Jember - Masyarakat Kabupaten Jember, Jawa Timur, memberikan bantuan kepada puluhan warga muslim Rohingya, asal Myanmar. Mereka kini ditampung di sebuah hotel di Jember, setelah ditangkap aparat Kepolisian Resor Banyuwangi karena menjadi imigran gelap yang hendak ke Australia.
Bantuan datang dari perorangan, organisasi atau kelompok masyarakat, seperti Muhammadiyah, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), serta komunitas Grebek Sedekah. Bantuan berupa barang-barang kebutuhan, di antaranya makanan-minuman siap saji, peralatan mandi, dan perlengkapan untuk perempuan dan bayi.
"Mereka saudara kita sesama muslim yang kabur dari negaranya demi mempertahankan iman. Kita harus membantunya," kata Ketua Tanfidziyah PCNU Jember KH. Abdullah Syamsul Arifin, Kamis, 18 April 2013.
Aktivis komunitas Grebek Sedekah Nanda Melati Gracezabilla mengatakan, pemberian bantuan adalah bentuk dari kepedulian warga Jember untuk para imigran yang terusir dari negara asalnya. "Ini wujud solidaritas kemanusiaan kami untuk para pengungsi," ujarnya.
Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Kantor Imigrasi Jember Haryo Sakti tidak mempermasalahkan bantuan dari masyarakat Jember itu. "Tidak masalah, meskipun kebutuhan para imigran itu sudah dipenuhi oleh kita dan IOM (Internastional Organization for Migration)," ucapnya.
Jumlah imigran asal Rohingnya yang ditampung di hotel itu menjadi 68 orang. Sebelumnya 55 orang. Aparat Polres Banyuwangi terus melakukan penangkapan dari tempat persembunyiannya. Setelah dilakukan pemeriksaan, 14 orang di antaranya memiliki paspor Myanmar yang masih berlaku hingga 2015, 2017 dan 2018. "Kami tetap menyebut mereka imigran ilegal, karena tidak melalui tempat pemberangkatan dan pemeriksaan keimigrasian, seperti di bandara maupun pelabuhan," tutur Haryo Sakti.
Nama yang tertera dalam paspor bukan nama mereka akui sebagai nama sebenarnya. Mereka menggunakan nama khas etnis Rohingnya, seperti Zaw Min Thoo, Min Thit Thuren, dan Maung Maung Lin.
Rahman Makmun dan Salimuddin, misaknya, menjelaskan mereka menggunakan nama itu karena tidak mungkin bisa membuat paspor jika mengaku nama dan agama yang sebenarnya. "Impossible. We are moslem. Our real name indicates moslem identity," kata Rahman Makmun.
Follow @wisbenbae