Banyak orang tahu Bubur Kampiun adalah khas dari Ranah Minangkabau. Orang Minang atau biasa disebut orang Padang menyebutnya Bubua Kampiun. Di setiap sudut Sumatera Barat bisa dijumpai Bubur Kampiun dengan campuran bahan yang terkadang berbeda. Saat ini Bubua Kampiun bisa didapatkan di kota-kota Sumatera Barat: Kota Padang, Bukittinggi, Payakumbuh maupun kota lainnya di Indonesia. Biasanya Bubur Kampiun disantap untuk sarapan, tapi pada bulan Ramadhan dijadikan santapan berbuka, rasanya manis dan legit.
Sejarah Asal Mula Nama Bubur Kampiun
Pada awal 1960-an, pasca perang PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, 1958-1961) dimana banyak masyarakat yang masih trauma akibat pergolakan, untuk menghilangkan trauma tersebut dan mengembalikan keadaan/suasana ke kondisi semula maka para Ninik-Mamak/Tokoh Adat dan Masyarakat di desa Jambuair-Banuhampu, Bukittinggi mengadakan beberapa perlombaan. Kegiatannya antara lain: Lomba Layang-layang, Sepakbola, Main Kim, Lomba Kreasi Membuat Pecal dan Lomba Kreasi Membuat Bubur. Perlombaan (Championship) tersebut diikuti oleh semua lapisan masyarakat: Tua-Muda, Laki-laki, Perempuan, dari anak-anak sampai kakek/nenek.
Dalam perlombaan membuat Bubur bermacam-macam kreasi yang diciptakan oleh para peserta lomba, ada bubur yang ditambahkan Coklat, Keju dan sebagainya. Ada seorang nenek Amai Zona namanya, terlambat datang di tempat perlombaan dan tidak ada persiapan apa-apa, beliau hanya memasukkan bubur-bubur yang tidak habis dijualnya tadi pagi kedalam beberapa mangkok untuk dicicipi oleh para dewan juri.
Ketika mengumumkan nama pemenang oleh pembawa acara (seorang anak muda/SMA) dikatakan bahwa Sang Champion (Juara) Lomba Kreasi Membuat Bubur adalah Amai Zona. Ketika ditanyakan pada si nenek apa nama buburnya tersebut, sang nenek dengan bangga dan spontan menyebutnya Bubua Kampiun (Champion maksudnya), maka jadilah sampai sekarang bubur tersebut dinamai Bubur Kampiun, bubur sang juara.
sumber: minangforum.com
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !Bubur Kampiun adalah campuran yang terdiri dari: Kolak Pisang, Kolak Ubi, Bubur Sumsum, Bubur Candil, Bubur Delima, Bubur Ketan Hitam, Ketan Putih, dan Srikaya.
Sejarah Asal Mula Nama Bubur Kampiun
Pada awal 1960-an, pasca perang PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, 1958-1961) dimana banyak masyarakat yang masih trauma akibat pergolakan, untuk menghilangkan trauma tersebut dan mengembalikan keadaan/suasana ke kondisi semula maka para Ninik-Mamak/Tokoh Adat dan Masyarakat di desa Jambuair-Banuhampu, Bukittinggi mengadakan beberapa perlombaan. Kegiatannya antara lain: Lomba Layang-layang, Sepakbola, Main Kim, Lomba Kreasi Membuat Pecal dan Lomba Kreasi Membuat Bubur. Perlombaan (Championship) tersebut diikuti oleh semua lapisan masyarakat: Tua-Muda, Laki-laki, Perempuan, dari anak-anak sampai kakek/nenek.
Dalam perlombaan membuat Bubur bermacam-macam kreasi yang diciptakan oleh para peserta lomba, ada bubur yang ditambahkan Coklat, Keju dan sebagainya. Ada seorang nenek Amai Zona namanya, terlambat datang di tempat perlombaan dan tidak ada persiapan apa-apa, beliau hanya memasukkan bubur-bubur yang tidak habis dijualnya tadi pagi kedalam beberapa mangkok untuk dicicipi oleh para dewan juri.
Ketika mengumumkan nama pemenang oleh pembawa acara (seorang anak muda/SMA) dikatakan bahwa Sang Champion (Juara) Lomba Kreasi Membuat Bubur adalah Amai Zona. Ketika ditanyakan pada si nenek apa nama buburnya tersebut, sang nenek dengan bangga dan spontan menyebutnya Bubua Kampiun (Champion maksudnya), maka jadilah sampai sekarang bubur tersebut dinamai Bubur Kampiun, bubur sang juara.
sumber: minangforum.com
Follow @wisbenbae