"Siapa yang tak merasa terhipnotis, melihat butiran cahaya berjuta tahun cahaya jaraknya di angkasa sana?
Saya adalah pengagum langit, sebuah kanvas besar ciptaan Tuhan yang tiap harinya selalu memberikan kejutan yang berbeda. Terutama di malam hari, Ia menciptakan gugusan bintang sebagai penghias malam, dan sebagai petunjuk bagi manusia.
Kita tinggal di galaksi bimasakti (milky way), jadi kita tak mungkin memotret keselurahan galaksi. Yang bisa kita potret adalah sebagian kecil sisi dari bimasakti.
Kecil, tapi luar biasa.
Caranya gampang sekali, serius! Ini yang kalian butuhkan :
1. Langit malam cerah
Sebetulnya memotret bintang tak perlu di gunung atau tempat tinggi. Namun, agar bintang terlihat jelas, kita tak boleh di tempat yang banyak polusi cahaya. Makanya memang lebih mudah memotret bintang di pegunungan daripada di area kota.
Ini sebetulnya bagian tersulit, sih. Hehe, paling nggak, ada alasan baru buat naik gunung dan mengeksplor tempat baru, kan?
Milky way di bukit cinta, tak ada polusi cahaya. Bintang terlihat jelas dengan mata telanjang.:
Milky way over Mt. Gede:
Mencoba memotret dari bukit Moko, kota Bandung. Terlalu banyak cahaya sehingga bintang tak nampak. Perhatikan bagian kanan bawah yang sudah overexpose karena lampu kota:
2.Cek Posisi Milky Way
Jika hanya ingin memotret bintang, mungkin bisa kapan saja. Tapi ingat, bumi kita berputar. Ada kalanya milkyway tidak terlihat dari tempat kita berdiri.
Milkyway juga akan sulit terlihat jika bulan sedang ikut nimbrung. Jadi, lebih baik kita memotret saat bulan baru muncul, sehingga malam gelap akan lebih panjang.
Banyak software untuk mengecek kondisi bintang seperti stellarium, sky guide, dan banyak sekali di app store. Di search-aja ya.
Umumnya, paling enak memotret milky way itu adalah saat April – September di arah selatan.
Masih di bukit cinta, ranu kumbolo. Canon 5d, 28 mm, 30 detik, f/2.8, iso 1600:
Taburan bintang di Rancaupas, Bandung selatan. Canon 5D, 16mm, f/2.8, 15 sec, iso 3200:
Ranupane.:
3. Set Fokus ke Infinity, Perkirakan Komposisi
Taruh dulu kameranya di tripod ya. Setelah itu fokuskan lensa ke posisi tak hingga.
Kalau di lensanya sudah ada distance scale, silakan diset ke posisi infinity, biasanya berbentuk simbol angka delapan tengkurap ∞.
Kalau nggak ada scale nya seperti lensa kit 18-55, fokus saja ke benda terjauh yang bisa difokuskan. Dan dikira-kira.
Karena saya pakai kamera poket, jadi masuk ke menu dan pilih fokus ke infinity.
Infinity focus pada kamera saya, Ricoh GR:
4. Set kamera ke diafragma & ISO tertinggi, dan coba 30 detik, Saya memakai lensa 28 f/2.8. Jadi saya test kamera saya di iso 3200, f/2.8, dan 30 detik. Kenapa 30 detik? Karena menurut pengalaman, 30 detik itu adalah waktu maksimum agar bintang tetap seperti titik, bukan sebuah garis.
Kalau lebih dari 30 detik, maka bintang akan ‘berjalan’ dan nampak seperti apa yang kita sebut sebagai light painting.
Kecuali, memang efek seperti itu yang ingin didapatkan sih. Ada yang namanya rule-600. Jadi shutter speed maksimum yang diperbolehkan agar bintang tak bergerak adalah 600 dibagi dengan focal length lensa (format 35 mm, jika APS-C dikali dulu dengan 1.5, MFT dikali 2)
Tips : gunakan iso tinggi sekali untuk cek komposisi, karena cuma butuh waktu sebentar untuk mengambilnya. Foto kiri : iso 25600 dengan speed 5 detik, Foto kanan : iso 3200 dengan speed 30 detik.:
Pulau Mansuar, Raja Ampat.:
Jadi kalau kita pakai lensa 18mm, maka waktu maksimum adalah 600/18 = 33 detik. Nggak selalu akurat karena ini tergantung dari posisi kita di bumi. Tapi, generally itu rule of thumb-nya sebagai permulaan.
Bintang di sebuah dermaga:
Normal 30 sec static star. Pulau Tomia, Wakatobi.:
Epic 7200 second exposure star trail ( 2 jam!):
Post a Comment Blogger Facebook