Ilmuwan meneliti lembaran es di Tanah Hijau dan Antartika, untuk memproyeksikan pencairan es kutub yang merupakan salah satu indikator pemanasan global.
Matahari tengah malam mengitari gunung es di pantai Disko, Tanah Hijau. (Ian Joughin).
Setiap musim panas, muncul aliran air dari es yang mencair karena suhu yang memanas di lapisan es Tanah hijau. (Ian Joughin)
Permukaan air dari lembaran es Tanah Hijau yang mencair melewati kanal supra-glacial. (Ian Joughin)
Selama beberapa tahun, air bergejolak dan meluap dari cairan es yang membentuk ngarai sedalam 18 meter. (Ian Joughin)
Untuk beberapa musim panas, kanal ini terbentuk dengan membawa luapan es yang mencair. (Ian Joughin)
Danau cairan es besar (diameter sekitar 0,75 mil) merupakan salah satu dari banyak danau supra glacial yang terbentuk pada permukaan lembaran es selama periode musim panas yang terik. (Ian Joughin)
Lelehan es yang kemudian mengalir ke laut. (Ian Joughin)
Retakan-retakan es besar yang akan bertransisi menjadi es yang mengapung. (Ian Joughin)
Retakan-retakan es besar. (Ian Joughin)
Retakan es linier di Gletser pulau Pine, Antartika Barat. (Ian Joughin)
Retakan es di Gletser pulau Pine. (Ian Joughin)
Awan musim panas berputar di puncak Staccato pulau Alexander, Semenanjung Antartika. (Hamish Pritchard/ British Antartic Survey)
Anggota survey Antartika Inggris membangun kemah dekat Obelisk di pulau Alexander, Semenanjung Antartika. (Hamish Pritchard/ British Antartic Survey)
Matahari bersinar 24 jam di pulau Adelaide, Semenanjung Peninsula yang akan disusul oleh malam-malam musim dingin yang panjang. (Hamish Pritchard/ British Antartic Survey)
Hamish Pritchard dari ekspedisi survey Antartika Inggris di Herschel Heights, pulau Alexander.
Sampel batuan dapat menunjukkan apakah puncak gunung ini timbul dari lembaran es. (Mike Brian)