya tidak hanya berisi informasi tentang kecepatan, tapi kekuatan baterai dan indikator lampu," katanya.
Inisiator dan dosen pembimbing, M Nur Yuniarto menambahkan, unit ini menggunakan motor listrik 60 kw. Sehingga, kecepatan yang dihasilkan maksimum 150 km per jam. Jauh lebih baik ketimbang generasi pertama yang hanya 50 km per jam. Jika dibandingkan dengan mobil konvensional berbahan bakar minyak, ujarnya, maka EC-ITS memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi. Karena sekali pengisian baterai (maksimal 10 jam dengan listrik 5 ampere 220 volt) menghasilkan efisiensi 1:4. "Yang jelas, tingkat safety jauh lebih aman dibandingkan dengan generasi pertama. Karena mobil itu menempatkan sistem baterai di bawah jok agar bisa didistribusikan ke seluruh bagian mobil," katanya seraya menyebut biaya riset dan pembuatan selama 4-5 bulan berkisar Rp 400 juta. Rencananya, mobil listrik EC-ITS II akan digunakan dalam ajang APEC di Bali, Oktober mendatang. Selain itu, ITS juga berencana memproduksi dua mobil untuk riset dan sekaligus keliling kawasan kampus.