Tidak jauh dari pasar Patra, Duri Kepa, Jakarta Barat, terdapat jalan padat penduduk bernama Beringin. Di tempat ini terdapat rumah guru spiritual yang akrab disapa Eyang Subur. Rumah bercat putih tersebut berada di tengah-tengah rumah sederhana dan terbelah oleh jalan umum, hingga membentuk sebuah terowongan.
Di bagian kiri terdapat area parkir mobil dan juga musala yang biasa dipakai oleh murid-murid eyang Subur. Di sebelah kanan eyang Subur bertempat tinggal. Begitu masuk dalam ruang tamu, indra penciuman sudah disambut wangi-wangian khas dari rumah eyang Subur.
Setiap tamu yang datang harus mengisi buku tamu yang sudah disediakan. Seorang penjaga akan membantu pengunjung yang datang untuk memberikan petunjuk untuk mengisi buku tamu tersebut. Setelah mengisi nama, asal dan nomor telepon, tamu dipersilahkan menunggu. Di meja ruang tamu telah disediakan beberapa gelas kopi hitam siap minum.
Suasana sekitar ruang tamu sangat sederhana. Terdapat sekitar tiga atau empat kamar berderet dan kamar mandi. Rumah eyang Subur berbentuk lorong-lorong namun memiliki banyak sekat ruangan.
Setelah menunggu, eyang Sigit, murid dari eyang subur mau bertemu dengan media. Wawancara dilakukan di mushala rumah eyang Subur. Ditemani beberapa laki-laki yang tinggal di kediaman eyang tersebut.
"Saya turun gunung dari Salatiga buat eyang," katanya, pada Jumat 28 Maret 2013. Eyang Sigit menegaskan tidak ada ajaran sesat di tempat tersebut dan tidak benar eyang Subur melarang salat. Karena sepengetahuannya, eyang Subur justru orang yang sangat mendekatkan diri dengan Tuhan.
Adi Bing Slamet sebelumnya tak tanggung-tanggung membeberkan rahasia Eyang Subur. Ia bersama mantan pengikut Eyang Subur lainnya menuduhkan sejumlah aib dan kejahatan pria yang disinyalir melakukan ajaran sesat. Menurut Adi, banyak tingkah lakunya yang tidak wajar dan di luar logika.