Selesai sudah saya mengelilingi Taman Wisata Iman di Kabupaten Dairi. Memang tidak lama saya berada disana, tapi saya rasa itu cukup buat bikin pegel kaki. Sebelum terlalu sore saya harus segera meninggalkan Sidikalang untuk menuju Pulau Samosir (Pangururan). Ternyata oh ternyata, meskipun masih sekitar jam dua siang tapi sudah tidak ada lagi angkutan ke Pangururan yang lewat Taman Wisata Iman. Kebanyakan angkutan yang lewat hanya sampai di Kota Sidikalang. Saya pun bertanya kepada seorang bapak-bapak yang ada di warung terdekat katanya masih ada angkutan ke Pangururan tapi saya harus jalan ke Simpang Tiga sektiar 500 meter dari pintu gerbang Taman Wisata Iman tadi. Lumayan buat nambah pegelnya kaki.. :D
Walaupun hanya 500 meter tapi jalan untuk ke Simpang Tiga ini sangat berdebu karena sedang ada perbaikan jalan. Sempet kepikiran untuk naik angkot, tapi udah terlanjur dapet setengah jalan jadi nanggung juga. Akhirnya saya sampai di Simpang Tiga. Oalah Simpang Tiga itu ternyata cuma persimpangan yang agak besar, ya memang simpang tiga sih. Beberapa angkutan menuju ke berbagai kabupaten lewat sini termasuk angkutan ke Sibolga, Tarutung, dan Pangururan.
Saya tanya kepada salah seorang calo yang ada di Simpang Tiga, apakah masih memungkinkan saya menuju ke Pangururan? Menurutnya angkutan ke Pangururan masih ada sampai dengan jam lima sore sementara saat itu masih jam dua lebih sedikit. Saya hanya disuruh menunggu saja, nanti kalau angkutannya sudah datang saya akan dipanggil. Ya sudah, saya menunggu di kursi depan warung yang ada di Simpang Tiga tersebut. Saya sempat agak khawatir kalau nggak ada lagi angkutan ke Pangururan karena setelah 30 menit menunggu angkutan tidak kunjung tiba. Beberapa kali angkutan yang datang dengan tujuan Sibolga dan Tarutung. Saya kembali bertanya ke beberapa orang disana yang bukan calo tersebut untuk meyakinkan diri. Namun jawabannya masih kurang meyakinkan. Ada yang bilang jam empat, ada juga bilang jam lima. Setelah menunggu lebih dari satu jam angkutan ke Pangururan datang juga. Nama angkutannya Pulo Samosir Nauli yang biasa disingkat dengan PSN. Saya dipanggil oleh si calo tadi agar segera naik ke mobil. Alhamdulillah dapat juga angkutan ke Pangururan.
Angkutan dari Simpang Tiga di Sidikalang ke Pangururan ini rata-rata berupa mobil L300. Mobil yang saya naiki sudah agak tua. Hanya ada tiga orang saja yang ada di dalam mobil termasuk saya. Mobil berjalan cukup santai, tidak seperti angkutan-angkutan di Sumatera Utara yang saya naiki sebelumnya. Mobil mulai meninggalkan Sidikalang menuju Pangururan melewati jalan yang bisa dibilang kecil, nggak terlalu halus, tapi juga nggak terlalu jelek. Kanan-kiri kebanyakan hanyalah padang rumput yang sepi. Sinyal juga datang dan pergi. Jarang sekali orang yang lewat jalur ini. Tidak lama kemudian hujan mengiringi perjalanan kami. Sopir terus mengemudikan mobil dengan santai melewati jalan yang berliku dan terus menanjak. Nggak ada yang begitu menarik sepanjang perjalanan sampai akhirnya mobil berhenti di Tele untuk menaikkan beberapa penumpang. Yah lumayan lama juga sih berhenti di Tele karena sopir juga sempat memperbaiki kaca jendela di sebelahnya yang nggak bisa ditutup. Otomatis lumayan basah juga tuh sopir. Hehe..
Saat berhenti di Tele ini beberapa penumpang turun untuk beli makanan dan oleh-oleh. Saya ikut turun beli minum sama snack yang berguna untuk membatalkan puasa nanti. Setelah 30 menit berhenti mobil kembali melanjutkan perjalanan. Kalau tadi sepanjang dari Sidikalang sampai Tele perjalanan naik terus, kalau sekarang dari Tele ke Pangururan jalannya terus menurun dan sangat berliku. Beberapa kali saya sempat melihat pemandangan Danau Toba saat turun ini. Sayangnya saya hanya bisa memandanginya saja tanpa bisa mengambil gambar. Di luar hujan deras jadi tidak memungkinkan untuk mengambil foto. Kalau Anda punya waktu yang cukup dan sedang lewat Tele, sebaiknya Anda mampir ke Menara Tele. Di Menara Tele Anda bisa memandang Danau Toba dari atas menara. Pastinya pemandangannya sangat indah apalagi kalau cuaca cerah.
Ada satu hal yang membuat saya agak ngeri melewati jalur Tele-Pangururan yaitu jalannya yang terus menuruni bukit namun dinding bukitnya itu sangat rawan lognsor. Di beberapa tempat terlihat bekas-bekas longsoran yang sudah dibersihkan. Apalagi di daerah ini masih sering turun hujan membuat peluang longsornya bukit menutupi jalan ini juga sangat tinggi. Semakin lama jalan sudah semakin datar. Danau toba sudah terlihat dekat sekali dengan jalan tapi saya belum sampai di Pulau Samosir loh. Tapi beberapa Rumah Bolon di tepi Danau Toba sudah menghiasi di sebelah kanan saya. Baru beberapa saat kemudian mobil melewati sebuah jembatan yang menghubungkan antara daratan Sumatera dengan Pulau Samosir. Jembatan ini dikenal dengan sebutan Terusan Tano Panggol. Sebuah jembatan yang kecil, pendek, dan tidak panjang. Setelah melewati Terusan Tano Panggol berarti saya sudah resmi masuk ke Pulau Samosir. Yay!! Angkutan yang saya naiki ini akan berakhir di Pangururan. Semua penumpang akan mengakhiri perjalanannya disana. Untuk perjalanan yang jarang angkutan dan sepi penumpang ini saya harus membayar 25.000 dari Sidikalang sampai Pangururan. Harga yang cukup mahal dengan lama perjalanan selama dua jam jika dibandingkan dengan tariff Medan-Kabanjahe yang sepertinya lebih jauh. Yah paling tidak sekarang saya sudah sampai di Samosir. Selamat datang di Pangururan.
http://www.wijanarko.net/2011/10/antara-sidikalang-dan-pulau-samosir.html
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !
Post a Comment Blogger Facebook