GuidePedia

1
http://lh5.ggpht.com/_9xuvLcvGpLc/Sdn_M0zsnwI/AAAAAAAAADU/P9suJor5OPE/s128/tokoh_T_Sulung.jpg
Kebanyakan  Orang-orang indonesia hanya tahu bahwa perjuangan perlawanan terhadap penjajahan hanya terfokus di pulau jawa saja.tapi nyatanya ada banyak perjuangan melawan penjajah di daerah lain.begitu juga di Tanah Melayu ada banyak pejuang kemerdekaan yang kurang di kenal bahkan terkesan terlupakan dan terabaikan oleh bangsa ini.

Adalah seorang pejuang tanah melayu di daerah Reteh yang merupakan Daerah kekuasaan kerajaan melayu Riau.Pada masa kecilnya seorang Tengku Sulung sudah dididik dengan ajaran disiplin terutama tentang Keagamaan,yang menjunjung tinggi keadilan dan menentang adanya penindasan serta kekejaman.. Pemahamannya tentang Agama Islam membuatnya tidak suka dengan oknum dan orang Belanda yang semena-mena menzhalimi tanpa kenal dan pandang bulu. Tengku Sulung sangat menentang Belanda bahkan Ia tidak pernah bekerja sama dengan Belanda dalam bentuk apapun.

Tengku Sulung merupakan seorang pejuang kemerdekaan yang melakukan perjuangan melawan kekejaman kolonial Belanda di daerah Reteh/Sungai Batang. Tengku Sulung yang selayaknya mendapat gelar pahlawan diperkirakan lahir di Lingga, Kepulauan Riau.

Ketika memasuki masa Remaja Tengku Sulung pernah mendapat pelatihan untuk mengarungi lautan dan pergi ke kalimantan.di Kalimantan daerah Kruang ada suatu hal suram terjadi Tengku Sulung terkena tembakan di bagian mukanya sehingga tembakan itu memberi bekas pada wajahnya sampai masa tuanya.Tengku Sulung mempunyai seorang sahabat bernama Encik Montel.Tengku Sulung dan Encik Montel pada akhirnya menjadi bajak laut. Tengku Sulung bersama sahabatnya ini, Encik Montel menjadi pemimpin bajak laut yang tersohor dan menetap di Kalimantan.Belanda mengangap Tengku Sulung dan Encik Montel sangat meresahkan kapal-kapal Belanda.keresahan ini menimbulkan niat Belanda untuk melakukan penangkapan terhadap Tengku Sulung maupun Encik Montel. Setelah tertangkap dan kemudian diberikan pengampunan oleh Komisaris Du Bus De Giusignies Tengku Sulung diperkenankan tinggal di sepanjang Sungai Reteh dengan syarat yang diajukan bahwa ia harus melepaskan pekerjaan membajak. Hal ini memang ditaatinya sungguh-sungguh.

Masa kejayaan dari seorang Tengku Sulung memperoleh kedudukan sebagai Panglima Besar Reteh setelah Sultan Muhammad, Sultan Lingga yang berkuasa di Reteh. Waktu itu Sulung tidak mau tunduk pada Sultan Sulaiman yang diangkat oleh Belanda untuk kawasan yang sama, menggantikan Sultan Mahammad. Semula Tengku berkedudukan di Kotabaru Hulu Pulau Kijang sekitar 16 mil dari Pulau Kijang. Di Desa ini Tengku Sulung membangun Benteng yang kelak ditandai dengan adanya Desa Benteng, Sungai Batang, Indragiri Hilir di Hulu Sungai Batang. Benteng ini dibangun di kawasan seluas 2 hektar. Sekitar 3 Km dari benteng ini terdapat rumah Tengku Sulung berupa benteng kecil yang ditumbuhi pohon dedap. Dibenteng itulah pertahanan Tengku Sulung dan pasukannya dalam melawan Belanda yang datang dari pusat keresidenan di Tanjung Pinang. Tengku Sulung sangat didukung oleh pasukannya baik yang berdiam di Hilir maupun di Hulu Kotabaru.

Akibat tindakannya yang sering mengganggu pelayaran Belanda di sekitar perairan Kepulauan Riau membuat pihak Belanda menjadi marah dan pada tanggal 13 Oktober 1858, pasukan Tengku Sulung dikepung oleh Belanda dari berbagai jurusan. Namun Tengku Sulung masih mendapat bantuan dari orang-orang Melayu asli Reteh, Enok dan Mandah. Bahkan Pasukan dari Indragiri secara menyamar membantu perjuangan Tengku Sulung.

    Sungguh sangat di sayangkan pada akhirnya selesai sudah Perjuangan Tengku Sulung dan Pasukannya terhenti setelah Belanda membawa Haji Muhammad Thaha, juru tulis Tengku Sulung yang sebelumnya tertangkap oleh Belanda di Kotabaru. Waktu itu, Tengku Sulung di ultimatum oleh Residen Belanda supaya menyerah kepada Komandan Ekspedisi. Namun Tengku Sulung masih memberikan perlawanan, karena kekuatan Tengku Sulung yang tidak berimbang dibanding Pasukan Belanda, akibatnya penyerangan Belanda pada tanggal 7 November 1858 banyak menewaskan rakyat Reteh dan Tengku Sulung sendiri juga ikut tertembak di bagian leher oleh pasukan Belanda pada saat sedang memeriksa tembok benteng.

Karena begitu berartinya Perjuangan seorang Tengku Sulung atas tanah Melayu hingga kini nama Tengku Sulung digunakan dan di abadikan  menjadi nama sebuah Rumah sakit Umum Daerah di Pulau Kijang yaitu RSUD Tengku Sulung.

Ref:
Abrus S,Rustam. 1998. Sejarah perjuangan panglima Besar Pateh tengku Sulung melawan Belanda Tahun 1858. Pekanbaru: unri press
Junus, hasan. 2000. Kerajaan Indragiri. Pekanbaru: unri press
 
 Lihat yg lebih 'seru' di sini !

Post a Comment Blogger

  1. Dear Madam; Thank you to lend the articl Madam.

    Salam hormat: Donald Tick

    ReplyDelete

Beli yuk ?

 
Top