GuidePedia

0


Jakarta - Kelompok Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah IX (NII KW IX) masih giat mendapatkan kader baru. Di Jawa Barat serta Jabodetabek, seperti, sasaran mereka yaitu mahasiswa yang indekos serta tidak cukup gaul. Ketua Forum Ulama serta Umat Islam (FUUI) Athian Ali Dai menyampaikan pencarian anggota baru NII masih terjadi. Di Bandung, kader-kadernya sekali lagi bergerak sesudah Kapolda Jabar Irjen Susno Duadji menggulung belasan pejabat tingginya di Jawa Barat pada 2008 silam.

'Dahulu menaruh harapan harus habis, kini Pak Susno nggak ada (NII) hidup kembali,' katanya di sela diskusi mengenai NII KW IX di Masjid Salman, Bandung, Sabtu (16/10). Perekrutan anggota baru tersebut menyasar ke lingkungan mahasiswa. Metode pendekatannya, ujar Athian, masih kesamaan sesuai dahulu. 'Di Bandung saya telah dapat berita tersebut,' katanya. Di sisi lain, Athian menerima berita tentang mantan anggota NII sebenarnya kelompok tersebut pada 2010 ini hendak bubar. 

Rancangan tersebut seperti skenario mula. 'Disebabkan oleh surat perjanjian politiknya telah selesai bersama rezim lama Orde Baru yang menjadikan mereka,' jelasnya. Sesudah dibubarkan, sambung dia, kelompok tersebut beritanya nanti menggunakan nama baru. Tetapi, spekulasi pembubaran NII KW IX buat berganti baju tersebut ditepis Sukanto, Ketua Tim Rehabilitasi Korban NII Sukanto. Berdasarkan dia NII tidak hendak bubar serta terus menebarkan misinya. 'Perekrutan anggota terus jalan buat perpanjangan program mengarah (Pemilu) 2014,' jelasnya usai acara yang sama. 

Misi kelompok yang awalnya menginginkan membangun negara Islam tersebut, kata dia, sekarang ini tidak nyata. Doktrin mula kepada anggota awal yaitu jihad tetapi bukan secara radikal sesuai teroris, tetapi sekarang ini berbelok mengikuti pimpinannya yang berpusat di Pesantren Al Zaytun, Cirebon, Jawa Barat. 'Memang diniatkan bukan radikal buat tujuan-tujuan politis,' jelasnya. Ia mengingat akan supaya mahasiswa waspada. Menurut pengalamannya menangani korban NII, mahasiswa merupakan sasaran lantaran mempunyai semangat tinggi. 'Mereka mencari mahasiswa yang cara memahami agamanya kurang,' jelasnya. Selain tersebut, mahasiswa yang introvert atau tidak terbuka, tidak merokok, kurang gaul, pelajar berprestasi, serta masih di rumah sewa dan jauh dari orang tua, merupakan sasaran empuk target perekrutan. Orang yang bersifat sebaliknya, biasanya dapat keluar kendati sebelumnya pernah masuk NII. 'Yang sulit keluar tersebut jikalau betah di dalam lantaran merasa disayang anggota (NII) lain sedangkan di rumah suka dimarahi keluarga,' katanya.

Tiap anggota NII diwajibkan memenuhi target memperoleh 10 anggota baru tiap bulan. Demikian pun setoran kepada pimpinannya yang setiap kawasan terstruktur semacam jabatan dimulai tingkat dari gubernur sampai kepala desa. 'Sangat banyak mantan anggota yang menyatakan wajib menipu keluarganya guna memperoleh uang tersebut,' jelasnya. Ketika menjabat sebagai anggota NII, korban dipaksa dengan cara halus buat memutuskan hubungan beserta keluarga. Tetapi penindakan NII ini, kata dia, selama ini belum tegas. Pengaduan masyarakat ditanggapi dengan lemparan kasus antara Majelis Ulama Indonesia dengan persoalan subversif yang menjadi kewajiban kepolisian. 'Padahal bisa dijerat dengan pasal pencurian, penculikan anak, dan makar, tinggal political will dari pemerintah,' katanya. ANWAR SISWADI

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top