17 Persen Anggota DPR tidak Bekerja adalah Fakta, Bukan Gosip
Kamis, 31 Mar 2011 02:12 WIB
JAKARTA, RIMANEWS - Pengamat Politik Universitas Indonesia Boni Hargens mengatakan sepakat dengan Wakil Ketua DPR Pramono Anung bila menilai bahwa 17% anggota DPR tidak bekerja. Malah Boni mengusulkan agar angkanya tidak hanya 17%, tapi lebih.
Menurut Boni apa yang disampaikan Pramono adalah fakta. Pramono telah membuka sendiri kebobrokan kinerja parlemen. Dengan demikian, lanjut Boni, temuan Pramono merupakan cermin di mana semua anggota DPR berkaca.
"Temuan Pramono merupakan bentuk koreksi di internal DPR. Sangat jarang anggota DPR yang menilai buruk tentang institusinya sendiri. Maka temuan ini penting untuk ditindaklanjuti," tuturnya di Jakarta, Rabu (30/3/2011).
Sementara, anggota DPR, Vena Melinda mengatakan, dirinya sangat menyayangkan bila Pramono menyebutkan namanya. Karena hal tersebut hanya berimplikasi pada pelanggaran aturan hukum baik pidana maupun pelanggaran tata tertib DPR RI Pasal 12 poin (g) yang berbunyi anggota DPR wajib menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain.
Hal itu juga melanggar kode etik DPR RI yang baru disahkan, pada Pasal 3 ayat (1) yang menyebutkan, "Anggota DPR RI harus menghindari perilaku tidak pantas yang dapat merendahkan citra dan kehormatan".
Nama Vena Melinda mencuat, dan masuk dalam daftar 17% anggota DPR yang tidak bekerja. Tetapi Pramono Anung telah menyatakan, dalam paparannya di Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (29/3), dia tidak pernah sekalipun menyebut nama
Demokrasi Indonesia Hanya untuk Elit, Bukan untuk Rakyat
Minggu, 3 Apr 2011 02:01 WIB
JAKARTA, RIMANEWS- Rencana pembangunan gedung baru DPR dianggap tidak akan mengubah tabiat para anggota DPR. Sikap para legislator tersebut dinilai akan semakin apatis kepada rakyat karena sudah mendapatkan tempat paling nyaman.
"Nggak ada jaminan meningkatkan kinerja DPR dan mereka akan semakin baik, saat ini mereka semakin nyaman, lupa kerjaan sudah mereka," ujar budayawan Radhar Panca Dahana saat ditemui usai acara diskusi Polemik di Warung Daun, Jakarta, Sabtu(2/4/2011).
Menurut Radhar, lembaga DPR performance-nya adalah yang paling buruk, tetapi paling banyak meminta dari rakyat.
"DPR itu performancenya buruk tapi paling banyak minta dari rakyat," jelas Radhar.
Dengan adanya polemik ini maka Radhar melihat demokrasi tidak berjalan untuk publik. Dewan menjadi sosok yang tak dapat disentuh dengan membuat peraturan yang tak bisa dikritik rakyat.
"Demokrasi Indonesia ini bukan untuk rakyat, tapi untuk elite. Kita menyia-nyiakan uang untuk per anggota DPR Rp2 miliar dari pajak yang kita bayar, tapi kinerja mereka justru semakin merosot," tandasnya
Gedung Baru DPR, Efek Buruk dari Studi Banding
Sabtu, 2 Apr 2011 03:11 WIB
JAKARTA, RIMANEWS - Ngototnya DPR untuk membangun gedung baru DPR RI membuat heran publik. Budayawan dan pengamat sosial Radhar Panca Dahana menilai gagasan gedung baru adalah efek buruk studi banding anggota dewan ke luar negeri.
"Studi banding-banding itu efek buruknya ya begini. Bandingin gedung-gedung di negara sana. Padahal, belum tentu PDB-nya sama. Itu studi banding malah bawa efek buruk. Efek positif yang kita harapkan malah tak terjadi," ungkapnya di Warung Daun Cikini, Sabtu (2/4/2011).
Radhar mengatakan, legislasi yang menjadi agenda para wakil rakyat pascastudi banding tak kunjung beres. Prolegnas selalu tak bisa terpenuhi. Belum lagi proses pembuatan UU selalu direkayasa. Padahal, prosesnya dibiayai oleh rakyat. Ujungnya, rakyat juga yang rugi.
Karena itu, Radhar tak percaya bahwa pembangunan gedung baru DPR akan memperbaiki kinerja wakil rakyat ke depannya. "Mustahil," ungkapnya.
Menurutnya, dari dulu penambahan fasilitas anggota dewan, seperti mobil dinas maupun rumah jabatan, tak menunjukkan hasil yang signifikan mengenai kerja anggota dewan. DPR malah menjadi institusi yang paling buruk kinerjanya.
"Enggak ada jaminan, sejarahnya selalu begitu malah sebaliknya. Justru makin anjlok, karena semakin nyaman. Lupa kerjaan," ujarnya.
Radhar yakin rencana pembangunan gedung DPR hanya akal-akalan untuk sebuah persekongkolan bisnis. Pasalnya, proses dan tahapan yang berjalan antara dewan periode lalu hingga periode ini sama sekali tak sinkron.
"Ini pengkhianatan dari peraturan-peraturan yang mereka bikin sendiri," katanya
Inilah Gedung DPR BAru itu dan sumber 'copas'nya:
Terakhir, baru Pemerintah berniat Membangun Gedung DPR BAru yang meniru konsep arsitek diatas:
PUISI NEGERI PARA BEDEBAH
oleh: Adhie M Massardi
Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor
menjatuhkan bebatuan menyala-nyala
Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau menjadi kuli di negeri orang
Yang upahnya serapah dan bogem mentah
Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedangkan rakyatnya hanya bisa pasrah
Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya
Maka bila melihat negeri dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi, dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan !
---------------
'rai gedeg'= tidak punya harga diri dan rasa malu akibat putusnya urat malu .... :D
http://hukumpolitik.com/berita-dan-politik/dasar-rae-gedeg-fakta-17-aggt-dpr-menganggur-tapi-minta-dibuatkan-gedung-baru.html
Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !
Kamis, 31 Mar 2011 02:12 WIB
JAKARTA, RIMANEWS - Pengamat Politik Universitas Indonesia Boni Hargens mengatakan sepakat dengan Wakil Ketua DPR Pramono Anung bila menilai bahwa 17% anggota DPR tidak bekerja. Malah Boni mengusulkan agar angkanya tidak hanya 17%, tapi lebih.
Menurut Boni apa yang disampaikan Pramono adalah fakta. Pramono telah membuka sendiri kebobrokan kinerja parlemen. Dengan demikian, lanjut Boni, temuan Pramono merupakan cermin di mana semua anggota DPR berkaca.
"Temuan Pramono merupakan bentuk koreksi di internal DPR. Sangat jarang anggota DPR yang menilai buruk tentang institusinya sendiri. Maka temuan ini penting untuk ditindaklanjuti," tuturnya di Jakarta, Rabu (30/3/2011).
Sementara, anggota DPR, Vena Melinda mengatakan, dirinya sangat menyayangkan bila Pramono menyebutkan namanya. Karena hal tersebut hanya berimplikasi pada pelanggaran aturan hukum baik pidana maupun pelanggaran tata tertib DPR RI Pasal 12 poin (g) yang berbunyi anggota DPR wajib menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain.
Hal itu juga melanggar kode etik DPR RI yang baru disahkan, pada Pasal 3 ayat (1) yang menyebutkan, "Anggota DPR RI harus menghindari perilaku tidak pantas yang dapat merendahkan citra dan kehormatan".
Nama Vena Melinda mencuat, dan masuk dalam daftar 17% anggota DPR yang tidak bekerja. Tetapi Pramono Anung telah menyatakan, dalam paparannya di Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (29/3), dia tidak pernah sekalipun menyebut nama
Demokrasi Indonesia Hanya untuk Elit, Bukan untuk Rakyat
Minggu, 3 Apr 2011 02:01 WIB
JAKARTA, RIMANEWS- Rencana pembangunan gedung baru DPR dianggap tidak akan mengubah tabiat para anggota DPR. Sikap para legislator tersebut dinilai akan semakin apatis kepada rakyat karena sudah mendapatkan tempat paling nyaman.
"Nggak ada jaminan meningkatkan kinerja DPR dan mereka akan semakin baik, saat ini mereka semakin nyaman, lupa kerjaan sudah mereka," ujar budayawan Radhar Panca Dahana saat ditemui usai acara diskusi Polemik di Warung Daun, Jakarta, Sabtu(2/4/2011).
Menurut Radhar, lembaga DPR performance-nya adalah yang paling buruk, tetapi paling banyak meminta dari rakyat.
"DPR itu performancenya buruk tapi paling banyak minta dari rakyat," jelas Radhar.
Dengan adanya polemik ini maka Radhar melihat demokrasi tidak berjalan untuk publik. Dewan menjadi sosok yang tak dapat disentuh dengan membuat peraturan yang tak bisa dikritik rakyat.
"Demokrasi Indonesia ini bukan untuk rakyat, tapi untuk elite. Kita menyia-nyiakan uang untuk per anggota DPR Rp2 miliar dari pajak yang kita bayar, tapi kinerja mereka justru semakin merosot," tandasnya
Gedung Baru DPR, Efek Buruk dari Studi Banding
Sabtu, 2 Apr 2011 03:11 WIB
JAKARTA, RIMANEWS - Ngototnya DPR untuk membangun gedung baru DPR RI membuat heran publik. Budayawan dan pengamat sosial Radhar Panca Dahana menilai gagasan gedung baru adalah efek buruk studi banding anggota dewan ke luar negeri.
"Studi banding-banding itu efek buruknya ya begini. Bandingin gedung-gedung di negara sana. Padahal, belum tentu PDB-nya sama. Itu studi banding malah bawa efek buruk. Efek positif yang kita harapkan malah tak terjadi," ungkapnya di Warung Daun Cikini, Sabtu (2/4/2011).
Radhar mengatakan, legislasi yang menjadi agenda para wakil rakyat pascastudi banding tak kunjung beres. Prolegnas selalu tak bisa terpenuhi. Belum lagi proses pembuatan UU selalu direkayasa. Padahal, prosesnya dibiayai oleh rakyat. Ujungnya, rakyat juga yang rugi.
Karena itu, Radhar tak percaya bahwa pembangunan gedung baru DPR akan memperbaiki kinerja wakil rakyat ke depannya. "Mustahil," ungkapnya.
Menurutnya, dari dulu penambahan fasilitas anggota dewan, seperti mobil dinas maupun rumah jabatan, tak menunjukkan hasil yang signifikan mengenai kerja anggota dewan. DPR malah menjadi institusi yang paling buruk kinerjanya.
"Enggak ada jaminan, sejarahnya selalu begitu malah sebaliknya. Justru makin anjlok, karena semakin nyaman. Lupa kerjaan," ujarnya.
Radhar yakin rencana pembangunan gedung DPR hanya akal-akalan untuk sebuah persekongkolan bisnis. Pasalnya, proses dan tahapan yang berjalan antara dewan periode lalu hingga periode ini sama sekali tak sinkron.
"Ini pengkhianatan dari peraturan-peraturan yang mereka bikin sendiri," katanya
Inilah Gedung DPR BAru itu dan sumber 'copas'nya:
Aslinya idea gedung dari bangunan 'Arch of Triumph-Paris-Prancis':
Lalu orang Chile meniru arsitek 'Arch of Triumph' itu untuk gedung Parlemen Chile:
Hebatnya, Orang Kediri, Jawa Timur, sudah duluan bikin 'Arch of Triumph-Kediri':
Terakhir, baru Pemerintah berniat Membangun Gedung DPR BAru yang meniru konsep arsitek diatas:
PUISI NEGERI PARA BEDEBAH
oleh: Adhie M Massardi
Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor
menjatuhkan bebatuan menyala-nyala
Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau menjadi kuli di negeri orang
Yang upahnya serapah dan bogem mentah
Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedangkan rakyatnya hanya bisa pasrah
Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya
Maka bila melihat negeri dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi, dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan !
---------------
'rai gedeg'= tidak punya harga diri dan rasa malu akibat putusnya urat malu .... :D
Dalam konteks anggota DPR 2009-2014 sekarang ini, adalah terlalu naif bila mengatakan alasan pembangunan gedung DPR yang super mewah itu dimaksudkan untuk menaikkan kinerja mereka sebagai wakil rakyat. Maksudnya kira-kira, 17 persen anggota DPR yang menganggur itu misalnya, kelak setidaknya semakin enjoy dalam bekerja sehingga produktivitas mereka semakin membaik. Jelas itu dusta! Justru dengan gedung baru yang super mewah itu, hanya akan menyebabkan anggota DPR itu semakin terbuai dengan kemewahan fasilitasnya, terutama anggota DPR asal artis yang terbiasa dengan gaya hidup hedonisme. Artinya, saya yakin, setelah gedung itu kelak jadi, justru anggota DPR yang menganggur bertambah menjadi 2-3 kali lipat dari angka 17 persen yang sekarang sudah fakta tak terbatahkan itu ... :D
http://hukumpolitik.com/berita-dan-politik/dasar-rae-gedeg-fakta-17-aggt-dpr-menganggur-tapi-minta-dibuatkan-gedung-baru.html
Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !
Post a Comment Blogger Facebook