Muktamar diselenggarakan empat tahun sekali. Sebelumnya, tahun 2010 muktamar pernah diadakan di Jakarta. Kali ini diselenggarakan di Istanbul Turki.
Tahun 2010 terpilih Dr. Ahmad Abudl ‘Athi dari Mesir sebagai Sekjen. Hanya saja, karena ia dianggap dekat dengan mantan presiden yang dikudeta, Dr Mohammad Mursy, Abudl ‘Athi akhirnya ditangkap dan dipenjarakan oleh rezim As-Sisi. Oleh sebab itu, pada Muktamar berjalan tanpa kehadirannya.
Selain menghadiri Muktamar, penulis juga berkesempatan menelusuri sudut-sudut kota Istanbul dengan warisan sejarahnya yang sangat menginspirasi. Berikut beberapa hal yang Insya Allah bisa bermanfaat untuk para pembaca.
Tantangan Peradaban Islam
Muktamar diselenggarakan selama dua hari. Selain agenda laporan pertanggungjawaban pengurus selama empat tahun yang lalu, juga diagendakan pemilihan Sekretaris Jendral baru dan anggota Majlis Syuro.
Dalam pemilihan yang berlangsung cukup tertib, terpilih Dr. Khallad Suwaid dari Suriah sebagai Sekjen baru IIFSO untuk empat tahun ke depan. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Wakil Sekjen.
Para pemilih adalah perwakilan dari organisasi-organisasi yang bergabung di IIFSO. Hadir dalam pemilihan ini sekitar 36 negara dari seluruh dunia. Bahkan, hadir pula perwakilan dari Italia, Inggris, dan Jerman.
Sekjen terpilih sendiri walaupun berkebangsaan Suriah, tinggal di Jerman. Sementara Majlis Syuro yang wajib mengadakan permusyawarahan setahun sekali dipilih sebanyak 11 orang mewakili regional tertentu. Indonesia dalam Muktamar IIFSO kali ini terpilih mewakili Asia Tenggara sebagai anggota Majelis Syuro.
Selain agenda permusyawarahan juga diselenggarakan diskusi tentang berbagai tantangan yang tengah dihadapi umat Islam di seluruh belahan dunia. Para pembicara pun sengaja diundang dari berbagai negara untuk berbagai tentang tantangan di negara masing-masing. Hadir di antaranya Ketua Partai Saadat Turki Dr. Mustafa Kamal, Ketua Partai PAS Malaysia Haji Abdul Hadi Awang.
Selain para pembicara di atas, beberapa organisasi undangan dari berbagai negara juga didaulat untuk menyampaikan kondisi umat Islam di tempat masing-masing, dari mulai kondisi sosial, politik, pendidikan, media masa, dan gerakan pemuda.
Acara ini pun benar-benar menjadi ajang silaturahmi dan shilatul-fikri di antara pemuda Islam di seluruh belahan dunia yang pada masa yang akan datang cukup strategis untuk tetap mengusahakan terjadinya persatuan di antara negara-negara Islam. Mereka yang hadir dalam kegiatan ini adalah calon-calon pemimpin di tempat masing-masing.
Semua pembicaraan mengarah pada satu pemikiran yang sama bahwa tantangan paling serius yang hari ini dihadapi oleh negara-negara Islam adalah tantangan peradaban (civilization) setelah sebelumnya secara politik negara-negara Islam dapat melepaskan diri dari kolonialisme.
Harus diakui bahwa pada umumnya peradaban dunia Barat hari didominasi negara-negara seperti Amerika, Inggris, Prancis, Jepang, dan semisalnya yang yang umumnya bukan Muslim. Padahal, tiga abad ke belakang negara-negara ini bukan apa-apa. Bahkan sebelumnya, negeri-negeri Islam adalah para pemimpin peradaban dunia sejak Umawiyah di Damaskus, Abbasiyah di Baghdad, dan terkahir Usmaniyah di Turki.
Di antara saran-saran yang disampaikan para pembicara untuk mengatasi persoalan ketertinggalan peradaban ini, umat Islam harus secara serius memperhatikan bidang pendidikan. Bidang inilah yang hari ini paling strategis dan bervisi jangka panjang untuk membangun kembali peradaban Islam yang hilang.
Diakui bersama bahwa kemajuan peradaban Barat hari ini disebabkan mereka memulainya dengan gerakan ilmiah. Riset mereka galakkan dengan serius. Kemudian dibangun universitas-universitas dan lembaga pendidikan di bawahnya untuk menularkannya secara merata kepada anak-anak muda mereka. Dengan cara itu, dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama Barat mulai menuai hasilnya seperti yang kita saksikan hari ini.
Geliat Islam-Politik di Turki
Di sisi lain, ada perkembangan menarik tentang Turki. Sejak kepemimpinan Prof. Nechmetin Erbakan tahun 1996 yang diantarkan oleh partai besutannya Refah, Turki seolah-olah mengalami titik balik (turning point). Sekulerisme yang dicanangkan oleh Mustafa Kemal Pasya tahun 1920-an dan berhasil mengubah wajah Turki Islam menjadi Turki Sekuler selama puluhan tahun, dengan naiknya Erbakan seolah-olah Turki mulai memasuki babak baru kembali.
Pasalnya, Erbakan adalah representasi tokoh Islam baru. Ia mendirikan partai Islam Refah yang akhirnya memenangi Pemilu Turki tahun 1996 dan mengantarkannya menjadi Perdana Menteri Turki.
Sayang sekali, kebangkitan Islam di Turki menuai tentangan dari kelompok militer pendukung sekularisme Turki. Ia akhirnya harus ninggalkan jabatannya tahun 1997 karena desakan militer. Partainya pun dibubarkan karena dianggap menantang konstitusi yang menjadikan sekularisme sebagai dasar negara Turki.
Walaupun demikian, bukan berarti gerakan Islam di Turki mati seketika. Para penerus Erbakan terus mengawal Islamisasi Turki di bidang politik, walaupun dengan strategi yang agak berbeda dengan Erbakan. Erbakan yang sebelumnya menjadi anggota Parlemen mewakili Konya, kota kecil dekat Ankara yang dikenal sebagai pendukung Islam, mencoba membangun kembali partai Islam baru. Ia kemudian mendirikan Saadet Partisi tahun 2001.
Hanya saja sebagian mentornya di Refah memilih untuk mendirikan partai lain, yaitu Adelet ve Kankinma Partisi (AKP) pada tahun yang sama. Tokoh partai ini adalah Abdullah Gul dan Tayyip Erdogan. Abdullah Gul tahun 2002 setelah kemenangan pertama AKP menjadi PM, tetapi kemudian digantikan oleh Erdogan tahun 2003. Abdullah Gul sendiri ikut dalam pemilihan Presiden tahun 2007 dan memenangkannya hingga saat ini Turki dipimpin oleh dua tokoh yang dididik dan dibersakan Erbakan, yaitu Abdullah Gul dan Recep Tayyip Erdogan.
Dalam menjalankan strateginya, Saadat Partisi memilih jalan yang boleh dikatakan keras dalam memperjuangkan Islam sehingga oleh para pengamat partai ini dianggap sebagai partai fundamentalis dan garis keras. Sementara AK Partisi memilih jalan yang lebih halus dan berfokus pada pembangunan ekonomi dan pendidikan di Turki. Bila Saadat sangat menentang Amerika dan Uni Eropa, bahkan mengecam kebijakan Erdogan yang ingin memasukkan Turki ke dalam Uni Eropa, maka AK Partai masih mau bekerja sama dengan Amerika dan Uni Eropa.
Saadat juga sangat keras menentang invasi terhadap Palestina oleh Israel. Partai ini ingin agar Turki menyatakan perang terhadap Israel, atau sekadar memutuskan hubungan diplomatik Turki dengan Isreal.
Sementara itu AK Partisi pimpinan Erdogan bersikap lebih agak lunak. Walaupun Erdogan pun sama mengecam sikap Israel terhadap Palestina, namun tidak sampai memutus hubungan diplomatik. Pilihan sikap politik inilah di antara yang menyebabkan AK Partisi lebih diterima dan memenangkan pemilu tahun 2002 (47%) dan 2007 (48,9%) mengalahkan dominasi partai sekuler Cumhiriyet Halk Partisi (CHP) yang sebelum tahun 2006 selalu memenangkan pemilu. Sementara Saadet Partisi (SP) hanya memenagkan suara kurang dari 4% dalam dua kali pemilu dan tidak masuk parlemen karena Parliamantary Tresshold (PT) yang sangat tinggi , yaitu 10%.
Walaupun secara gerakan terjadi perpecahan di kalangan parpol Islam di Turki, namun sejak zaman Erbakan hingga Erdogan partai Islam selalu menjadi pilihan.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan kemenangan sayap partai Islam di Turki.
Pertama, Sejak sekularisme dicangkan di Turki dan partai-partai sekuler atas bantuan militer selalu memenangkan pamilihan umum, tidak terjadi perubahan kesejahteraan yang signifikan dari rakyat Turki. Turki tetap stagnan menjadi negara tertinggal di belahan benua Eropa paling timur ini. Kesejahteraan rakyat Turki pun tidak banyak peningkatan hingga berimplikasi pada posisi Turki yang terus terpojok di Eropa. Satu-satunya perubahan yang diwariskan CHP adalah sekularisme Turki yang cukup berpengaruh bagi masyarakat. Sekulerisme ini pula yang hingga saat mewariskan problem besar di tengah masyarakat yang 98% Muslim, yaitu minuman keras, perjudian, dan prostitusi. Ketiga perkara yang diharamkan dalam Islam ini, sejak lama dilegalkan oleh penguasa Kemalis ini.
Oleh sebab itu, tidak mudah bagi pemerintah baru Islam untuk melakukan restriksi minuman keras, judi, dan prostitusi yang sudah menjadi terbiasa di tengah masyarakat Turki. Bahkan, baru tahun 2013 pemerintah Erdogan berhasil mencabut larangan berjilbab yang juga merupakan kebijakan warisan pemerintahan sekuler sejak zaman Kemal At-Taturk.
Kedua, saat Erbakan muncul sebagai politisi Islam sebelum akhirnya menjadi perdana menteri tahun 1996, ia menampilkan suatu wajah Islam yang baru. Ia adalah professor ahli “panser” lulusan Aachen University Jerman, tempat BJ Habibie menimba ilmu pesawat terbang di sana. Ia bahkan belajar satu periode bersama-sama Habibie. Tidak heran bila hubungan Indonesia-Turki saat Habibie menjabat Presiden sangat erat. Dengan pembawaan Erbakan yang meyakinkan dapat membawa suasana baru dan perubahan di Turki, maka tidak heran bila partainya memenangkan pemilu tahun 2006, walaupun akhirnya harus menghadapi kudeta militer yang halus. Ia selau menjanjikan perubahan itu melalui Refah yang dipimpinnya.
Ketiga, apa yang dicita-citakan dan dijanjikan Erbakan, akhirnya baru dapat terwujud ketika mentornya Erdogan menjadi perdana menteri. Prestasi Erdogan sebetulnya sudah dikenal oleh rakyat Turki ketika ia menjadi Walikota Istanbul dari Partai Refah. Ia berhasil menjawab berbagai masalah yang dihadapi Istanbul saat itu, di antara masalah air bersih, kebersihan kota, pemukiman, dan lainnya. Di bawah kepemimpinanya, Istanbul berubah dari kota yang cenderung kumuh menjadi kota tempat tinggal dan tujuan wisata yang menyenangkan. Lebih menarik lagi dan membanggakan warga Istanbul, Erdogan berhasil mengambil alih tempat-tempat bersejarah peninggalan Usmani yang cukup banyak telah berubah menjadi milik swasta dan dijadikan tempat-tempat bisnis. Ia mengembalikan fungsinya sebagai cagar budaya. Kebijakan ini semakin memantapkan Istanbul sebagai kota tujuan wisata sejarah paling manarik di seluruh dunia. Imbasnya, indeks ekonomi semakin baik dan rakyat semakin sejahtera. Saat ia dilantik menjadi perdana menteri, kebijakannya saat menjabat Walikota Istanbul diperluas sampai ke seluruh penjuru Turki.
Kini Turki di bawah kepemimpinannya menjadi salah satu negara yang cukup penting, baik secara ekonomi maupun politik, dalam percaturan dunia. Perubahan itu sangat terasa dibandingkan sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu. Oleh sebab itu, rakyat percaya bahwa Ak Partisi pimpinan Erdogan mampu menjalankan kepemimpinan dengan baik. Inilah juga yang menyebabkan pengaruh Islam pun lambat laun semakin muncul ke permukaan di Turki. Semakin banyak tokoh intelektual Muslim yang muncul menjadi tokoh-tokoh penting di Turki.
Tiar Anwar Bachtiar
Ketua Umum PP Pemuda Persis
Post a Comment Blogger Facebook