Pasca setiap pemilu, saya selalu tertarik untuk “menilai” lembaga-lembaga survei dengan membandingkan ramalan mereka sebelumnya versus hasilnya. Saya termasuk seorang yang percaya hitung cepat (quick count). Saya tidak mau menunggu sampai KPU selesai menghitung suara untuk mengetahui siapa pemenangnya, demikian juga dengan pilpres.
Sebelum pencoblosan, dari data sekitar 20 lembaga survei, ada 16 lembaga survei yang menjagokan Prabowo dan 4 survei yang menjagokan Jokowi. Dari banyak lembaga survei itu saya tertarik memilih SMRC sebagai rujukan quick count kali ini.
SMRC dalam quick count Pilpres ini mengambil sejumlah 4000 TPS sebagai sample, yang mana sudah bisa dianggap cukup. Tapi bukan cuma nilai suara akhir yang dipajang di TV yang dapat dipantau. SMRC juga mengunggah data real time yang ditampilkan melalui situs di http://www.komunigrafik.com/pilpres2014/stabilitas.php yang selalu update setiap ada data baru masuk.
Kurva stabilitas ini sangat penting dalam menilai hasil quick count sementara. Dengan memantau kurva stabilitas data, maka jelas terlihat volatilitas data, seperti terlihat pada grafik di bawah ini yang saya capturepada pukul 13.05 WIB.
Seperti terlihat di atas, pada data awal Jokowi unggul 90% : 10% di 6 TPS pertama yang dimasukan datanya, kemudian berangsur-angsur turun sampai di titik sekitar 60-66 TPS di mana terjadi perpotongan kurva yang menandakan suara Prabowo:Jokowi 50:50.
Kemudian setelah data masuk 66-84 TPS suara prabowo sekitar 60%:40%. Hal ini sesuai dengan tweet dari @saifulmujani di bawah ini yang menyebutkan pada “Hasil QuickCount SMRC pukul 11:58 – PH 63.78% JJ 36.22%. Data masuk 1.65%.”
Dan selanjutnya Prabowo unggul terus dengan nilai yang masih variative, sampai pada pukul 13:05 WIB di mana gambar kurva stabilitas suara di atas saya ambil. Dan saat itu sesuai dengan tweet smrc ,”Hasil QuickCount SMRC pukul 13:05 – PH 52.94% JJ 47.06%. Data masuk 13.78%.”
Pada saat itu sebetulnya kurva suara sudah mulai stabil di mana Prabowo unggul sekitar 53%:47% seperti tweet SMRCpada jam 13.05 tsb, tetapi dengan margin error 6.5%, maka selisihnya 6% masih lebih kecil daripada margin error nya. Data yang masuk saat itu 13,78% (dari 546 TPS).
Pada saat itu, sebetulnya saya sudah ingin mengambil kesimpulan bahwa Prabowo yang menang dengan melihat hasil quick count SMRC tsb karena seperti terlihat pada stabilitas suara, sudah mulai datar. Namun saya masih ingin menunggu data berikutnya supaya lebih yakin.
Tetapi, sesuatu yang aneh terjadi. Pada saat grafik refresh terjadi (buat yang paham IT, ada AJAX call yang mengupdate data dan grafik) dan hasilnya berbalik 180 derajat, seperti pada gambar di bawah:
Seperti terlihat pada gambar di atas pada jam 13:19 posisi suara sekarang adalah 47.3% : 52.7% untuk keunggulan Jokowi dengan jumlah suara masuk 17.65% dari sebelumnya 13.78%.
Itu berarti dalam waktu 14 menit tersebut, ada tambahan data 3.87% atau sekitar 154 TPS. Dengan penambahan suara tersebut suara prabowo turun sebesar 5.64%, sedangkan suara Jokowi naik sebesar 5.64%.
Dugaan saya awal adalah data yang baru masuk adalah dari kantong-kantong Jokowi. Tetapi, setelah diperhatikan, data-data dari kantong Jokowi sudah masuk lebih dahulu seperti Papua, Sulawesi, Bali, Kalimantan, dan Indonesia timur pada umumnya. Hal ini bisa dilihat dari peta berwarna merah yang mendominasi pada tahap awal quick count. Intinya SMRC harus terbuka mengenai data apa yang masuk pada pukul 13.05-13.19 tsb.
Dan yang lebih aneh sebetulnya adalah kurva stabilitas suara jadi berubah! Tidak ditemukan lagi posisicross (persilangan) di mana Prabowo menyalib Jokowi dan terus unggul sampai data ke 546 seperti pada kurva sebelumnya, dan digantikan dengan kurva seperti di bawah ini:
Hal inilah yang membuat saya bingung. Seharusnya di dalam kurva stabilitas suara tetap menunjukkan adanya posisi di mana Prabowo sempat unggul pada rentang data 68-546 seperti pada gambar sebelumnya. Kenapa jadi hilang bagian kurva yang menyatakan Prabowo sempat unggul? Apa penjelasan logisnya?
Saya tidak bisa memastikan, tetapi yang jelas ada “koreksi” data terhadap data sebelumnya. Hal ini yang harus dibuka oleh SMRC. Tanpa keterbukaan akan menyebabkan spekulasi.
Ada satu lagi, tapi ini mungkin di luar metodologi dan statistik tetapi mungkin bisa mempengaruhi quality: seperti terlihat di tweet SMRC di bawah ini, sedianya quick count akan dimulai pukul 13:00 WIB tetapi ternyata pada pukul 11.33 sudah mulai menampilkan data.
Karena kejanggalan pada Quick Count SMRC ini akhirnya saya harus menunggu hasil KPU untuk bisa meneruskan rencana menilai lembaga survey yang saya sebutkan di atas.
Benedictus Andri Adijaya
Post a Comment Blogger Facebook