Penyakit ginjal membuat seorang pria di China harus menjalani cuci darah 3 kali seminggu. Prosedur ini amat menguras biaya, apalagi jika dilakukan serutin itu. Maka pria yang tinggal di pedesaan itu pun membuat sendiri alat cuci darahnya.
Pria bernama Hu Songwen ini awalnya didiagnosis penyakit ginjal di tahun 1993 saat masih menjadi mahasiswa. Akibat penyakitnya, limbah sisa metabolisme tubuh tidak dapat disaring dari darah. Setelah rutin menjalani cuci darah selama 6 tahun, tabungannya ludes.
Hu tinggal di kota Qutang, Provinsi Jiangsu yang jauh dari layanan kesehatan. Maka ia membuat keputusan yang bisa dibilang gila, yaitu membuat mesin cuci darah sendiri. Walau 2 orang temannya meninggal setelah menggunakan mesin yang sama, dia tetap nekat menjalaninya.
"Biaya untuk setiap perawatan di rumah hanya 60 yuan (sekitar Rp 93 ribu) yang merupakan 12 persen dari biaya cuci darah di rumah sakit," kata Hu seperti dilansir Daily Mail, Rabu (23/1/2013).
Mesin ciptaan Hu bekerja seperti ginjal eksternal. Alatnya terdiri dari dua kompartemen yang dihubungkan oleh sebuah membran, yaitu struktur seperti film yang hanya bisa dilewati beberapa partikel kecil.
Darah dipompa oleh mesin, sedangkan cairan dialisis oleh pompa lainnya. Hu membuat cairan dialisis dengan mencampur kalium klorida, natrium klorida dan natrium karbonat hidrogen ke dalam air.
Untuk melakukan cuci darah, ia memasukkan 2 selang kecil ke lengannya yang terhubung ke mesin cuci darah. Darah dipompa keluar dari lengan melalui salah satu selang, lalu disaring dan dikembalikan ke tubuhnya lewat selang lainnya.
Penyakit ginjal yang diderita Hu membuat kandungan mineral kalium dan natrium dalam darahnya amat tinggi. Maka ia menciptakan metode cuci darah sendiri agar kadar kalium dan natrium tubuhnya sama dengan kadar pada manusia sehat.
Ketika cairan memasuki mesin, kelebihan mineral didorong keluar dari darah dan mengalir menembus membran. Dengan cara ini, limbah-limbah dari darah dapat disaring lalu dibuang. Darah yang sudah bersih dipompa masuk kembali ke dalam tubuhnya.
Penyakit Hu juga membuatnya memiliki cairan tubuh dengan tingkat keasaman yang tinggi. Gangguan ini dapat diatasi dengan memasukkan sodium hydrogen carbonate ke dalam tubuhnya. Partikel-partikel dari cairan ini akan menembus membran dan masuk ke dalam tubuhnya.
Metode ini jelas tidak sepenuhnya aman. Dokter memperingatkan Hu akan adanya risiko infeksi serius serta komplikasi karena tidak menggunakan air yang steril untuk membuat cairan dialisisnya.
Mendengar kisah Hu, pemerintah China menawarkan bantuan dengan membiayai perawatan rumah sakitnya. Namun Hu mengaku enggan menerima karena rumah sakit terdekat letaknya amat jauh.