Para produsen elektronik, seperti Sony, Panasonic, dan Fuji, mencium gurihnya pasar 3D. Kini mereka berlomba menghadirkan teknologi baru ini. Salah satu produk elektronik 3D yang mengalami perkembangan pesat adalah kamera digital. Ya, kini merekam momen bahagia bisa seindah aslinya.
Tapi, boleh percaya boleh tidak, fotografi 3D sebenarnya sudah ada sejak 150 tahun lalu. Charles Wheatstone, pada 1838, mengemukakan bahwa manusia melihat dunia dalam tiga dimensi lantaran otak menerima dua gambar berbeda.
Tiap mata, yang terpisah sekitar 75 milimeter, melihat benda dari perspektif yang sedikit berbeda. Itu sebabnya, menurut Wheatstone, manusia bisa melihat dunia dalam tiga dimensi, yakni membedakan jarak dan kedalaman.
Pada saat bersamaan, Fox Talbot berhasil memindahkan pemandangan alam ke atas kertas melalui bantuan cahaya. Untuk membuktikan teorinya, Wheatstone menciptakan stereoscope, alat untuk melihat dua gambar sekaligus atau dikenal sebagai stereograph.
Dengan stereoscope, dua gambar yang berbeda menghasilkan gambar 3D. Pada era 1890-an, stereoscope sangat populer. Ada di hampir setiap rumah.
Tapi, pada 1900, kehadiran kamera Kodak Brownie membuat orang mulai meninggalkan stereoscope. Kodak Brownie dianggap lebih mudah digunakan. Meski begitu, apa yang dibuat Wheatstone menjadi cikal-bakal kamera 3D, yang kini menjadi tren memasuki Tahun Kelinci.
Beberapa produsen kamera sebenarnya sudah mulai memperkenalkan kamera dengan fitur 3D sejak tahun lalu. Sony, misalnya, tahun lalu meluncurkan kamera digital single-lens reflex atau DSLR Alpha NEX3 dan NEX5. Dua kamera ini melengkapi jajaran produk Sony berfitur 3D. Kamera lainnya adalah Alpha SLT A55, Alpha SLT A33, serta Cyber-shot TX5, W570, dan WX5.
Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !
Post a Comment Blogger Facebook
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.