Kota Vang Vieng merupakan kota kecil yang berada sekitar 3-4 jam perjalanan bis dari Vientiane, ibu kota Laos. Bertahun-tahun lamanya Vang Vieng memiliki image sebagai party town, kota dimana anak-anak muda khususnya dari negara-negara Barat melampiaskan nafsu hedonismenya dengan cara minum minuman keras dan mengkonsumsi obat-obat terlarang. Mungkin sudah menjadi rahasia umum juga bahwa di Vang Vieng peredaran ‘magic mushroom’ cukup terbuka dengan ditemukannya menu-menu seperti ‘magic pizza’ atau ‘pizza bob marley’ di warung atau cafe-cafe pinggir jalan. Pusat pesta biasanya berlokasi di bar-bar yang berada di sepanjang tepi sungai Nam Song.
Titik awal tubing di sungai Nam Song
Para penikmat pesta biasanya memulai dengan tubing (mengapung dengan menggunakan ban dalam) dari depan Organic Cafe (3 km dari pusat kota). Kemudian mereka akan berhenti di bar-bar di tepi sungai tersebut untuk minum-minum, dan pesta pun dimulai. Hal lain yang menambah semaraknya pesta adalah adanya ayunan berupa tali yang digantung di pohon yang akan mengantar penggunanya terjun bebas ke tengah sungai, serta beberapa seluncuran yang sengaja dibangun untuk menarik pengunjung bar. Bagi yang ingin melihat suasana pesta di pinggir sungai Nam Song di Vang Vieng, bisa cek video berikut:
Namun sayangnya para penikmat pesta tersebut sering lepas kontrol sehingga akhirnya memakan korban. Saking mabuknya, ada yang terjun ke tengah sungai kemudian tenggelam karena tidak bisa berenang, ada yang terjun kemudian menabrak batu, dan berbagai kecelakaan lainnya. Menurut info dari orang lokal yang kami tanya, korban pesta sungai Nam Song di Vang Vieng mencapai lebih dari 20 orang. Untuk mencegah semakin banyaknya korban yang tidak diinginkan, pada bulan Agustus 2012 pemerintah pusat dari Vientiane datang ke Vang Vieng untuk menutup semua bar yang berada di pinggir sungai tersebut. Bukan hanya ditutup, tapi semua bangunan termasuk seluncurannya dihancurkan. Video laporan lengkap sebuah stasiun TV di Australia mengenai penutupan inj bisa dilihat di sini:
Tahun 2010 saya memang pernah mampir ke Vang Vieng, namun saya tidak mencoba tubing karena image aktivitas tubing saat itu memang buruk. Either you love it or you hate it. Buat para party animals, tentu itu merupakan surga, tapi buat yang kurang suka pesta yang berlebihan situasi di Vang Vieng saat itu atmosfernya kurang baik. Pengunjung Vang Vieng saat itu berumur sekitar 18-24 tahun, kebanyakan anak muda penyuka pesta. Di sore hari sepulang tubing, mereka berjalan-jalan hanya dengan bikini dam tanpa alas kaki sambil teriak-teriak saking mabuknya. Saking jeleknya image Vang Vieng, beberapa orang sengaja ‘skip’ Vang Vieng karena tidak mau berada di tengah-tengah situasi seperti itu.
Turis di Vang Vieng
Beberapa minggu yang lalu, yakni bulan Januari 2013, saya kembali mengunjungi Vang Vieng dengan penuh tanda tanya setelah mendengar berita penutupan bar tersebut. Ada yang bilang Vang Vieng jadi sepi dan tidak menarik. Saya dan Adam sempat mengobrol dengan beberapa pemilik cafe & bar yang berada di pusat kota Vang Vieng. Hampir semua warga lokal sangat senang dengan situasi Vang Vieng pasca penutupan bar. Ketiba baru ditutup memang tiba-tiba menjadi kota mati, pengunjung turun drastis. Namun ternyata kejadian tersebut mengubah atmosfer kota Vang Vieng.
Papan himbauan untuk turis di Vang Vieng
Vang Vieng sekarang mengundang pengunjung dari berbagai tipe. Bukan hanya anak muda, tapi sekarang banyak pengunjung yang datang dengan keluarga, anak kecil, bahkan pasangan usia lanjut pun datang untuk menikmati atmosfer kota Vang Vieng yang baru. Sejak ditutupnya bar di pinggir sungai, aktivitas beralih kepada lokasi-lokasi yang dulunya tidak sempat dikunjungi karena terlalu sibuk tubing. Ternyata di Vang Vieng banyak sekali gua-gua yang bisa dieksplor. Pengunjung bisa menyewa sepeda kemudian berkeliling melewati sawah dan hutan dengan pemandangan gunung-gunung batu yang menakjubkan. Ada satu gua yang berlokasi sekitar 9 km dari pusat kota, di dalamnya ada sungai yang bisa dipakai tubing. Pengunjung tinggal berpegangan dan menyusuri tali yang sudah disediakan di tengah kegelapan gua yang hanya diterangi oleh headlamp yang dipakai. Seru!
Bekas bar dan seluncuran di pinggir sungai Nam Song
Apakah tidak ada lagi kegiatan tubing di sungai Nam Song? Masih ada! Setiap hari ada sekitar 300 orang yang melakukan tubing di sungai itu. Memang tidak ada bar lagi, namun justru suasananya lebih peaceful & relaxing. Jika tidak mau basah-basahan dengan tubing, kegiatan kayaking juga cukup populer. Waktu kami tubing sepertinya lebih banyak kayak yang lewat, biasanya dalam rombongan tur. Sewaktu mengapung di sungai dengan tubing, saya melihat masih ada 1-2 spot dimana para tubers bisa berhenti untuk memesan bir dari rumah atau warung lokal, namun tidak ada lagi seluncuran atau ayunan maut.
Istirahat untuk minum-minum saat tubing
Saat mendengar penutupan bar di sungai Nam Song, kebanyakan orang berpikir itu hanya sementara dan bar-bar tersebut akan buka kembali. Namun 6 bulan sudah dilalui dan hampir semua orang (khususnya masyarakat lokal) suka dengan suasana baru kota Vang Vieng ini. Selain itu, menurut info, pemilik bar tidak akan berani membuka bar lagi karena yang menutup adalah pemerintah pusat, bukan pemerintah daerah. Justru sekarang keadaannya berubah, bagi para pengunjung yang mencari suasana party dan tidak menemukannya di Vang Vieng, ya mereka biasanya cuma stay 1-2 hari saja kemudian pergi. Sedangkan pengunjung yang memang suka dengan Vang Vieng yang sekarang akan tinggal lebih lama untuk menikmati keindahan alam Vang Vieng.
Keindahan alam Vang Vieng
Penasaran dengan situasi Vang Vieng pasca penutupan bar di sungai Nam Song ini? Ayo kunjungi saja Vang Vieng, pasti bakal suka. Kalau dari Vientiane tinggal naik bis seharga 110000 kip dengan lama perjalanan 3-4 jam. Nanti akan berhenti di statiun bis yang berada 3 km di luar pusat kota. Kalau mau jalan ya silahkan, tapi lebih lagi kalau bisa sharing tuk-tuk. Tawar saja sekitar 10.000 kip per orang.
tenang, di Bali ama Lombok masih bebas....
Follow @wisbenbae