Populasi global diproyeksikan akan mencapai angka tujuh miliar jiwa pada tahun 2011. Pencarian akan sumber energi alternatif pun terus dikembangkan. Salah satunya ialah teknologi untuk mengubah energi arus pasang surut laut menjadi listrik dengan menggunakan baling-baling. Namun, tantangan muncul terkait teknologi ini: arus pasang selalu memiliki kecepatan lambat dan energi sulit dihasilkan dari arus yang pelan.
“Kami mendesain modifikasi baling-baling baru untuk penambahan performa baling-baling agar potensial,” jelas profesor rekayasa US Naval Academy, Mark Murray. Modifikasi ini terinspirasi oleh paus bungkuk. Baling-baling tersebut dilengkapi dengan tuberkel atau tonjolan-tonjolan di tepiannya, mirip dengan tonjolan-tonjolan yang ada pada sisi terluar sirip paus tersebut.
Melalui percobaan yang dilakukan di tangki sepanjang sekitar 35 meter di US Naval Academy, tiga jenis baling-baling (satu baling-baling polos serta dua jenis lainnya dilengkapi oleh tuberkel yang telah dimodifikasi), diuji dan diperbandingkan. Dari semua kriteria pengujian, baling-baling yang memiliki tuberkel ternyata mengungguli baling-baling biasa dan terbukti lebih efektif mengekstrak energi dalam kecepatan rendah.
Hasil dari percobaan ini telah dipresentasikan dalam pertemuan American Physical Society’s Division of Fluid Dynamics (DFD) di Long Beach, California pada tanggal 22 November silam, yang diselenggarakan oleh Bulletin of the American Physical Society.
Biomimetik atau desain buatan manusia yang meniru desain alam, telah banyak dilakukan demi kemajuan teknologi. Sebelumnya, ide sirip ikan paus bungkuk dengan tuberkel ini pernah diterapkan oleh ahli biomekanika Amerika Serikat Frank Fish dalam rancangan bilah turbin yang digerakkan oleh tenaga angin untuk menghasilkan listrik.
Bentuk ikan kotak yang dinamis juga pernah mengilhami rancangan mobil Mercedes Benz berkonsep bionic untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar secara signifikan.
Buah anjang (Xanthium sp.) yang menempel di bulu anjing serta celana panjang George de Mestral ternyata memiliki kait kecil di ujung duri, menginspirasinya pada 1948 untuk menciptakan velcro.
Selain itu, sisik mirip gigi yang ada di kulit hiu atau disebut dentikula dermal, ternyata berfungsi mengurangi friksi. Hal inilah yang menginspirasi desain baju renang yang digunakan oleh peserta olimpiade, untuk mengurangi gaya hambat sehingga kecepatan pun meningkat.
Sumber: situs Bulletin of the American Physical Society
Majalah National Geographic Indonesia, April 2008, Desain Alam.
Post a Comment Blogger Facebook