"Banyak kader parpol terjerat kasus korupsi yang berakar dari pendanaan parpol karena mereka diharuskan mencari uang untuk partai," ujar peneliti ICW Donald Fariz di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (10/6/2014) sore.
Dari hasil penelitian uji akses pendanaan parpol yang ICW lakukan selama sebelas bulan terakhir, terlihat parpol tidak terbiasa mengumpulkan dana dengan metode fund rising. Metode ini mengumpulkan sumbangan dalam jumlah sedikit dari banyak pihak.
Donald menyebut parpol manja dan terbiasa dengan sumbangan dalam jumlah banyak dari sedikit orang. Parpol juga kerap mencari sumber dana instan di proyek-proyek yang didanai APBN dan APBD.
"Inilah lingkaran setan pendanaan parpol," kata Donald.
Iuran anggota parpol saat ini masih menjadi sumber pemasukan terbesar parpol. Sumbangan terbesar berasal dari anggota yang menjabat di lembaga legislatif, baik pusat maupun daerah. Selebihnya, kata Donald, berasal dari pihak yang namanya kerap tidak tercantum dalam laporan pendanaan mereka.
Persoalan ini menjadi sinyal pemerintahan yang bersih belum akan terwujud. Proyek pemerintah pun rawan diselewengkan.
Untuk menyudahi fenomena negatif ini, Donald mendorong pengurus partai menumbuhkan political will. Ia menyarankan parpol membenahi sistem rekrutmen, mengadakan pendidikan politik untuk para kadernya, serta membuka informasi pendanaan kepada publik.
"Harus ada reformasi parpol. Jika tetap seperti ini, korupsi akan berlangsung terus," tuturnya.
Post a Comment Blogger Facebook