GuidePedia

Tanpa listrik dan barang elektronik, Emma hidup sederhana di hutan.


Tinggal di hutan dan hidup sederhana, tanpa listrik dan alat elektronik, bukanlah pilihan favorit bagi semua orang. Namun, gaya hidup inilah yang dipilih oleh Emma Orbach, seorang sarjana lulusan Oxford di Inggris.

Wanita 58 tahun ini memilih tinggal seperti dalam cerita Hobbit. Tinggal di sebuah pondokan bulat satu ruang sederhana yang dinamakannya Tir Ysbrydol, yang berarti 'tanah arwah' dalam bahasa Welsh. Hidup di tengah hutan, sebatang kara, kehidupan Emma persis Bilbo Baggin dalam cerita karangan J.R.R. Tolkien tersebut.

Dalam 13 tahun terakhir, ibu dua anak ini hidup tanpa sambungan listrik dan alat elektronik di dalam hutan pegunungan West Wales. Makanan dia tumbuhkan sendiri, hanya sesekali dia pergi ke kota untuk membeli camilan.

Kesehariannya dihabiskan untuk mengurusi tiga kambing, tujuh ayam dan dua kuda miliknya. Setiap harinya, Emma harus membelah kayu bakar untuk perapian atau memasak. Air minum didapatnya dari sungai sekitar.

Hiburannya, sebuah harpa Celtic yang dimainkannya saban malam. Vegetarian ini rutin tidur jam 7.30 di atas matras woolnya yang hangat.

Jika anak-anaknya yang berusia sekitar 20-30an datang berkunjung dari London, Bristol dan Brighton, ada yang harus dipatuhi, yaitu dilarang membawa teknologi seperti ponsel atau laptop.

Emma adalah anak dari keluarga berada. Ayahnya pemain biola dan ibunya pustakawan. Setelah lulus dari Oxford jurusan bahasa China, dia menikah dengan sejarawan arsitektur Julian Orbach. Keduanya memiliki hasrat yang sama soal lingkungan. Dari sinilah kehidupan Emma yang seperti pertapa diawali.

Pasangan ini mendirikan komunitas lingkungan Brithdir Mawr di Pegunungan Preseli dekat Newport, Pembrokeshire, tahun 1993. Selama lima tahun, keduanya dan beberapa anggota komunitas menikmati kehidupan sederhana di lahan seluas 72 hektar tersebut.

Namun mimpi mereka hidup tenang di alam berakhir saat pengadilan mengusir mereka karena tidak punya izin tinggal. Delapan pondok rumput dihancurkan. Emma dan Julian bercerai, komunitas berantakan.

Bantuan Pemerintah
Emma membentuk komunitasnya sendiri pada tahun 2000. Dia sekarang justru didukung pemerintah yang memberikan bantuan dana. Bantuan ini mampu memenuhi kebutuhannya setiap bulan, termasuk pajak, perbaikan dan persediaan gandum yang memakan biaya 63 pound sterling (Rp983.845).

Saat ini dia sudah membangun enam pondokan, pemerintah setempat mengizinkan dia membangun empat lagi. Di tempat ini, dia membuat sebuah pusat pengobatan dan peristirahatan. Ada lima orang yang tinggal di komunitas tersebut.

"Saya tidak rindu sama sekali pada hal normal yang disebut realitas. Kualitas hidup, dalam pandangan saya, semakin menurun dan semuanya berjalan sangat cepat dan membuat stress," ujar Emma kepada Daily Mail, Jumat 28 Desember 2012.

Beli yuk ?

 
Top