Jl. Kebon Kacang V/44
Jakarta Pusat
Tel. 391 5882
Di hadapan sejarawan kuliner, riwayat sate lembut adalah percakapan yang problematik. Sesungguhnya ia bukan masakan khas Betawi, melainkan merupakan inovasi yang sangat personal. Tapi, berkat nasib baik, ia diserap sebagai salah satu warisan kuliner Betawi. Inovasi itu bermula sekitar 60 tahun lalu, di Pasar Tanah Abang, ketika Indonesia baru merdeka, di tangan kakek dan nenek Bu Atikah.
Sate lembut merujuk kepada sate daging sapi yang dihaluskan melalui beberapa tahap dengan cara manual. Ia digiling, lalu dicincang lagi, dan kemudian ditumbuk lagi dengan menggunakan alu kayu. Setelah betul-betul lembut, baru ia diberi bumbu yang sebelumnya diulek sampai benar-benar halus lalu ditumis. Bumbu ini sendiri sedikit lain dari bumbu sate umumnya: ia terdiri dari cabe, kemiri, lengkuas, ketumbar, serai dan gula merah. Setelah dibumbui—dan ini merupakan proses terumit—gilingan daging halus dibentuk menyerupai gada kecil di sepotong tusukan bambu, lalu dibakar setengah matang. Karena teksturnya yang halus, ‘gada-gada’ ini tak jarang buyar, bahkan ketika telah dibakar setengah matang. Sampai sekarang, hanya Ibu Atikah yang sanggup membentuk ‘kelengketan’ pada tusuk bambu—sebuah tanggung jawab yang berat.
Di warung Ibu Atikah juga tersedia ketupat laksa, sate kambing dan sate manis. Sate manis ini tak ubahnya sate daging biasa, tapi yang dibumbui dengan serai, kemiri, lengkuas, cabe, gula merah dan asam.
Harga: seporsi sate Rp 20.000
Jam buka: 10.00 – 17.00
Tutup hari Minggu, hari besar, dan selama bulan puasa
Jakarta Pusat
Tel. 391 5882
Di hadapan sejarawan kuliner, riwayat sate lembut adalah percakapan yang problematik. Sesungguhnya ia bukan masakan khas Betawi, melainkan merupakan inovasi yang sangat personal. Tapi, berkat nasib baik, ia diserap sebagai salah satu warisan kuliner Betawi. Inovasi itu bermula sekitar 60 tahun lalu, di Pasar Tanah Abang, ketika Indonesia baru merdeka, di tangan kakek dan nenek Bu Atikah.
Sate lembut merujuk kepada sate daging sapi yang dihaluskan melalui beberapa tahap dengan cara manual. Ia digiling, lalu dicincang lagi, dan kemudian ditumbuk lagi dengan menggunakan alu kayu. Setelah betul-betul lembut, baru ia diberi bumbu yang sebelumnya diulek sampai benar-benar halus lalu ditumis. Bumbu ini sendiri sedikit lain dari bumbu sate umumnya: ia terdiri dari cabe, kemiri, lengkuas, ketumbar, serai dan gula merah. Setelah dibumbui—dan ini merupakan proses terumit—gilingan daging halus dibentuk menyerupai gada kecil di sepotong tusukan bambu, lalu dibakar setengah matang. Karena teksturnya yang halus, ‘gada-gada’ ini tak jarang buyar, bahkan ketika telah dibakar setengah matang. Sampai sekarang, hanya Ibu Atikah yang sanggup membentuk ‘kelengketan’ pada tusuk bambu—sebuah tanggung jawab yang berat.
Selain menjaga keutuhan sate, daging juga tak boleh dibiarkan lengket pada besi pemanggang. Untuk itu, sate kerap dilumuri minyak sayur. Ini juga yang membedakan sate lembut dengan sate buntel. Sebelum dibakar, sate buntel biasanya telah dibungkus lebih dahulu, umumnya dengan lemak. Sate lembut mempersembahkan dirinya ‘telanjang bulat’. Meski sarat bumbu, sate lembut tetap dihidangkan dengan sambal kacang.
Di warung Ibu Atikah juga tersedia ketupat laksa, sate kambing dan sate manis. Sate manis ini tak ubahnya sate daging biasa, tapi yang dibumbui dengan serai, kemiri, lengkuas, cabe, gula merah dan asam.
Harga: seporsi sate Rp 20.000
Jam buka: 10.00 – 17.00
Tutup hari Minggu, hari besar, dan selama bulan puasa
Lihat ATIKAH! by Email
Post a Comment Blogger Facebook