Ini bukanlah perjalanan solo saya yang pertama, tapi ini merupakan perjalanan solo yang saya lakukan untuk kesekian kalinya. Perjalanan yang tadinya dimulai dari gunung arjuno jawa timur ini direncanakan akan berakhir di gunung gede pangrango jawa barat.
Singkat cerita setelah melakukan pendakian ke gunung welirang ( gunung arjuno batal di daki karena cuaca berkabut ) dilanjutkan dengan mendaki gunung lawu dan gunung merbabu via wekas dan turun via selo sampailah saya di kaki gunung merapi. Setelah bertanya kebeberapa penduduk, tukang ojek dan pedagang setempat saya memutuskan untuk mendaki gunung merapi.
Dengan di antar tukang ojek saya sampai di pos pendakian gunung merapi. Waktu itu hari rabu tanggal 18 mei 2011 pukul 17.48 WIB. Pos pendakian ( Base camp ) tutup dan terpampang tulisan “ DILARANG MENDAKI ”. Rumah pendakipun tampak sepi tanpa ada seorangpun pendaki. Akhirnya saya bertanya kepada seorang pemuda yang berada di rumah tersebut yang ternyata merupakan penjaga Base Camp pendakian gunung merapi. Setelah beberapa lama berbincang bincang, sayapun di perbolehkan untuk mendaki walaupun hanya sampai pasar bubrah ( merupakan pos terakhir sebelum mencapai puncak gunung merapi )
Haripun berganti, setelah sholat subuh saya packing untuk melakukan pendakian ke pasar bubrah. Pada pukul 05.03 wib saya berangkat dari pos pendakian. Setelah berjalan sekitar lebih dari setengah jam saya sampai di perkebunan penduduk. Lalu ada suara berteriak “ oi tunggu…turun “ saya pun menengok ke belakang. Sepertinya ada seorang penduduk di belakang tapi berbeda punggungan. Sayapun berhenti sejenak, tapi orang tersebut tak kunjung terlihat lagi. Dan sayapun akhirnya melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian, tiba tiba seseorang muncul di hadapan saya. Seseorang dengan kain sarung menutupi wajah menyerupai ninja dengan memegang sebuah arit ( sejenis celurit pemotong rumput ). Lalu dia berteriak “ angkat tangan “. Serentak sayapun kaget dan langsung balik badan untuk kabur. Dengan sekuat tenaga saya berusaha kabur dengan meloncati kebun kebun yang ada. Sayapun terjatuh tersungkur, tas saya ditangkapnya. Diapun lalu menyeret saya untuk keluar dari jalur pendakian.
Singkat cerita setelah melakukan pendakian ke gunung welirang ( gunung arjuno batal di daki karena cuaca berkabut ) dilanjutkan dengan mendaki gunung lawu dan gunung merbabu via wekas dan turun via selo sampailah saya di kaki gunung merapi. Setelah bertanya kebeberapa penduduk, tukang ojek dan pedagang setempat saya memutuskan untuk mendaki gunung merapi.
Dengan di antar tukang ojek saya sampai di pos pendakian gunung merapi. Waktu itu hari rabu tanggal 18 mei 2011 pukul 17.48 WIB. Pos pendakian ( Base camp ) tutup dan terpampang tulisan “ DILARANG MENDAKI ”. Rumah pendakipun tampak sepi tanpa ada seorangpun pendaki. Akhirnya saya bertanya kepada seorang pemuda yang berada di rumah tersebut yang ternyata merupakan penjaga Base Camp pendakian gunung merapi. Setelah beberapa lama berbincang bincang, sayapun di perbolehkan untuk mendaki walaupun hanya sampai pasar bubrah ( merupakan pos terakhir sebelum mencapai puncak gunung merapi )
Haripun berganti, setelah sholat subuh saya packing untuk melakukan pendakian ke pasar bubrah. Pada pukul 05.03 wib saya berangkat dari pos pendakian. Setelah berjalan sekitar lebih dari setengah jam saya sampai di perkebunan penduduk. Lalu ada suara berteriak “ oi tunggu…turun “ saya pun menengok ke belakang. Sepertinya ada seorang penduduk di belakang tapi berbeda punggungan. Sayapun berhenti sejenak, tapi orang tersebut tak kunjung terlihat lagi. Dan sayapun akhirnya melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian, tiba tiba seseorang muncul di hadapan saya. Seseorang dengan kain sarung menutupi wajah menyerupai ninja dengan memegang sebuah arit ( sejenis celurit pemotong rumput ). Lalu dia berteriak “ angkat tangan “. Serentak sayapun kaget dan langsung balik badan untuk kabur. Dengan sekuat tenaga saya berusaha kabur dengan meloncati kebun kebun yang ada. Sayapun terjatuh tersungkur, tas saya ditangkapnya. Diapun lalu menyeret saya untuk keluar dari jalur pendakian.
Lalu sayapun hanya bisa berteriak “ tolong … tolong … tolong…”. Kemudian dia mengayunkan arit ke leler saya, dan sayapun menahanya dengan tangan kiri saya. Sambil menahan arit tersebut, saya terus berteriak minta tolong untuk mengharapkan bantuan. Terdengar suara sautan dari bawah “ tolong … tolong … tolong ...”. Mendengar suara tersebut perampok itupun langsung kabur. Saya pun langsung turun, dengan luka di tangan kiri saya akibat menahan ayunan arit tadi. Tak lama kemudian saya betemu beberapa penduduk. Ternyata salah satu dari mereka yang tadi berteriak menjawab teriakan saya. Setelah itu saya langsung turun lagi ke Base Camp pendakian. Setelah melihat luka yang cukup rumayan parah, saya minta di antarkan ke puskesmas terdekat. Alhasil bersaranglah 25 jahitan di jari-jari tangan kiri saya.
Semoga ini dapat menjadi pelajaran bagi diri saya pribadi, dan bagi para pengiat alam lainnya khususnya yang suka melakukan pendakian solois agar lebih berhati-hati dalam melakukan pendakian.
pas kejadian:
Semoga ini dapat menjadi pelajaran bagi diri saya pribadi, dan bagi para pengiat alam lainnya khususnya yang suka melakukan pendakian solois agar lebih berhati-hati dalam melakukan pendakian.
pas kejadian:
Post a Comment Blogger Facebook