GuidePedia

Hobi makan spageti kalengan, setia mengendarai mobil lawasnya yang berusia 6 tahun, menggelar rapat penting di McDonald's, jelas Aaron Levie bukan miliuner biasa.

Alih-alih tinggal di griya tawang mewah atau rumah megah di atas bukit, Aaron memilih tinggal di apartemen sederhana, tak pernah berlibur. Muda dan kaya raya, tapi ia mengaku, barang mewah satu-satunya yang ia miliki adalah sebuah iPhone.

Padahal dengan usianya yang masih muda, 27 tahun, harta pribadi yang dimiliki Aaron tak sedikit, US$ 100 juta atau sekitar Rp 975 miliar.

Ia adalah bos perusahaan Box, bisnis cloud storage alias penyimpanan data yang terus berkembang di Amerika Serikat. Perusahaannya berbasis di Los Altos, California, di jantung Silicon Valley.

Dalam istilah sederhana, daripada membeli hard drive atau server, pelanggan menyewa ruang di salah satu Box, di mana mereka bisa mengaksesnya melalui komputer atau smartphone.

Fasilitas yang ditawarkan Box telah digunakan oleh 460 perusahaan yang ada dalam daftar Fortune 500 -- perusahaan AS paling banyak meraup pendapatan -- dari produsen kebutuhan konsumen raksasa Procter and Gamble, juga perusahaan periklanan Clear Channel.

Pendapatan Box tahun lalu mencapai US$ 70 juta, naik 160% dari tahun 2011. Perusahaan itu bernilai sekitar US$ 1 miliar setelah mendapatkan ratusan juta dolar dari investasi modal ventura.

Tak Peduli Kemewahan

Aaron Levie mengaku lebih memilih fokus pada pekerjaannya daripada peduli soal kemewahan. Berbeda dengan pemuda 20 tahunan yang tergoda berfoya-foya.

"Aku tak peduli dengan uang dan prestise. Yang lebih menarik bagiku adalah terlibat dalam penciptaan produk yang hebat. Itulah yang memotivasiku," kata dia.

Aaron pun 'gila kerja'. Bukan sore hari, atau malam, ia bahkan tak meninggalkan kantornya sampai dini hari, selama 6 kali seminggu. Tak ada istilah 'argo kerja 8 jam'.

"Aku rela bekerja lama, berjam-jam, karena aku mencintai pekerjaanku. Aku sangat bersemangat dengan bisnis ini," kata dia, seperti dilansir dari BBC, Senin (20/5/2013).  Dia menambahkan, seseorang harus punya level disiplin dan tekad kuat untuk berhasil dalam hidup. "Anda harus bekerja keras dan mengorbankan gaya hidup. Ini berlaku untuk setiap orang," tambah dia.

Aaron masih menerapkan hidup sederhana, seperti saat memulai dengan dana seadanya. Saat ia masih mahasiswa dulu. "Saat memulainya, saya menggaji diri saya sendiri US$ 500 (sekitar Rp 4,8 juta) dan hidup dengan makan mie instan dan Spaghettios (spageti instan kalengan)," kenang Aaron.

Dan selama 2,5 tahun, ia tidur di kantor. "Rasanya seperti hidup di kapal selam -- aku bangun dari tempat tidur dan mulai bekerja."

Kini, ia tidak harus tinggal di kantor, pindah ke apartemen sederhana yang ditempuh 6 menit mengemudi dari kantor.

"Dan aku masih suka Spaghettios - aku akan tetap memakannya, sepanjang masih bisa diterima seleraku," kata Aaron.

Pemuda berambut ikal itu mengaku baru makan di restoran mewah jika kliennya memintanya. "Namun tak jarang kesepakatan penting dihasilkan sambil makan di McDonald's." (Ein/*)



Dapatkan Wisbenbae versi Android,GRATIS di SINI !
 Lihat yg lebih 'menarik' di sini !

Beli yuk ?

 
Top