Beberapa waktu yang lalu saya pulang ke Jogja. Biasalah rutinitas setiap beberapa bulan sekali, ada kalanya kangen pengen pulang ke Jogja. Kebetulan sekali tidak jauh dari rumah kakak ada kuliner yang sangat khas. Namanya Sate Klathak yang dijual di Pasar Jejeran, Bantul. Makanan yang satu ini belakangan sedang cukup ngetrend lho. Bahkan Dagadu juga membuat kaosnya. Karena penasaran sayapun ingin mencipinya.
Sebenarnya nggak begitu sulit menemukan penjual Sate Klathak karena sate ini hanya dijual di Pasar Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret. Warga setempat lebih sering menyebut pasar ini dengan sebutan Pasar Jejeran. Kalau kalian di Kota Jogja, berjalanlah ke arah Terminal Giwangan. Kemudian menuju ke arah Jalan Imogiri Timur. Pasar Jejeran berada tidak terlalu jauh dari terminal kok. Kalau bingung ada baiknya bertanya dengan warga lokal.
Penjual Sate Klathak di Pasar Jejeran nggak cuma satu, tapi ada beberapa. Lokasi jualannya menggunakan lokasi pasar yang saat sore atau malam hari tidak digunakan. Yup, memang penjual Sate Klathak baru buka pada sore hari. Monggo dipilih saja tempat yang menurut kalian nyaman. Saya kesana bersama dengan kakak saya jadi sudah direkomendasikan tempat yang enak. Hohoho..
Nah seperti apa sih Sate Klathak itu? Saya tidak tahu dari mana sejarah Sate Klathak berasal. Namun satu yang pasti, Sate Klathak terbuat dari bahan baku daging kambing. Hal unik yang membuatnya berbeda dari sate kebanyakan adalah daging kambing ditusuk dengan menggunakan jeruji sepeda yang sudah ditajamkan. Kemudian tusukan sate ini dipanggang di atas bara api anglo.
Sate Klathak dipanggang tidak terlalu lama. Bahkan bisa dibilang dagingnya setengah matang. Atau malah setengah mentah ya? Satu porsi Sate Klathak hanya dua tusuk saja. Tapi nggak usah khawatir sih karena irisan daging kambing besar-besar. Apalagi semua bagian adalah daging alias nggak ada lemak-lemaknya. Walaupun cuma dua tusuk sudah cukup untuk menemani makan dengan satu piring nasi.
Dalam penyajiannya, Sate Klathak tidak disajikan dengan bumbu kacang ataupun bumbu kecap seperti sate kebanyakan. Melainkan disajikan dengan kuah gulai. Daging kambing sate ini benar-benar empuk, tidak berbau, dan juicy. Mungkin efek dari pemanggangannya yang setengah matang jadi dagingnya begitu empuk. Dalam proses memanggang, sate ini juga tidak diberi bumbu. Sepertinya hanya diberi garam saja karena rasanya hanya asin. Tidak diberi kecap atau bumbu lainnya. Jadi rasanya sangat natural. Cocok banget buat saya yang memang nggak terlalu suka kecap atau rasa manis. Untuk memberikan rasa, sudah ada kuah gulai yang disiapkan. Hmm.. Nikmat sekaliii.
Sebagai teman makan sate paling enak minumnya teh poci atau jeruk panas *padahal karena nggak ada es*. Satu hal yang unik lagi, gula yang dipakai untuk menyajikan minuman di sini adalah gula batu. Udah jarang kan dapet minuman dengan gula batu di kota? Di desa masih banyak.. Hehe..
Selain menjual sate, di warung-warung ini juga menyediakan menu lain seperti gulai, tongseng, dan nasi goreng kambing. Meskipun tempatnya kurang representatif dan gelap, tapi pengunjung yang datang cukup ramai. Semakin malam malah semakin padat. Apalagi kebanyakan yang mampir bawa mobil. Dari segi harga masih terjangkau laah. Kami makan Sate Klathak tiga porsi, satu teh poci, dan dua jeruk panas cuma 48.000. Monggo kalo ke Jogja main-main ke Pleret-Bantul nyobain Sate Klathak di Pasar Jejeran...
Lihat yg lebih 'enak' di sini !