Perjalanan Darat di “Outback“ Australia. Foto oleh Tourism Northern Territory.
Beberapa waktu lalu kami mengulas tentang bekerja sambil berlibur dengan Work & Holiday visa, atau biasa disebut juga Working Holiday visa. Konsep bekerja sambil berlibur tidaklah baru dan tidak mesti memiliki visa tersebut. Artinya bekerja sambil berlibur (atau jika Anda lebih suka: berlibur sambil bekerja) adalah mendapatkan penghasilan di daerah tujuan dengan bekerja kasual (santai) dengan tujuan mendapatkan uang secukupnya untuk melanjutkan perjalanan/liburan. Konsep ini berbeda dengan berlibur biasa yang menuntut adanya jumlah uang/anggaran tertentu yang bisa dihabiskan selama durasi perjalanan, tetapi tidak ada tujuan menambahnya dan langsung pulang ke daerah domisili ketika selesai.
Biasanya, jenis pekerjaan yang dilakukan bukanlah pekerjaan yang menimbulkan pajak (sektor informal), berbasis kontrak dan jangka pendek. Kemampuan/keterampilan yang dibutuhkan juga cukup sederhana, seperti memetik buah-buahan, menggarap lahan, mengupas buah, bertukang, menjadi pelayan restoran, memasak, dan mengajar. Namun tentu saja tidak menutup kemungkinan untuk jenis-jenis pekerjaan lain yang lebih membutuhkan keterampilan tinggi seperti fotografi, menulis, desain web, dan lain sebagainya.
Seperti ketentuan visa lainnya, kita tidak bisa menyeragamkan regulasi visa bekerja sambil belajar di seluruh negara di dunia. Bahkan, hanya segelintir saja negara yang menyediakan visa ini. Jadi, jangan menganggap kalau semua negara di dunia memiliki visa bekerja sambil belajar, apalagi menganggap ketentuan-ketentuannya sama!
Berikut beberapa negara yang sampai saat ini tercatat menyelenggarakan visa Work and Holiday:
- Australia
Selandia Baru
Kanada
Inggris
Jepang
Argentina
Amerika Serikat
Banyak alasan mengapa Work and Holiday ini diminati banyak orang, antara lain kesempatan bepergian dalam jangka waktu yang lama (enam bulan sampai satu tahun, bahkan lebih). Ada yang bepergian sebagai atau jeda karir setelah bertahun-tahun bekerja dan mencari pengalaman baru. Ada juga yang lulus kuliah dan melaksanakan gap year atau satu tahun berkelana di luar negeri sebelum kembali ke tanah air dan bekerja. Ada juga yang mungkin ingin menjajaki peluang pekerjaan sebenarnya di luar negeri.
Untuk lebih jelasnya tentang Work and Holiday visa ini, kami mewawancarai Anida Dyah Pratiwi, seorang pecinta perjalanan yang akan menjalankan bekerja sambil belajar di Australia selama satu tahun mulai bulan Oktober.
Apa yang dimaksud dengan “working holiday visa“, khususnya yang ditawarkan pemerintah Australia?
Sebenarnya ada dua istilah yang serupa tapi tak sama. Ada Working Holiday Visa (Subclass 417 – untuk warganegara Eropa) dan Work and Holiday Visa (Subclass 462 – untuk negara-negara Asia termasuk Indonesia & Amerika Serikat). Bedanya, kalau Working Holiday Visa bisa diperpanjang ke tahun kedua, kalau Work and Holiday Visa maksimum satu tahun saja.
Visa ini merupakan jenis kerjasama antar pemerintah yang diberikan kepada pemuda usia 18-30 tahun agar bisa traveling sambil bekerja secara legal di negara tersebut selama satu tahun lamanya.
Kenapa Anid ingin mendaftar program ini?
Career break. Istilah ini sudah terkenal digunakan di negara barat tapi tidak di Indonesia. Setelah mengalami beberapa titik emosional beberapa waktu terakhir dan empat tahun mengerjakan hal yang sama membuat saya berada pada titik jenuh dan memutuskan untuk membuat suatu perubahan besar pada hidup saya yang memang mencintai dunia perjalanan. Sometimes you have to get lost to find yourself.
Saya bukan orang yang kaya secara materi sehingga saya harus mencari cara agar bisa bertahan hidup selama perjalanan. Work and Holiday ini solusi yang tepat untuk saya.
Kenapa Australia?
Sejauh ini, hanya Australia yang memberikan keistimewaan Work and Holiday Visa pada Indonesia. Tapi kalau dipikir-pikir, kenapa tidak? Australia punya paket lengkap keindahan alam yang unik dari pedesaan, pantai, hingga gurun liar yang mengagumkan.
Apa sudah ada rencana perjalanan yang akan Anid lalui? Misalnya dari mana ke mana?
Karena saya akan pergi dalam waktu lama, saya hanya membuat gambaran umum saja.
Kemungkinan: Jakarta – Kuala Lumpur – Perth – kota-kota kecil di Western Australia – road trip ke Broome – Darwin – Alice Springs – Cairns – Great Barrier Reefs – Brisbane – Sydney – Selandia Baru – kembali ke Australia lagi – Melbourne – Tasmania dan sekitarnya. Sewaktu-waktu sangat mungkin berubah.
Apa yang akan Anid lakukan selama mengemban Working Holiday Visa?
Bekerja full-time selama beberapa bulan di satu kota, menabung. Mencari travel buddy kemudian pindah kota lain dengan cara road trip sambil eksplorasi beberapa taman nasional di Australia yang terkenal itu. Berdiam di kota lain untuk mengisi tabungan sebelum akhirnya jalan lagi. Hidup nomaden. Ada rencana untuk mengembangkan hobi seperti fotografi atau penata bunga karena visa ini memungkinkan kita untuk mengambil short course selama maksimum empat bulan.
Rencana setelah Working Holiday berakhir?
Banyak sekali yang bisa dilakukan. Terpikir untuk melanjutkan perjalanan setengah keliling dunia, membuat buku tentang perjalanan saya, mengembangkan semua hobi-hobi saya, atau mungkin saja kembali ke rutinitas lama. Semua hal mungkin terjadi, saya serahkan ke mana nasib akan membawa saya.
Kenapa belum banyak warga negara Indonesia (WNI) yang tahu dan ikut program ini?
Program ini baru ada sejak tahun 2009 jadi mungkin WNI belum familiar dengan konsep ini. Saya adalah angkatan ketiga. Sekarang sudah mulai banyak orang tahu sehingga semakin susah mendapatkannya karena pemerintah memberlakukan kuota hanya 100 orang/tahun.
Kalau boleh tahu, modal awalnya berapa?
Harga visa Rp. 2,7 juta, medical check-up sekitar Rp. 300 ribu, tiket AirAsia promo yang sudah saya beli dari tahun lalu Kuala Lumpur-Perth seharga Rp. 570 ribu. Silahkan hitung sendiri.
Tanggapan keluarga?
Mendukung dan ikut excited. Kecemasan pasti ada, namanya juga perempuan jalan sendirian untuk waktu yang lama. Tapi mereka sangat percaya bahwa ini mimpi yang harus saya wujudkan dan saya tahu apa yang saya lakukan.
Siapa pelaku perjalanan idola?
Evelyn Hannon dari @JourneyWoman yang tulisan-tulisan dan pengalamannya sangat bersahaja.
Saya juga mengidolakan sahabat-sahabat backpacker saya dari berbagai penjuru dunia yang telah singgah ke rumah saya melalui Couchsurfing.org. Cerita dan semangat perjalanan mereka sangat luar biasa dan nyata. Hal ini membuat saya yakin mimpi saya pun bisa menjadi nyata.
- Disunting oleh SA 15/10/2011
- Foto diizinkan untuk digunakan asal mencantumkan pemilik dan pranala.
Post a Comment Blogger Facebook