Kasian Céphas boleh dianggap sebagai seorang pelopor fotografi Indonesia. Jika dengar namanya bayangan kita tentu akan terngiang bahwa beliau adalah seorang Belanda, tetapi sebenarnya beliau merupan orang Jawa tulen yang berasal dari Yogyakarta. Beliau lahir di Yogya pada tanggal 15 Februari 1844 kemudian diangkat sebagai anak oleh pasangan Belanda yaitu Adrianus Schalk dan isterinya Eta Philippina Kreeft yang tinggal di Yogyakarta saat itu.
Beliau merupakan juru foto keraton disamping itu juga beliau juga merupakan seorang ordonnans atau penghubung antara keraton dan residen karena kemampuan bahasa Belanda yang ia miliki. Bagaimana dan siapa yang mengajari beliau memotret tidak diketahui, hang dikenali hingga sekarang hanyalah karya-karya foto nya yang memang banyak berasal dari keraton Yogyakarta.Karya-karya beliau sudah sangat tua dan berumur seabad.
Kasian Céphas dapat mengembangkan bakatnya melampaui tembok keraton berkat Groneman. Dokter Isaak Groneman yang berasal dari Belanda dalam usia 26 tahun dia datang ke ke Jawa lalu berpraktek sebagai dokter di Bandung, Indramayu, Banyumas dan Yogyakarta. Di Yogyakarta ia menjadi dokter pribadi Sultan. Selain berpraktek sebagai dokter ia juga gemar menulis di pelbagai bidang seperti etnografi, politik filologi atau kepurbakalaan. Kerja sama antar kedua orang itu berjalan selama lima belas tahun dimulai sejak 1883 waktu Groneman menulis sebuah buku tentang Taman Sari dilengkapi dengan foto Chepas. Tahun berikutnya terbit lagi dua karya kerjasama mereka berdua Inden Kedaton Jogjakarta (Di dalam keraton Yogyakarta) dan De Garebegs te Jogjakarta (perayaan gerebeg mulud di Yogyakarta).
Karya-karya Kasian Céphas
Tahun 1885 didirikan perhimpunan untuk ilmu-ilmu purbakala geografi, etnografi, dan bahasa (Vereeniging voor oudheid-, land-, taal- en volkenkunde te Jogjakarta. Ketua perhimpunan ini adalah Yzerma, seorang perwira zeni yang berjasa di lapangan arkeologi dan wakilnya djabat Groneman. Dalam setiap kegiatan perhimpunan tersebut Kasian Céphas merupakan fotografernya. Tahun 1890 pemerintah kolonial saat itu menyediakan dana 9000 gulden untuk mengambil foto kaki candi Borobudur yang tertutup dan 3000 lagi untuk membersihkan dan memotret Kompleks Loro Jonggrang di Prambanan. yang waktu itu masih merupakan reruntuhan. Dibantu oleh putranya Sem, Kasian Céphas menangani pekerjaan raksasa ini. Ia menghasilkan lebih dari 150 foto Borobudhur dan 64 foto Prambanan yang diterbitkan dengan teks dari Groneman, Tjandi Prambanan na de ontgraving (Candi Prambanan sesudah penggalian 1893). Sebagian foto-foto Borobudur dimasukkan ke dalam karya besar Van Erp yang biasa disebut Monografi Borobudur. Prof.N.J. Krom dalam buku ini menilai bahwa sekalipun foto-foto itu tidak mempunyai nilai seni sebaik foto Van Kinsbergen (ahli foto terkenal) hasil karya Kasian Céphas sangat baik dan terang).
Kasian Kasian Céphas, pelopor fotograi Indonesia asal Yogya yang kurang dikenal ini meninggal di Yogya pada tanggal 16 November 1912. Ia dimakamkan di pekuburan Kristen yang disebut Kerkop. Groneman, kawan dan rekan kerjanya, juga dimakamkan di tempat yang sama setelah mengakhiri hayatnya pada 2 Desember 1912, setengah bulan sepeninggal Kasian Céphas.
Sumber tulisan diambil dari hasil penelitian sarjana Perancis Caude Guillot, "Un exemple d'assimiliation a Java: Le Phothoraphe Kassian Céphas (1844-1912)", Archipel 22, 1981, 55-73.
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !
Post a Comment Blogger Facebook