SURABAYA - Surya- Upacara hari besar kenegaraan harus dilakukan dengan khidmat. Demikian juga dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang digelar Pemprov Jatim di Lapangan Tugu Pahlawan, Senin (3/5) pagi.
Namun, di tengah-tengah acara, para peserta upacara yang terdiri dari pejabat muspida Jatim dan ribuan perwakilan dari guru, siswa, PNS, dan TNI-Polri ini mulai diliputi rasa waswas. Penyebabnya, mendung tebal menggantung di langit Tugu Pahlawan, karena kebanyakan peserta upacara berdiri di lapangan terbuka. Hanya undangan pejabat dan paduan suara dari siswa SMA yang dipayungi terop.
ini anaknya Pakdhe Karwo....Tika!
Rasa waswas makin membuncah ketika rintik-rintik hujan mulai turun. Apalagi, di kawasan lain, seperti Jalan Demak, Pucang, Wonocolo, dan Rungkut hujannya cukup deras. “Wah mendungnya tebal banget. Kalau sampai hujan turun, jalannya upacara bisa terganggu,” ujar seorang petugas protokoler pemprov, dengan wajah panik.
Selain protokoler, Gubernur Jatim Soekarwo selaku inspektur upacara juga cemas. Usai membacakan sambutan Mendiknas M Nuh – tepatnya sesaat sebelum menyerahkan piagam penghargaan untuk sekolah dan siswa yang menang lomba Hardiknas, Pakde Karwo dengan spontan berdo’a, “Ya Allah paringi panas, ojo diparingi udan – Ya Allah SWT berilah panas, jangan diberi hujan,” ucapnya.
Karena diucapkan dengan keras dan terdengar semua peserta upacara, do’a yang biasanya menjadi otoritas para pawang hujan langsung diamini undangan yang hadir. “Amin ..,” jawab para undangan dengan lirih.
Ternyata, awan tebal yang sebelumnya menggumpal bercampur gerimis perlahan-lahan hilang. Hingga usainya upacara sekitar pukul 09.30 WIB, hujan masih tetap tertahan. Mendapati itu, seorang pejabat berujar, “Wah, dongane Pak Gub memang manjur, hujannya tak jadi turun,” tukasnya.
Hujan baru benar-benar turun, setelah semua rangkaian acara peringatan Hardiknas selesai sekitar pukul 10.30 WIB.
Menurut Pakde Karwo, dalam peringatan Hardiknas generasi muda perlu meneladani tiga hal yang disampaikan Ki Hajar Dewantoro. Yakni, nilai kepahlawanan dengan mau memberi lebih dan menerima kurang untuk manfaat yang lebih besar bagi bangsa, lalu melakukan instropeksi untuk menatap masa depan yang lebih baik, dan selalu mengusahakan pencerdasan bangsa secara utuh dan menyeluruh.
“Tiga hal itu sangat penting untuk meningkatkan rasa optimisme, percaya diri, dan terus berusaha membangun karakter bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti luhur,” tegasnya.
Belum cukup menjadi ‘Pawang Hujan’, usai upacara, Gubernur Soekarwo dan Wagub Saifullah Yusuf didampingi istri masing-masing tiba-tiba didapuk memberikan spirit story kepada 300 siswa dari SMAN 1, SMAN 2, dan SMAN 5 Surabaya. Spirit story selama sekitar 20 menit tentang pentingnya belajar agar siswa dapat meraih semua cita-cita ternyata berhasil mengaduk-aduk emosi dan semangat kebangsaan para siswa.
“Hidup Pakde Karwo dan Gus Ipul,” sorak para siswa, saat dua pimpinan Jatim itu pamit meninggalkan mereka.nuji
KALOO BUATT NUTUP SEMBURAN LAPINDO bisa ngga YA GAN :malu DOA NYA
Lihat berita menarik lainnya di sini!
Post a Comment Blogger Facebook