Hilangnya dokter Rica (asal Yogyakarta) yang kemudian berhasil ditemukan kembali menjadi tabir pembuka kehebohan soal kelompok yang menamakan diri Gerakan Fajar Nusantara atau disingkat Gafatar. Setelah dokter Rica ditemukan, laporan kehilangan anggota keluarga pun lantas merebak. Di Yogyakarya sendiri, pihak kepolisian mengaku mendapatkan 16 laporan kehilangan anggota keluarga.
Pekan ini juga masuk laporan ke pihak kepolisian di Bandung, Jawa Barat, soal hilangnya seorang pelajar kelas satu SMK bernama Ichsan Ali Abdul Jabar. Remaja berusia 15 tahun itu dilaporkan hilang sejak 28 Desember 2015.
Di Garut juga dilaporkan hilangnya seorang ibu bernama Winarti (42) bersama dua anaknya, Sri Putri Rahma (18) dan Andi Permana (10). Laporan kehilangan anggota keluarga ini disampaikan Herdiadi Armajaya (suami Winarti), warga Jalan Baratayudha No 64 RT 12 RW 5 Kelurahan Regol, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut.
Ada pula laporan kehilangan anggota keluarga yang terjadi di Magelang, Jawa Tengah. Seorang pemuda bernama Andi Kurniawan (27) dilaporkan hilang sejak Oktober 2015. Andi adalah warga Perumahan Lembah Asri, Mertoyudan, Kabupaten Magelang, dan merupakan putra pasangan M Subari (58) dan Siti Sugiarti (52).
Mereka yang meninggalkan keluarganya itu dilaporkan punya kaitan dengan aktivitas kelompok Gafatar. Bahkan, sebagian pelapor mengungkapkan bahwa anggota keluarganya yang hilang itu sempat menyatakan dirinya bergabung dengan Gafatar. Nama Ahmad Mussadek yang pernah dipenjara karena mengaku sebagai nabi banyak disebut sebagai otak di balik aktivitas kelompok ini.
Hilangnya banyak orang ini adalah bagian yang sangat terlihat dari efek meresahkan kelompok tersebut. Dengan alasan ini, sebenarnya aparat berwenang, seperti kepolisian dan petugas perlindungan masyarakat di berbagai daerah bisa mulai bersikap tegas. Aktivitas kelompok ini harus diakhiri supaya tidak terus menimbulkan korban baru.
Tempat-tempat yang selama ini menjadi pusat kegiatan Gafatar semestinya ditutup segera. Orang-orang yang ada di tempat-tempat itu pun perlu langsung didata untuk diumumkan kepada masyarakat. Data soal anggota Gafatar ini akan sangat membantu polisi dan pihak keluarga dalam menemukan anggota keluarganya yang selama ini menghilang.
Tak hanya soal hilangnya sebagian warga, Gafatar juga mengundang kesesatan saat menebarkan ajaran yang bertentangan dengan agama. Kelompok ini menggabungkan berbagai agama dalam satu ajaran baru yang malah menyesatkan. Dengan kondisi ini, pemerintah seharusnya bisa proaktif untuk melindungi masyarakat dari kesesatan ajaran Gafatar.
Kehebohan Gafatar ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua. Deteksi dini terhadap aktivitas kelompok warga, seperti Gafatar semestinya bisa dilakukan. Siapa pun yang melihat keganjilan di sekitarnya bisa segera melapor kepada aparat setempat atau bisa terus memonitor aktivitasnya secara intensif. Dengan demikian, begitu penyimpangan mulai terjadi di kelompok itu, aparat setempat maupun warga di sekitarnya bisa segera mengambil tindakan.
Kasus seperti Gafatar ini sudah beberapa kali terjadi sebelumnya. Keluarga menjadi lapis pertama yang bisa menjadi benteng penangkal atas pengaruh kelompok, seperti Gafatar ini. Setelah keluarga adalah lingkungan di tingkat RT, RW, kelurahan, dan seterusnya. Jika semua lapis bisa berfungsi baik dalam melindungi warga, Gafatar lain tidak akan pernah lagi muncul di negeri ini. [yy/republika]
Doktrin Musadeq kepada Penganut Gafatar
Peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agama, Abdul Jamil Wahab, mengatakan ajaran Gerakan Fajar Nusantara tak ubahnya Al Qiyadah Al Islamiyah. Kedua organisasi itu memiliki doktrin yang sama lantaran didirikan oleh Ahmad Musadeq. "Keduanya punya inti ajaran yang sama," ujarnya, Rabu, 13 Januari 2015.
Menurut penelitian Balitbang, kata Jamil, ajaran agama tak diketahui seluruh pengikut Gafatar. Para pengikut organisasi ini umumnya mengenal Gafatar sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan. "Hanya pengikut di jajaran pengurus yang mengetahui ajaran tersebut. Mereka dilantik setelah mengucapkan persaksian di hadapan Musadeq," katanya.
Prosesi pelantikan pengurus diawali dengan wejangan Musadeq sebagai representasi roh kudus. Dalam wejangan itu, kata Jamil, Musadeq menyampaikan inti ajaran Millah Abraham yang mengajak setiap penganutnya menganut ajaran Ibrahim. Musadeq juga menyangkal status Muhammad sebagai nabi terakhir dan mengklaim dirinya sebagai Messiah baru.
Kepada para pengikutnya, kata Jamil, Musadeq mengatakan tugas kenabian Muhammad dianggap selesai setelah peradaban Islam hancur akibat perang salib di abad ke-13. Karena itu, para pengikutnya diajak berjuang menegakkan kembali norma agama (din). "Mereka meyakini, saat ini adalah fase penanamam aqidah sehingga tidak diperlukan ibadah ," katanya.
Akibat doktrin tersebut, kata Jamil, ibadah salat maupun puasa tak lagi dibutuhkan. Sebab, "Konsep ibadah itu hanya ada dalam agama, sementara yang diperlukan saat ini adalah perjuangan untuk "din", menegakkan aturan manusia secara holistik. Tugas para pengikutnya hanyalah membangun peradaban baru persis ketika Ibrahim diutus ke bumi," ujarnya.
Ajaran Millah Abraham meyakini peradaban agama baru akan lahir lewat sejumlah tahapan. Fase pertama, yang mereka sebut dengan istilah keimanan siri, adalah periode ketika keyakinan didakwahkan secara sembunyi-sembunyi. Adapun metode dakwah secara terbuka dimulai sejak 2007. Fase ini mereka sebut dengan istilah periode jihar.
Para penganut ajaran Millah Abraham juga meyakini 2014 sebagai periode ketika keyakinan diperlakukan secara buruk oleh para penguasa. Akhir dari periodisasi itu adalah saat Musadeq menyerukan para pengikutnya untuk melakukan hijrah. "Mereka sudah menyiapkan lahan baru di Kalimantan Tengah sebagai lahan pertanian dan perkebunan," kata Jamil. [yy/tempo]
Reinkarnasi Al-Qiadah Al-Islamiah
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Barat menyatakan ada indikasi organisasi masyarakat Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) merupakan reinkarnasi dari aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah pimpinan Ahmad Musadeq.
"Jadi dua tahun lalu ketika Gafatar muncul, kami melakukan pengamatan dan sudah disampaikan ke pemerintah supaya dipantau. Kenapa karena dari awal kami mencium sepertinya Gafatar itu reinkarnasi dari aliran Al-Qiyadah Al Islamiyah," kata Sekretaris Umum MUI Provinsi Jawa Barat Rafani Achyar, di Bandung, Rabu.
Ia mengatakan diawal kemunculannya dua tahun lalu Gafatar hadir sebagai organisasi sosial yang mengusung kegiatan-kegiatan sosial seperti pembinaan petani, pengobatan gratis dan pembagian sembako.
"Seperti di Subang itu mereka membina petani, memang benar-benar dibina karena ada yang ahli pertanian, kabarnya juga warga dibantu pupuk, bibit, dari sisi pelaksanaan harus demikian," kata Rafani.
Pembinaan terhadap masyarakat oleh Gafatar tersebut, menurut dia, berjalan dengan sangat baik sehingga mereka bisa dengan mudah menoktrin masyarakat.
"Jadi lama kelamaan masyarakat yang jadi binaan mereka seperti hari ini dibagi sembako, otomatis masyarakat berinteraksi terus, selama itu pula masyarakat didoktrin akhirnya meledak sekarang. Banyak laporan," ujarnya.
Oleh karena itu, ia meminta kepada kepolisian untuk segera membongkar dan menuntaskan kasus Gafatar terutama di wilayah Provinsi Jawa Barat.
"Menurut saya ini kesempatan aparat untuk membongkar, Untuk aparat ini momentum ada untuk membongkar, kalau memang sama seperti dokumen Al-Qiyadah Al-Islamiyah kan gampang tangkap tokohnya, organisasi dibubarkan, dan jamaah dibina lagi. Kami dari MUI siap (membina)," katanya.
Ia menambahkan, hari ini MUI Jawa Barat juga diundang oleh Polda Jawa Barat untuk menghadiri rapat koordinasi terkait fenomena Gafatar. "Dan laporan terbaru, ada warga Garut yang dikabarkan hilang diduga karena ikut ini (Gafatar)," ujar dia. [yy/antaranews]
Kami Percaya Ada Juru Selamat
Mantan Ketua Umum Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Mahful Tun Manurung, menyatakan para anggota ormasnya percaya akan adanya juru selamat di dunia.
Ia meyakini juru selamat itu muncul untuk menyelamatkan umat di bumi.
Pernyataan itu disampaikan Mahful, saat diwawancarai secara ekslusif oleh tvOne, Rabu 13 Januari 2016. Kata Mahful, juru selamat itu muncul sesuai dengan kearifan lokal di Indonesia.
"Entah juru selamat itu Satria Piningit, atau yang lain yang pasti kita mempercayai itu, sesuai dengan kearifan lokal," ujar Mahful.
Berbicara soal itu, Mahful juga menyatakan, ada tradisi Tuhan di alam semesta. Seperti adanya siang dan malam, hidup dan mati, hingga termasuk negeri ini. "Tetapi, sejatinya kami tidak pernah memaksakan sesuatu (untuk mempercayainya). Kami coba percaya apa yang kami yakini," ujarnya.
Terkait Ahmad Mussadek yang disebut sebagai juru selamat Gafatar, Mahful enggan berkomentar. Ia hanya menyebut, Ahmad Musaddek merupakan guru spiritual mereka dan pembina Gafatar.
"Ahmad Mussadek merupakan guru spiritual kami. Yang pasti, semua bisa jadi juru selamat. Karena, semua orang harus menjadi juru selamat buat dirinya dan orang lain," kata dia.
Terkait ormasnya, dirinya menyatakan jika Gafatar telah dibubarkan sejak 13 Agustus 2015 lalu. Namun, aktivitasnya saat ini masih berjalan, karena sejumlah alasan, di antaranya demi kemanusiaan, dan para anggotanya yang merasa tak mau kembali ke tempat tinggal asalnya.
Selain itu, putusan Mahkamah Konstitusiterhadap uji materi Undang-undang Nomor 17 tahun 2013, yang menyebutkan pemerintah tidak berhak untuk mengeluarkan putusan bahwa suatu ormas itu sebagai ormas terlarang, merupakan angin segar buat Gafatar. Artinya, Gafatar merasa masih bisa menjalankan aktivitasnya.
"Sejak 13 Agustus 2015, kami evaluasi gabungan, kami sadar diri dengan perkembangan Gafatar yang begitu pesat di 35 daerah waktu itu. Saat evaluasi, kami berkesimpulan bahwa kami diterima dengan baik oleh masyarakat. Akhirnya, kita coba untuk berjuang kembali untuk masyarakat, untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang damai dan sejahtera," kata Mahful.
"Tapi kemudian, kami diterpa isu yang luar biasa, dituding Al Islamiyah dan sebagainya, padahal Gafatar itu semua agama ada. Islam ada, Kristen ada, Katolik ada, Budha ada. Andai pun mayoritas (anggota) Islam, karena mayoritas masyarakat kita muslim."
Post a Comment Blogger Facebook