Kepala-kepala bertutup kain berwarna jingga tampak menyembul di Selat Madura. Bola-bola yang diikatkan di pinggang mengapung mengikuti perenang-perenang itu. Penutup kepala dan bola bertuliskan nomor peserta menjadi tanda pengenal mereka.
Sebanyak 194 perwira siswa Akademi Angkatan Laut (AAL) merenangi Selat Madura, Sabtu (23/10) pagi. Mereka mulai dari Dermaga Kamal, Bangkalan, hingga finis di Monumen Jalesveva Dermaga Ujung Markas Komando Armada RI Kawasan Timur.
Baru sekitar 20 menit, perahu karet yang membawa Gubernur AAL Laksamana Muda TNI Hari Bowo kembali ke Dermaga Ujung. Perahu ini membawa Letda Mar Horiyanto ke posko kesehatan.
Tangan Horiyanto tersengat ubur-ubur. ”Tadi seperti kesetrum dan panas, rencananya berenang terus, tapi tenaganya enggak ada dan tangannya enggak bisa digerakkan,” kata Horiyanto pasrah.
Tim medis AAL segera membersihkan bekas sengatan dan menyuntik Horiyanto sebab sengatan ubur-ubur, bila tidak ditangani, bisa berakibat fatal.
Ubur-ubur memang menjadi masalah dalam renang selat. Biasanya bagian yang akan direnangi disisir terlebih dahulu, tetapi ini tidak menjamin laut bebas ubur-ubur. Tantangan lainnya adalah arus laut.
Perwira siswa pertama mencapai garis finis, Letda (Mar) Sutan Achmad Syarif Nasution (24), mengatakan, ia mengarahkan gerakannya ke kanan agar tiba pas di Monumen Jalesveva.
Letda Laut (T) Satrio Bermuda (24) tidak hanya menghadapi arus di laut. Dengan kaki kanan keseleo, dia hanya memanfaatkan kaki yang tidak sakit untuk maju.
”Ini sekali seumur hidup, apalagi dengan teman satu angkatan. Tidak masalah, yang penting sampai,” ujarnya gembira.
Renang Selat Madura ini tidak hanya diikuti perwira siswa, beberapa perwira AAL juga menjalaninya, termasuk Wakil Gubernur AAL Brigadir Jenderal (Mar) Gatot Subroto (50).
”Kakiku kram dekat finis, tetapi lanjut terus,” ujar Gatot. ”Bangga juga bisa melintasi Selat Madura bersama adik-adik, sekaligus memberi motivasi,” katanya.
Menurut Hari Bowo, renang selat digelar rutin untuk mengecek kesiapan mental perwira siswa sebelum mengabdi di korps masing-masing. Dalam renang selat tidak hanya diperlukan kekuatan fisik, tetapi juga mental. Karena itu, Horiyanto juga diperbolehkan tidak mengulang renang selat. Perwira siswa ini hendak melanjutkan berenang setelah bekas sengatan di lengannya dibersihkan di perahu karet. Semangat ini menunjukkan kekuatan mental.
Para perwira siswa ini akan menyelesaikan pendidikannya di AAL, 28 Oktober 2010. (INA)
sumber: http://cetak.kompas.com/
Post a Comment Blogger Facebook