GuidePedia

 
 
Perdebatan tentang ucapan atau perayaaan Natal bagi kaum Muslim tidak hanya terjadi di Indonesia. Bahkan terjadi di Amerika Serikat (AS).

Di saat hari Natal tiba, kaum minoritas Muslim AS lebih banyak mengisi acara dengan berkumpul dengan komunitas Muslim lain atau tetangga.

“Saya tidak menganggap adanya hari Natal, karena saya tidak ingin membingungkan anak-anak,” kata Nadeen Fasi, dikutip OnislamNet dari Illume Magazine pada hari Rabu, 25 Desember 2013.

Ia percaya bahwa Yesus (Nabi Isa, red) seorang Nabi , tetapi pada saat yang sama seluruh ide tentang Natal dan pohon Natal bukanlah keyakinan Islam yang ia yakini.

Ia juga selalu menjelaskan pada anaknya bahwa Natal bukan satu-satunya hari libur nasional. Begitu juga pada peringatan Halloween.Dari ketiga anaknya, mereka satu-satunya anak di kelas yang tidak mengenakan kostum.

“Saat perayaan Halloween anak-anak tidak boleh memakai pakaian seram,” kata Fasi.

Oleh karena itu, agar semua anaknya tertarik para perayaan Hari Besar Islam, ia selalu membuat pesta dan hari libur Islam jauh lebih menarik dan meriah untuk semua anaknya .

“Saya memberitahu anak-anak bahwa kita tidak merayakan Natal karena itu bukan liburan kami dan mereka benar-benar menerima, ujar Fasi.

“Saya ingin buat anak-anak berkesan dengan hari besar agama Islam,” tuturnya.

Fasi menjelaskan jika ia tidak melawan orang lain merayakan Natal karena itu menyangkut keyakinan masing-masing. Hanya dirinya berusaha membesarkan anak-anaknya untuk lebih tahu dan mengenal warisan Islam.

Perdebatan tentang merayakan Natal adalah tak terbatas pada warga Muslim , bahkan meluas kepada para pemimpin agama dari komunitas Muslim.

Abdul Latif Berry, seorang pemimpin komunitas Muslim Marja’iya di AS, mengatakan bukan hal haram haram memiliki pohon Natal karena ia percaya Yesus (Nabi Isa anak Mariam, red) juga diakui sebagai Nabi dalam Islam. Karena itu, perdebatan menyangkut perbedaan agama Islam-Kristen bukanlah menjadi masalah.

“Kami percaya Yesus lahir sekitar waktu ini atau dekat dengan saat ini , tapi terlepas dari perdebatan itu , seharusnya tidak menjadi masalah bagi kami, ” kata Berry.

Sementara itu, Imam Mohammad Elahi , pemimpin agama Islam di parlemen di Dearborn Heights mengatakan Natal telah berubah menjadi acara yang lebih komersial dibanding perayaan agama.

“Natal telah kehilangan semangat dan inilah mengapa kita lihat ada penyalahgunaan alkohol lebih banyak dan kecelakaan tahun ini, ” kata Imam Elahi. [yy/hidayatullah.com] 
 

Beli yuk ?

 
Top