Ternyata masih ada yang patut dibanggakan dari Indonesia. Di propinsi Riau terdapat suatu hutan tropis dataran rendah yang setelah diteliti ternyata merupakan hutan terkaya di dunia
Terletak di Kabupaten Palalawan dan Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau Hutan Tesso Nilo merupakan hutan hujan tropika dataran rendah (lowland tropical rain forest) yang tersisa di Sumatera saat ini Kawasan hutan Tesso Nilo merupakan perwakilan ekosistem transisi dataran
Apa Yang Dimiliki Tesso Nilo
Flora dan Fauna
Tahun 2001 Center for Biodiversity Management dari Australia menemukan 218 jenis tumbuhan vascular di petak seluas 200 m2 dan Hasil penelitian LIPI dan WWF Indonesia (2003) dalam petak sample plot berukuran 1 hektar ditemukan 360 jenis yang tergolong dalam: 165 marga dan 57 suku dengan rincian 215 jenis pohon dan 305 jenis anak pohon Sehingga kawasan Tesso Nilo dinobatkan sebagai hutan yang terkaya keanekaragaman hayatinya di dunia
Beberapa jenis tumbuhan yang ada di Tesso Nilo merupakan jenis yang terancam punah dan masuk dalam data red list IUCN, seperti Kayu Batu (Irvingia malayana) Kempas (Koompasia malaccensis), Jelutung (Dyera polyphylla), Kulim (Scorodocarpus borneensis), Tembesu (Fagraea fragrans), Gaharu (Aquilaria malaccensis)
Ramin (Gonystylus bancanus), Keranji (Dialium spp), Meranti (Shorea spp), Keruing (Dipterocarpus spp) Sindora leiocarpa, Sindora velutina, Sindora Brugemanii dan jenis-jenis durian (Durio spp) serta beberapa jenis Aglaia spp
Dari hasil penelitian LIPI (2003) di kawasan hutan Tesso Nilo juga ditemukan tidak kurang dari 83 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan obat dan 4 jenis tumbuhan untuk racun ikan
Tanaman obat terpenting yaitu jenis pagago (Centella asiatica) dan patalo bumi (Eurycoma longifolia)
Pagago sudah dibudidaya masyarakat lokal sedangkan patalo bumi belum dibudidaya padahal sering dimanfaatkan sebagai fitofarmaka dan memiliki nilai jual tinggi
Kawasan hutan ini mempunyai daerah yang basah dan kering sehingga memungkinkan untuk berkembangnya kehidupan satwa liar diantaranya
Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), harimau (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus), rusa (Cervus timorensis russa) siamang (Hylobathes syndactylus syndactylus), beruang madu (Helarctos malayanus malayanus)
LIPI dan WWF Indonesia (2003) melaporkan bahwa kawasan Tesso Nilo memiliki indeks keanekaragaman mamalia yang tinggi yakni 3,696 jenis dijumpai 23 jenis mamalia dan dicatat sebanyak 34 (16,5% dari 206 jenis mamalia yang terdapat di Sumatera) dimana 18 jenis berstatus dilindungi serta 16 jenis termasuk rawan punah menurut IUCN
Kawasan Tesso Nilo merupakan blok habitat gajah terpenting yang masih ada di Riau
Survei yang dilakukan olek BKSDA Riau dan WWF menunjukkan bahwa terdapat kira-kira 350 ekor gajah yang masih tersisa di Provinsi Riau
Dari jumlah tersebut sebanyak 150-180 ekor berada di Tesso Nilo Bukit Tigapuluh landscape dan sebanyak 60-80 ekor berada di Kawasn Tesso Nilo
Untuk burung tercatat 114 jenis burung dari 28 famili
Total jenis burung yang ditemukan tersebut merupakan 29% dari total jenis burung di Pulau Sumatera yaitu 397 jenis
Ada satu jenis yang merupakan catatan baru secara ilmiah untuk daerah sebarannya yaitu Kipasan gunung (Rhipidura albicollis) dan ada jenis endemik Sumatera dan Kalimantan dengan sebaran terbatas dihutan pamah, sudah terancam tetapi belum dilindungi yaitu Empuloh paruh kait (Setornis criniger)
Ancaman Utama
Ancaman yang paling nyata terhadap kawasan Tesso Nilo adalah pembalakan liar dan penjarahan lahan. Pembalakan liar terjadi hampir diseluruh wilayah di dalam hutan Tesso Nilo
Hal tersebut dipicu oleh kondisi ekonomi masyarakat di sekitar hutan serta kebutuhan akan kayu yang demikian tinggi ditambah lagi adanya akses ke dalam hutan yang sudah cukup lancar dengan dibangunnya koridor-koridor jalan di dalam hutan oleh bekas HPH dan perusahaan-perusahaan besar seperti RAPP. Pengawasan yang lemah dari instansi pemerintah di bidang ini juga menyebabkan aktivitas pembalakan liar dapat berlangsung dengan leluasa
Penjarahan dan klaim lahan juga banyak dijumpai di kawasan hutan Tesso Nilo. Pelaku umumnya adalah masyarakat setempat yang kondisi ekonominya terbatas serta memerlukan lahan untuk memperluas kebun dan menggantungkan hidupnya. Namun dijumpai juga adanya masyarakat luar yang ikut melakukan pelanggaran ini dan diindikasikan banyak pejabat - pejabat yang terlibat.
Degradasi hutan Tesso Nilo mengancam kekayaan hayati yang dikandungnya Kehilangan habitat merupakan faktor utama yang mengancam kelestarian satwa besar seperti gajah dan harimau di kawasan tersebut
seekor anak gajah jantan lahir di Taman Nasional Tesso Nilo pada 31 Januari 2011 lalu (Fhoto WWF-Indonesia)
Upaya pemerintah dalam melindungi aset negara ini adalah dengan diresmikanya kawasan Tesso Nilo menjadi Taman Nasional melalui SK Menteri Kehutanan No. No. 255/Menhut-II/2004 tanggal 19 Juli Tahun 2004 dengan luas ± 38.576 ha dan melalui SK menhuta No. 663/Menhut-I/2009 tanggal 15 Oktober 2009 Kawasan TN Tesso Nilo diperluas menjadi ± 83.000 ha
Dalam pengelolaan TN Teso Nilo dalam bentuk pengelolaan bersama antara dalam Bentuk Yayasan Taman Nasional Teso Nilo
Proses pembentukan Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo dimulai tahun 2004 antara BKSDA Riau dan WWF berinisiatif pengelolaan bersama kawasan TN Tesso Nilo
Tanggal 31 Mei - 3 Juni 2005 lokakarya perencanaan strategi pengelolaan
bersama TNTN yang ditutup dengan pendandatanganan kesepakatan atas nama Visi, Misi dan progranm Yayasan TNTN
di lanjutkan pada tanggal 19 Agustus - 13 September 2005 dengan pembahasan rencana angaran dasar dan struktur Yayasan TNTN
Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !
Terletak di Kabupaten Palalawan dan Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau Hutan Tesso Nilo merupakan hutan hujan tropika dataran rendah (lowland tropical rain forest) yang tersisa di Sumatera saat ini Kawasan hutan Tesso Nilo merupakan perwakilan ekosistem transisi dataran
Apa Yang Dimiliki Tesso Nilo
Flora dan Fauna
Tahun 2001 Center for Biodiversity Management dari Australia menemukan 218 jenis tumbuhan vascular di petak seluas 200 m2 dan Hasil penelitian LIPI dan WWF Indonesia (2003) dalam petak sample plot berukuran 1 hektar ditemukan 360 jenis yang tergolong dalam: 165 marga dan 57 suku dengan rincian 215 jenis pohon dan 305 jenis anak pohon Sehingga kawasan Tesso Nilo dinobatkan sebagai hutan yang terkaya keanekaragaman hayatinya di dunia
Beberapa jenis tumbuhan yang ada di Tesso Nilo merupakan jenis yang terancam punah dan masuk dalam data red list IUCN, seperti Kayu Batu (Irvingia malayana) Kempas (Koompasia malaccensis), Jelutung (Dyera polyphylla), Kulim (Scorodocarpus borneensis), Tembesu (Fagraea fragrans), Gaharu (Aquilaria malaccensis)
Ramin (Gonystylus bancanus), Keranji (Dialium spp), Meranti (Shorea spp), Keruing (Dipterocarpus spp) Sindora leiocarpa, Sindora velutina, Sindora Brugemanii dan jenis-jenis durian (Durio spp) serta beberapa jenis Aglaia spp
Dari hasil penelitian LIPI (2003) di kawasan hutan Tesso Nilo juga ditemukan tidak kurang dari 83 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan obat dan 4 jenis tumbuhan untuk racun ikan
Tanaman obat terpenting yaitu jenis pagago (Centella asiatica) dan patalo bumi (Eurycoma longifolia)
Pagago sudah dibudidaya masyarakat lokal sedangkan patalo bumi belum dibudidaya padahal sering dimanfaatkan sebagai fitofarmaka dan memiliki nilai jual tinggi
Kawasan hutan ini mempunyai daerah yang basah dan kering sehingga memungkinkan untuk berkembangnya kehidupan satwa liar diantaranya
Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), harimau (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus), rusa (Cervus timorensis russa) siamang (Hylobathes syndactylus syndactylus), beruang madu (Helarctos malayanus malayanus)
LIPI dan WWF Indonesia (2003) melaporkan bahwa kawasan Tesso Nilo memiliki indeks keanekaragaman mamalia yang tinggi yakni 3,696 jenis dijumpai 23 jenis mamalia dan dicatat sebanyak 34 (16,5% dari 206 jenis mamalia yang terdapat di Sumatera) dimana 18 jenis berstatus dilindungi serta 16 jenis termasuk rawan punah menurut IUCN
Kawasan Tesso Nilo merupakan blok habitat gajah terpenting yang masih ada di Riau
Survei yang dilakukan olek BKSDA Riau dan WWF menunjukkan bahwa terdapat kira-kira 350 ekor gajah yang masih tersisa di Provinsi Riau
Dari jumlah tersebut sebanyak 150-180 ekor berada di Tesso Nilo Bukit Tigapuluh landscape dan sebanyak 60-80 ekor berada di Kawasn Tesso Nilo
Untuk burung tercatat 114 jenis burung dari 28 famili
Total jenis burung yang ditemukan tersebut merupakan 29% dari total jenis burung di Pulau Sumatera yaitu 397 jenis
Ada satu jenis yang merupakan catatan baru secara ilmiah untuk daerah sebarannya yaitu Kipasan gunung (Rhipidura albicollis) dan ada jenis endemik Sumatera dan Kalimantan dengan sebaran terbatas dihutan pamah, sudah terancam tetapi belum dilindungi yaitu Empuloh paruh kait (Setornis criniger)
Ancaman Utama
Ancaman yang paling nyata terhadap kawasan Tesso Nilo adalah pembalakan liar dan penjarahan lahan. Pembalakan liar terjadi hampir diseluruh wilayah di dalam hutan Tesso Nilo
Hal tersebut dipicu oleh kondisi ekonomi masyarakat di sekitar hutan serta kebutuhan akan kayu yang demikian tinggi ditambah lagi adanya akses ke dalam hutan yang sudah cukup lancar dengan dibangunnya koridor-koridor jalan di dalam hutan oleh bekas HPH dan perusahaan-perusahaan besar seperti RAPP. Pengawasan yang lemah dari instansi pemerintah di bidang ini juga menyebabkan aktivitas pembalakan liar dapat berlangsung dengan leluasa
Penjarahan dan klaim lahan juga banyak dijumpai di kawasan hutan Tesso Nilo. Pelaku umumnya adalah masyarakat setempat yang kondisi ekonominya terbatas serta memerlukan lahan untuk memperluas kebun dan menggantungkan hidupnya. Namun dijumpai juga adanya masyarakat luar yang ikut melakukan pelanggaran ini dan diindikasikan banyak pejabat - pejabat yang terlibat.
Degradasi hutan Tesso Nilo mengancam kekayaan hayati yang dikandungnya Kehilangan habitat merupakan faktor utama yang mengancam kelestarian satwa besar seperti gajah dan harimau di kawasan tersebut
OPERASI TESSO NILO; pembongkaran kebun kelapa sawit ilegal
seekor anak gajah jantan lahir di Taman Nasional Tesso Nilo pada 31 Januari 2011 lalu (Fhoto WWF-Indonesia)
Upaya pemerintah dalam melindungi aset negara ini adalah dengan diresmikanya kawasan Tesso Nilo menjadi Taman Nasional melalui SK Menteri Kehutanan No. No. 255/Menhut-II/2004 tanggal 19 Juli Tahun 2004 dengan luas ± 38.576 ha dan melalui SK menhuta No. 663/Menhut-I/2009 tanggal 15 Oktober 2009 Kawasan TN Tesso Nilo diperluas menjadi ± 83.000 ha
Dalam pengelolaan TN Teso Nilo dalam bentuk pengelolaan bersama antara dalam Bentuk Yayasan Taman Nasional Teso Nilo
Proses pembentukan Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo dimulai tahun 2004 antara BKSDA Riau dan WWF berinisiatif pengelolaan bersama kawasan TN Tesso Nilo
Tanggal 31 Mei - 3 Juni 2005 lokakarya perencanaan strategi pengelolaan
bersama TNTN yang ditutup dengan pendandatanganan kesepakatan atas nama Visi, Misi dan progranm Yayasan TNTN
di lanjutkan pada tanggal 19 Agustus - 13 September 2005 dengan pembahasan rencana angaran dasar dan struktur Yayasan TNTN
Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !
Post a Comment Blogger Facebook