Pernahkah kalian melihat film trilogi terkenal yang berjudul The Lord of the ring? Pasti pernah kan?. Jika pernah, kalian pasti tahu bahwa tokoh utama dalam film trilogi tersebut adalah orang cebol atau katai yang sering disebut dengan sebutan Hobbit. Dalam pembuatan film The lord of the ring, sebenarnya tidak memakai orang cebol atau katai asli, melainkan hanya menggunakan efek khusus, sehingga sang tokoh utama nampak seperti orang cebol.
Tapi ternyata walaupun dalam pembuatan film the lord of the ring tak ada orang cebol, namun tak berarti kaum katai tak ada. Orang katai atau cebol ternyata memang benar-benar ada, dan hebatnya lagi salah satu komun itas kaum katai atau hobbit ini ada di Indonesia lho, tepatnya di dusun Rampasasa, sebuah dusun yang berada di desa Waemulu kecamatan Waerii kabupaten Manggarai pulau Flores Nusa Tenggara Timur.
Sebagian warga di dusun Rampasasa memang memiliki tinggi badan yang rendah, rata-rat tinggu mereka adalah sekitar 140 cm hingga 150 cm. Dan berdasarkan hasil penelitian dari Tim Antropologi Ragawi Universitas Gadjah Mada yang dipimpin oleh Profesor Teiku jacob menyatakan bahwa 80% warga Rampasasa tergolong sebagai individu Pigmy atau katai.
Tinggi badan warga Rampasasa pada umumnya adalah sekitar 145 cm untuk laki-laki dan 135 cm untuk perempuan. Namun walaupun tinggi badan mereka tergolong pendek, tapi mereka tetap terlihat sebagai orang biasa, karena mereka mempunyai berat badan dan proporsi tubuh yang normal, jadi jika mereka difoto tanpa menggunakan pembanding, maka mereka akan nampak seperti orang normal biasa.
Sebagian besar penduduk Rampasasa bermata pencaharian sebagai petani, mereka menanam padi, ubi, dan buah-buahan untuk dikonsumsi sendiri atau digunakan sebagai alat tukar atau berter dengan hasil tanaman lainya yang dihasilkan oleh penduduk desa tetangga.
Hingga sekarang, belum ada penyebab yang pasti kenapa penduduk Rampasasa bisa menjadai Katai, tapi menurut salah satu tetua desa Rampasasa yang bernama Darius Sika, Kelainan tinggi badan warga rampasasa ini besar kemungkinanya disebabkan oleh faktor keturunan, dan hal ini mungkin saja benar, karena beberapa anak Rampasasa yang merupakan hasil hubungan kawin campur mempunyai tinggi badan 160 cm hingga 170 cm, hal ini makin menegaskan bahwa faktor keturunan ikut andil dalam anomali tinggi badan kaum Rampasasa ini.
Terlebih lagi dengan ditemukanya fosil manusia purba Homo Floresiensis yang memang merupakan spesies katai (berdasarkan rekap rangka, tinggi badan rata-rata Homo Floresiensi hanya sekitar 100 cm sampai 120 cm) di Gua Loa, sebuah situs antropologi yang berada tak jauh dari desa Rampasasa jaraknya dengan desa Rampasasa hanya sekitar 1 kilometer).
Dan terlepas dari bagaimana fisik warga Rampasasa, mereka tetaplah saudara kita yang harus kita sayangi, mereka adalah salah satu komponen perbedaan dalam kebinekaan Nusantara yang sudah membuat bangsa ini menjadi Kuat. Tak ada istilah beda fisik, kerena kita semua akan nampak sama di mata Allah. Hanya Iman dan Amal kitalah yang membedakanya.
Subscribe to wisben.com on blogger by Email
Post a Comment Blogger Facebook