GuidePedia

1

Setelah mendapat keberatan dan penolakan dari masyarakat, buku komik terbitan Elex Media berjudul Why Puberty; Why Pubertas yang berisi progaganda lesbian, gay, bisexual, and transgender (LGBT) dan melegalkan hubungan sesama jenis ditarik dari peredaran. Demikian berdasarkan rilis yang diterima Muslimdaily (07/08).

“Alhamdulilah, akhirnya penerbit dan jaringan toko buku menarik komik ini dan secara terbuka menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas terbitnya buku ini,” ujar Ketua Yayasan Anak Bangsa Mandiri dan Berdaya Fahira Idris seusai berdialog dengan Pimpinan Penerbit Elex Media, di Jakarta (07/08).

Sebelumnya, Fahira mengatakan, dirinya menerima ratusan surat dari masyarakat di seluruh Indonesia yang berisi keberatan dan penolakan atas diterbitkan buku ini.

“Surat yang saya terima dari berbagai kalangan, mulai dari orang tua, pendidik, dokter, santri, hingga berbagai organisasi kemasyarakatan Intinya sama, mereka mendesak penerbit segera menarik dan memusnahkan buku ini,” terang Fahira yang pada saat dialog juga memberikan secara langsung surat-surat keberatan masyarakat kepada Penerbit Elex Media.

Semua surat dari masyarakat, lanjut Fahira, isinya menyesalkan penerbit sebesar Elex Media bisa meloloskan buku komik ini padahal isinya tidak sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa Indonesia serta membahayakan anak dan remaja. Memang, jika dibaca beberapa bagian isi buku komik Why Puberty; Why Pubertas memberikan dukungan dan kampanye tentang LGBT serta mempropagandakan bahwa LGBT adalah sesuatu yang wajar dan seharusnya diterima.

“Anak-anak secara tidak sadar diarahkan untuk menerima hubungan sesama jenis. Saya tegaskan kembali, bahwa saya tidak membenci atau memusuhi LGBT tapi saya menolak segala macam propoganda LGBT, terlebih kepada anak-anak dan remaja,” tegas perempuan yang juga dikenal sebagai aktivis perempuan ini.

Tidak hanya menuntut komik ini segera ditarik dan dimusnahkan, masyarakat juga meminta Penerbit Elex Media untuk mengevaluasi apakah apakah masih ada buku-buku sejenis yang diterbitkan dan segara meminta maaf kepada publik.

“Saya meminta masyarakat ikut mengawal proses penarikan komik ini, dan segera melapor juga masih menemukannya di toko-toko buku maupun di perpustakaan-perpustakaan terutama di sekolah-sekolah. Ini juga pelajaran bagi penerbit lain untuk lebih berhati-hati menerbitkan buku yang kontennya sensitif terutama bagi anak dan remaja,” ujar Fahira.

Sementara itu, pihak elex media mengatakan, terbitnya buku komik ini bukanlah kesengajaan, tetapi karena ada faktor keteledoran dalam mekanisme editing dan untuk itu mereka meminta maaf kepada masyarakat luas.

Dalam sub bab ‘mencintai jenis’, komik terbitan Elex Media Komputindo ini menceritakan dan mengkampanyekan gaya hidup kaum LGBT yang dianggap wajar. Salah satunya terdapat ilustrasi seorang ibu yang mengatakan, “Jika seorang transgender dengan jiwa perempuan mencintai seorang laki-laki, itu wajar saja, bukan?”

Ada juga ilustrasi adegan ibu memperhatikan dua anak laki-laki yang berpegangan tangan mengekspresikan rasa sayang. Kemudian, ibu itu mengatakan,”Setiap orang punya hak untuk mencintai dan dicintai, dan bila mereka mencintai sesama jenis, itu adalah pilihan. Jika boleh memilih, tentu saja mereka ingin memilih mencintai lawan jenis.” Bagian ini lah yang dinilai provocative, memprogandakan dan mengkampanyekan LGBT.

Dalam pertemuan ini, tambah Fahira, tercapai beberapa kesepatakan yaitu: Penerbit Elex Media menarik seluruh peredaran buku komik “Why: Puberty” di seluruh toko buku di Indonesia; Membuat permohonan maaf atas keteledoran penerbit karena tidak punya mekanisme kontrol yang cukup baik; Elex Media juga akan melakukan kordinasi lebih baik lagi dengan pihak-pihak terkait (KPAI, Balitbang Kemendikbud, Kemendag, juga MUI—jika buku yang terbitkan memasukkan unsur agama di dalamnya) saat akan menerbitkan buku-buku yang terkait dengan isu-isu sensitif.

Selain itu, Penerbit Elex Media juga berkomitmen untuk lebih menjungung tiggi nilai-nilai keagamaan, etika kemanusiaan dan budaya kebaikan yang mengakar di negeri ini di semua buku terbitannya dan tidak menerbitkan kembali buku/ komik serupa, terutama yang punya tendensi ‘merusak’ para remaja yang sedang mencari jati dirinya.

Sementara untuk kelanjutan buku ini, Penerbit Elex Media minggu depan akan bertemu dengan MUI, Kemendag, dan Kemendikbud untuk menanyakan solusi tentang apakah sisa buku komik ini masih bisa dijual dengan cara menghilangkan sub bab ‘mencintai sejenis’, atau tidak boleh sama sekali. 

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top