GuidePedia


 
Wawancara Eksklusif: Arim Nasim, Ketua Lajnah Maslahiyah DPP HTI


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemarin menunjuk Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)Muhammad Chatib Basri sebagai Menteri Keuangan yang baru. Mengapa harus Chatib Basri? Lantas bagaimana nasib neoliberalisme ke depannya? Temukan jawabnya dalam wawancara wartawan mediaumat.com dengan Ketua Lajnah Maslahiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia Arim Nasim. Berikut petikannya.


Presiden SBY akhirnya memilih Chatib Basri sebagai Menteri Keuangan. Bagaimana pendapatAnda?


Saya lihat pengangkatan Chatib Basri ini perpaduan antara kepentingan politik lokal dan kepentingan kapitalisme global yang arahnya untuk mengokohkan neoliberalisme khusunya dibidang keuangan.


Maksudnya kepentingan politik lokal?


Ya, Selama ini diisukan Pak Hatta akan menggantikan Agus Marto, tapi setelah presiden bertemu dengan Aburizal Bakri ketika berbicara tentang kenaikan BBM, ARB justru menyetujui Chatib sebagai Menkeu. Padahal Chatib adalah kolega utama Sri Mulyani yang notabene rival Ical. Sehingga timbul rumor penganngkatan Chatib ini sebagai pengaman tentang informasi kucuran Century yang mengalir hingga Lumpur Lapindo.


Lalu kalau kepentingan kapitalisme global?


Menurut saya, sudah menjadi rahasia umum, Chatib Basri merupakan kader terbaik ‘rezim berkeley’. Dia adalah penganut setia pemikiran ekonomi neoliberal. Hal ini bisa kita lihat dari lontaran-lontaran dia terkait liberaisasi dan privatisasi.


Contohnya?


Mengenai privatisasi yang dilakukan pemerintah terhadap BUMN, menurut Chatib Basri adalah sesuatu yang wajar karena negara yang sama sekali menolak campur tangan swasta adalah negara komunis.


Dari sisi pengalaman kerja dia banyak terlibat menjadi konsultan di sejumlah lembaga internasional, seperti Bank Dunia, USAID, AUSAID, OECD, hingga UNCTAD. Kita tahu lembaga-lembaga tersebut yang berperan besar dalam meliberalkan ekonomi Indonesia.


Sementara dalam masalah kenaikan BBM, dengan entengnya dia meminta masyarakat untuk tidak terlalu khawatir. Sebab, dampak kenaikan harga BBM tidak akan berselang lama.


Dari sisi kelembagaan , Chatib mewakili endorsement beberapa kekuatan International Financial Institutions (IFI’s) seperti Bank Dunia, IMF dan ADB.


Kalau begitu, ke depan neoliberalisme semakin kokoh?


Ya, menurut saya privatisasi akan semakin menggila dan subsidi akan semakin dipangkas. Ujung-ujungnya rakyat akan semakin menderita.[]

[www.globalmuslim.web.id]

Beli yuk ?

 
Top