Langit hampir subuh. PSK Kembang Kuning bernama Sutini belum laku. Ajian seks korek pun jadi senjata.
Sutini tak lagi mencari pria berduit. Sasarannya; si bocah SMP nakal. Dan dia menemukannya.
Seorang bocah melongo ketika Sutini mengucap kata "korek..korek". Tapi dua bocah temannya tersenyum. Matanya saling pandang. Pertanda setuju.
Cepat-cepat mereka berempat mencari tempat. Di bawah pohon besar, mereka pun beratraksi.
Seorang bocah berjongkok di depan Sutini yang sudah berdiri agak mengkangkang. Perlahan Sutini menyingkapkan roknya. Dan si Bocah terus memandang dengan khidmad.
Si bocah menyalahkan sebatang korek api. "Jresss". Saat itulah cahaya korek menerangi kemaluan Sutini yang berjarak 20 CM dari mata si bocah.
Delapan detik kemudian, cahaya korek itu padam. Berarti, tontonan telah usai. Kepala si bocah nongol dari balik rok. Dia berlari menuju temannya. Usai memberikan uang 5000 rupiah untuk Sutini, si bocah berlari kecil sambil meringis menuju temannya yang mengantri. Dan begitulah seterusnya. Si Bocah bergantian mengantri melihat tontonan murah.
Hanya 5000 rupiah, si bocah bisa melihat alat klamin secara langsung. Meski waktunya sebatas nyala korek api, tapi si bocah suka. Meksi tak sampai syahwat, tapi si bocah puas.
Ya, begitulah suasana kehidupan malam pekerja seks komersil Kembang Kuning Surabaya. Ada yang gelisah, ada yang bahagia. Ada juga yang biasa-biasa saja. Tapi, tujuan mereka tetap sama. Jualan syahwat. Titik!!
Post a Comment Blogger Facebook