Sejatinya Jose Emmanuel Piaggesi adalah seorang guru, ia berasal dari Argentina. Namun, kini dia berada di tengah pertempuran di Libya, hidup dikelilingi bunyi rentetan senjata.
Dari seorang pengajar, pria 23 tahun itu kini menjual buku-buku, demi mendapatkan peluru. Untuk apa ia jauh-jauh datang ke Libya? Dengan tegas, Piaggesi menjawab, ia siap mengorbankan nyawanya dalam pertempuran untuk menyingkirkan diktator Libya yang telah berkuasa selama 42 tahun, Moammar Khadafi. Meski, perang Libya tak populer bagi golongan kiri di Amerika Latin.
Alasan lainnya, ia mengaku terinspirasi Che Guevara.
'Saya mengundang mereka untuk melihat lebih dekat situasi di sini, siapa yang bertempur dan mengapa mereka berperang,' kata Piaggesi seperti dimuat CNN, 1 Juni 2011. 'Ia (Che Guevara) akan mengatakan, ini demi kemerdekan, bukan untuk NATO atau siapapun, hanya demi kebebasan.'
Jose Emmanuel Piaggesi mengatakan dia bangga menjadi bagian dari sebuah perjuangan udemi sebuah revolusi baru. Tetapi ia mencatat, banyak telah jatuh, tewas.
'Saya pikir ini soal keberuntungan menghindari peluru. Dan jika memang itu saatnya giliran Anda, Anda tak akan bisa menghindar.'
Meski masih mengaku sebagai guru, ia tak berencana kembali mengajar dalam waktu dekat. Setelah berbicara dengan CNN, ia kembali ke posnya di medan perang Libya, memenuhi janjinya untuk terus tinggal -- sampai Khadafi terguling dari kekuasaan.
Kisah Piaggesi berperangan bersama oposisi Libya telah menarik perhatian publik Argentina.
Ayahnya, Pablo Piaggesi kepada media setempat, Perfil, bahwa ia tak terkejut putranya itu memilih jalan tak lazim itu. 'Ia adalah pria yang suka membantu dan tak tertarik dengan uang. Anakku seseorang yang luar biasa, sangat berbakat. Ia bisa bicara empat bahasa. Ia bahkan bisa Bahasa Arab dengan cara belajar dari internet selama dua bulan,' kata dia.
Ditambahkan dia, anaknya itu sejak lama mengagumi Che Guevara dan baru-baru ini mengunjungi museum yang didirikan untuk menghormati tokoh revolusi Argentina itu.
Post a Comment Blogger Facebook