Setelah mendapatkan motor yang baru saya saya sewa, sekarang waktunya untuk keliling Toraja. Dari Rantepao saya mengarahkan motor saya ke arah selatan. Tepat di perempatan Karassik yang ada patung kerbau putih, saya tidak mengambil jalan yang lurus, melainkan belok kiri. Tujuan saya adalah ke objek yang paling terkenal di Toraja, apalagi kalau bukan Ke’te’ Kesu’. Namun baru berjalan tidak jauh dari patung kerbau putih tadi di sebelah kanan saya melihat plang bertuliskan “Buntu Pune”. Nah rasanya saya pernah dengar nama yang satu ini. Setelah putar arah, lalu saya arahkan motor menuju Buntu Pune sebelum menuju Ke’te’ Kesu’. Jalan masuk ke Buntu Pune agak menanjak tapi cukup bagus kok. Jalan sudah terbuat dari semen (bukan aspal) dan sepertinya masih baru. Hanya beberapa ratus meter dari jalan utama tadi saya sudah sampai di Buntu Pune. Seperti apa Buntu Pune?
Di Buntu Pune ada deretan Tongkonan (rumah adat Toraja) dengan bentuk menarik. Tongkonan di Buntu Pune total ada delapan buah yang terdiri dari dua Tongkonan induk dan enam Tongkonan yang mejadi lumbung padi. Buntu Pune ini dikelilingi oleh rerimbunan pohon yang tinggi-tinggi. Suasananya sejuk, tapi juga sepi. Hanya ada beberapa rumah warga yang ada di sekitar Buntu Pune. Pagi itu hanya saya saja turis yang datang. Mungkin masih kepagian karena jam tangan saya menunjukkan pukul 07.15. Di Buntu Pune saya hanya ditemani seekor anjing yang terus menggonggong dan bikin nyali ciut saat saya mengambil foto. Beruntung pemilik anjing segera keluar rumah sehingga anjing itu berhenti menggonggong. Serem juga kan kalau pagi-pagi udah diserang anjing. Heuheu..
Selain Tongkonan, di Buntu Pune terdapat kuburan batu. Letaknya agak di ujung dengan jalan setapak dan berada di antara rerimbunan pohon. Meskipun masih pagi, tapi suasana di kuburan batu cukup mencekam mengingat saya hanya sendirian ditambah pohon-pohon yang ada disekeliling kuburan ini sangat tinggi dan rimbun. Kenapa disebut kuburan batu? Mungkin karena tempat penguburannya berada di dinding bebatuan tebing. Pada dinding tebing terdapat peti-peti mayat yang digantungkan dengan aneka bentuk. Ada bentuk kepala babi, kepala kerbau, dan bentuk perahu. Sementara di bagian bawah tidak sedikit juga peti mayat disana. Ada peti yang masih bagus, tapi tidak sedikit pula yang sudah rapuh. Yang lebih mengerikan lagi banyak terdapat tengkorak maupun tulang-tulang berserakan. Jujur saya agak merinding juga berlama-lama di tempat ini. Bahkan tidak ada orang sama sekali yang lewat. Saya hanya bisa mendengar suara kicauan burung dan binatang yang berderik, mungkin sejenis belalang atau ular. Saya tidak menganjurkan Anda datang ke tempat ini pada sore hari apalagi menjelang malam. Pagi hari saja sudah cukup menyeramkan apalagi kalau sudah senja. Karena di objek wisata ini tidak dilengkapi penerangan sama sekali. Daripada merinding disko, dengan segera saya meninggalkan kuburan dan bergegas menuju Ke’te’ Kesu’. Ya memang inilah wisata di Toraja, kebanyakan berupa Tongkonan dan kuburan.
http://www.wijanarko.net/2012/02/merinding-disko-di-buntu-pune.html
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !
Post a Comment Blogger Facebook