Tidak ada yang berkata bahwa menjadi dokter adalah mudah. Pendidikan dan pelatihan seperti tidak berkesudahan; begitu seorang dokter lulus, jam kerja yang panjang sudah menunggunya, dan mereka berhadapan dengan keputusan antara hidup dan mati setiap harinya.
Tetapi semua itu ada balasannya. Selama bertahun-tahun dokter memiliki gaji yang besar, kemandirian yang tinggi dan penghormatan. Kondisi ini rupanya sudah mulai berubah saat ini. Di Amerika Serikat, jumlah dokter mulai menurun, sebuah buku berjudul Will the Last Physician in America Please Turn Off the Lights:
A Look at America's Looming Doctor Shortage membahas ini. Beberapa alasan yang diungkapkan di antaranya adalah tingginya biaya penanganan malpraktik, tingginya biaya praktik, reimbursement asuransi yang rendah dan beberapa batasan yag ditetapkan oleh perusahaan asuransi.
Di Amerika, sepertiga penduduknya dilindungi oleh asuransi Medicare. Sementara biaya praktik meningkat 20%, pemerintah justru memangkas pembayaran untuk dokter hingga 40%. Dan tampaknya, perusahaan asuransi lain akan mengikuti langkah ini.
Seiring biaya praktik yang meningkat, dokter-dokter berusaha menjaring pasien lebih banyak lagi agar pendapatannya tidak turun.
Masalah utama adalah tuntutan secara hukum dari pasien. Tentu saja, dokter yang berbuat kesalahan fatal dan tidak memiliki kompetensi harus bertanggung jawab. Tetapi ada bukti bahwa sebagian besar tuntutan diambil berdasarkan keputusan sembrono. 91% tuntutan justru dimenangkan tertuduh (dalam hal ini dokter).
Dari semua tuntutan, hanya 6% yang dapat diajukan ke meja hijau. Di luar itu semua, panjangnya waktu peradilan dan biaya yang dikeluarkan cukup menyita perhatian.
Post a Comment Blogger Facebook