"Pengajian Jangan Ganggu Pengguna Jalan Dong" - Siapa yang menduga, jika Majelis Rasulullah yang saat ini menjadi kelompok pengajian terbesar di Jakarta, bermula dari hanya lima orang jemaah. Namun semakin besarnya jumlah jemaah dari kelompok pengajian pimpinan Habieb Munzir Almusawa ini, timbul beberapa masalah yang menjadi sorotan masyarakat. Salah satu masalah yang menjadi sorotan adalah banyak masyarakat terutama pengguna jalan yang merasa terganggu dengan konvoi kendaraan jemaah yang hendak pergi dan pulang menghadiri pengajian.
Tidak sedikit masyarakat yang menganggap jemaah Majelis Rasulullah kerap mengendarai sepeda motor dengan ugal-ugalan. Bahkan terkadang, mereka seolah tidak memperhatikan hak pengguna jalan lain. "Mereka tuh kalau bawa motor ugal-ugalan, kadang lampu merah suka menerobos, terpaksa kita yang mengalah. Padahal waktu itu giliran lampu hijau, itu kan artinya mereka nggak menghargai hak pengguna jalan lain. Saya pribadi sih senang, remaja sekarang masih mau datang ke pengajian ramai-ramai begitu, tapi ingat ada orang hak orang lain juga yang harus di hargai, jangan tujuannya baik buat syiar Islam, tapi justru caranya salah dan membuat jelek pandangan orang lain," jelas Usman, salah seorang warga Matraman.
Memang, terkadang jemaah Majelis Rasulullah, saat menghadiri suatu kegiatan pengajian kerap datang dengan secara berkelompok. Sebagian besar mereka datang dengan mengunakan sepeda motor, dengan mengunakan jaket hitam bertuliskan "Majelis Rasulullah" dan mereka juga membawa bendera yang kadang berukuran besar. "Ya, apa yang mereka lakukan itu justru membuat macet. Mereka konvoi, bawa bendera, kemudian juga jarang mau ngalah dengan pengendara lain. Kadang saya takut juga kalau lewat dekat mereka, takut kendaraan kesenggol nanti kan mereka tuh yang ngotot. Saya juga heran untuk apa sih bendera gede-gede gitu, ini mau pengajian atau mau tawuran sih," keluh Shinta, seorang pegawai swasta.
Lain di jalan, lain pula pendapat warga yang sering melintas di Jalan Raya Pasar Minggu. Pengendara yang kerap melintas di jalan itu umumnya sudah hafal dengan kemacetan yang kerap terjadi di depan Masjid Al Munawar, Pancoran setiap Senin malam. Pasalnya, malam tersebut merupakan jadwal tetap pengajian yang digelar oleh Majelis Rasulullah. Kemacetan disebabkan oleh banyaknya pedagang yang menggelar lapaknya di pinggir jalan mulai dari halte Perdatam menuju Komplek AURI yang panjangnya mencapai sekitar 200 meter. Ditambah lagi dengan dibuatnya lahan parkir yang menggunakan bahu jalan yang mengakibatkan arus kendaraan tersendat.
Mengatasi hal itu, salah seorang warga Pejaten, Afrizal (35) yang setiap hari melintasi Jl Raya Pasar Minggu, memilih untuk mencari jalur lain yang jaraknya dua kali lipat lebih jauh ketimbang harus melewati Jl Raya Pasar Minggu depan Masjid Al Munawar, khususnya pada Senin malam. Karena antrean kendaraan yang melintas di depan Masjid Al Munawar harus antre karena ruas jalan dipenuhi jemaah Majelis Rasulullah serta para pedagang. "Semua yang tiap hari lewat Jl Raya Pasar Minggu tepatnya di depan Masjid Al Munawar sudah tahu kalau tiap Senin malam ada pengajian. Kebanyakan dari pengguna jalan, banyak yang ambil jalur lain supaya terhindar macet. Nggak apa-apa lebih jauh yang penting nggak kena macet, " kata Afrizal, salah seorang karyawan BUMN yang berkantor di Jl Gatot Subroto.
Bahkan dirinya juga sempat beberapa kali harus pulang cepat setiap hari Senin, untuk menghindari kemacetan. Karena, setelah acara pengajian selesai biasanya para jemaah melakukan konvoi kendaraan sesuai dengan basis atau wilayah tempat mereka tinggal. "Selesai pengajian, mereka langsung konvoi sepeda motor yang jumlahnya mencapai ratusan. Makanya tiap hari Senin, saya harus berusaha pulang cepat sebelum Maghrib kalau nggak pingin kena macet. Pada dasarnya saya senang, tapi semoga mereka juga tidak menganggu orang lain," katanya.
Post a Comment Blogger Facebook