GuidePedia

0
http://himpalaunas.com/sites/himpalaunas.com/files/imagecache/Original/IMG_2181.JPG

Jumat, 1 November 2013 tepatnya jam 18.30,dengan menggendong ransel yang cukup berat, ku mulai melangkahkan kaki keluar dari sebuah gedung tinggi di bilangan Slipi, untuk menemui kalian di daerah Pancoran

Sial, saat itu transportasi yang kugunakan dari Slipi hingga Pancoran membuat emosiku bergelayut dan hampir saja membatalkan rencanaku untuk berpetualang. Transjakarta yang menurutku dapat diandalkan, petang itu benar-benar gila, sesak, penuh keegoisan belum lagi ditambah jalanan Jakarta yang selalu tak pernah sepi

Pukul, 20.00 aku baru sampai di shelter transjakarta Pancoran. Damn It! Butuh satu jam setengah untuk mengarungi kerasnya jalur Ibukota, perkiraanku meleset dua kali lipat Kupikir sebelum waktu menyentuh 19.30 aku sudah sampai dan bisa mengisi dahulu perut yang sedari siang belum kuisi dengan makanan padat

Setelah turun dari transjakarta, dengan nafas yang sesak dan badan yang terasa lemas , setengah sadar ku ayunkan kakiku melangkah hingga akhirnya sampai di meeting point dengan kawan-kawanku.

Tak lama aku berdiri, sebuah mobil APV melintas dan memberikan aba-aba kepadaku. Ya, itu adalah mobil Pak Omas, rekan dari kawan seperjalananku nanti, g.a.p Setelah Setelah memasuki barang ke dalam bagasi dan tak lama datanglah teman seperjalananku nanti, muso , tengenesia , ngantuk001 dan pasangannya.

Masuk ke dalam mobil, aku akan makan pikirku Ahh ternyata lagi-lagi meleset, semua logistik kami ada di bagasi dan tak ada yang membawa makanan, hanya ada sebungkus ceres yang dapat kugapai dari kantung kecilku

Perjalanan Dimulai Kawan
Rute Jakarta – Jawa Barat siap untu kami tempuh dengan ”nebeng” mobil Pak Omas dan turut menumpang di kediaman beliau hingga Sabtu pagi

Selain menghemat budget tentu ini juga menghemat tenaga, tak perlu lagi kami berdesakan di dalam bus menuju Garut

Tak banyak cerita selama perjalanan, hanya ada alunan lagu Jawa campur Dangdut yang terdengar lewat pemutar musik dari mobil Pak Omas. Kami lebih banyak tidur dan terdiam karena masih kelelahan dengan aktifitas kami sepanjang Jumat tadi

Sabtu, 00.30 WIB akhirnya kami sampai di kediaman Pak Omas, kami disambut dengan senyum ramah sang istri dan segelas teh hangat lengkap dengan menu makan malam sup kambing dan kerupuk. Setelah membersihkan diri, kami langsung menyantap hidangan dini hari itu. Ahh lezatnya! walau ku hanya bisa menyantap dengan kerupuk dan nasi saja tapi sungguh terasa nikmatnya

Perut pun kenyang, kami kembali ke kamar yang telah disediakan untuk kemudian beristirahat dan menenggelamkan diri dalam gelapnya malam

Pemandangan :

Sabtu, 05.30 WIB ku terbangun dan langsung bergegas untuk mandi, sarapan, repacking barang bawaan dan koordinasi dengan rekan yang lain hingga waktu menunjukkan pukul 07.30 WIB

Awalnya, kami akan berangkat pukul 09.00 WIB, namun karena angkot yang sudah disewa dan membawa kami ke Cisurupan telah tiba, maka kami pun langsung bergegas pamit meninggalkan rumah Pak Omas

Sekali lagi, Terima Kasih Pak! :

Rumah Pak Omas:


Selama di angkot, kami baru mulai bercengkrama dan sesekali terdengar curhatan sendu, serta sempat mampir kee sebuah pasar untuk belanja perbekalan Ya kami sangat menikmati perjalanan ini walau ternyata tanpa kami sadari adanya kesalahpahaman antara kami dan supir angkot

angkot:

Kesalahpahaman itu baru kami sadari setelah tiba di daerah wisata Drajat :kaget: Sang supir memakirkan angkotnya dan kemudian mengatakan bahwa sudah sampai tepat tujuan. Sontak kami pun kaget Sejak kapan camp david berubah menjadi seperti ini

Setelah sempat debat, akhirnya sang supir langsung menjalankan kendaraannya menuju ke kawasan Cisurupan

Sempat dibuat dagdigdug karena takutnya sang supir kesal dan menurunkan kami di tengah perjalanan

Untungnya hal itu tak terjadi, kami sampai dengan selamat di Cisurupan, walau sayang angkot yang kami tumpangi harus diberhentikan paksa oleh para tukang ojek dan supir pick up disana

Turun dari angkot, kami pun sempat debat antara naik ojek atau naik pick up , Naik ojek memakan biaya Rp. 35.000 per orang, menumpang pick dikenakan biaya Rp. 200.000 / mobil dengan ketentuan satu mobil maksimal 12 orang

Jika naik ojek pasti lebih mahal dan cukup ngeri karena treknya lumayan terjal , menyewa mobil kami hanya berenam

Inisiatif pun muncul, akhirnya kami mencari para pendaki lain yang hendak ke tujuan yang sama dengan kami untuk menekan biaya sewa mobil. Setelah setengah jam menunggu, akhirnya kami bertemu dengan 4 orang pendaki pria yang salah duanya cukup menarik perhatian mataku :

uhuk:



11.30 WIB, kami bersepuluh dengan menumpangi pick up menuju camp David
Jujur, ini pertama kalinya aku naik kendaraan seperti ini , awalnya seru walau sedikit ngeri saat melewati jalanan rusak
pick up:

Sedikit saran untuk pemerintah daerah Garut, janganlah membuat para wisatawan enggan menuju tempat yang indah ini hanya karena jalannya yang sudah lama tak kunjung diperbaiki

Setelah kurang lebih 30 menit berada di atas pick up, akhirnya kami sampai di camp David atau gerbang masuk Gunung Papandayan. Setelah mengurus biaya simaksi sebesar Rp. 2000,- / orang kami mencari tempat yang teduh dan mulai makan siang sembari menunggu beberapa rekan yang
menjalankan kewajiban shalat

Camp David:






12.30 WIB Pendakian dimulai

Dengan ngantuk001 sebagai leader, dilanjut dengan pasangannya, g.a.p, muso, aku dan terakhir tengenesia sebagai leader Awal pendakian nafas terasa sesak dan jantung berdebar, ya aku selalu seperti ini saat 15 hingga 30 menit pendakian awal mungkin itu masa transisi

Belerang:








Melewati kawasan belerang dengan baunya yang sedikit menusuk hidung belum lagi sinar matahari yang cukup terik siang itu membuat kami sebentar-sebentar duduk istirahat. Tak lupa kami pun menyempatkan untuk mengabadikan momen lewat kamera yang dibawa agan ngantuk001

Setelah lama melewati kawasan belerang kami tiba di sebuah kawasan penuh rumput dan cantigi dan nampaknya kawasan vegetasi mulai terlihat




Di perjalanan sering kutemui para pendaki lain dan juga warga sekitar Tapi baru kali ini kutemui adanya tukang bakso colok Ya kami menemui abang tukang bakso sebelum melintas aliran sungai kecil menuju pondok saladah

bakso:




Tak ingin menyiakan kesempatan, kami pun berfoto bersama sambil membeli dagangannya walau ternyata harga yang kami bayar lebih malah dari biasanya, Rp. 5000 / 3 buah bakso yang biasanya hanya seharga selembar Pattimura perbuahnya

Ahh tak apalah yang penting kami bisa nostalgia jajanan jaman SD Setelah melahap bakso sambil menikmati segarnya udara disana, kami kembali melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan banyak kami temui jalur bercabang, walau nampaknya jalurnya mengarah pada satu titik yang sama

Disini, rombongan mulai tak sesuai formasi awal, mas muso dan april melaju didepan, sementara aku dan yang lainnya berjalan dibelakang hinnga pada akhirnya aku berjalan sendiri di antara 2 rombongan kecil itu, maksud hati ingin mengejar mas muso namun tak juga terlihat wujud mereka akhirnya, sambil memperbaiki nafas aku menunggu 3 kawan dibelakang, cukup lama mungkin 10 menit
menuju pondok saladah:










Setelah mereka datang, akhirnya kami melanjutkan perjalanan dan tak kurang dari 10 menit kami sudah menjumpai banyak tenda berdiri dan rupanya kami telah sampai di Pondok Saladah

Yeeay Pondok Saladah :

Usai mencari tempat yang kira-kira aman dan nyaman untuk mendirikan tenda, kami pun lang mendirikan tenda dan melakukan ibadah ashar Dilanjut dengan mengambil air, masak seperlunya dan sibuk dengan aktivitas masing-masing

kemping:







Iseng, akhirnya aku dan sista g.a.p turut berjalan sore menikmati indahnya ciptaan Tuhan yang tak bisa kami temui di tempat lain Setelah melewati jalanan yang cukup becek kami pun berencana untuk mencari kayu bakar agar bisa kami gunakan untuk api unggun nanti malam

pemandangan sore:




Setelah mendapatkan beberapa buah kayu bakar, kami akhirnya kembali ke tenda dan bergabung dengan cerita sendu tengenesia Sempat ditertawakan akibat ternyata kayu bakar yang dibawa ternyata masih basah


Tak lama, magrib pun tiba, usai merapikan matras yang kami bawa keluar dan melakukan aktivitas lainnya, udara yang dingin membuat kami segera bergegas masuk tenda dan siap dengan posisi tidur masing-masing
sunset:

Entah ini dikarenakan faktor lelah atau apa, kami terlelap tidur dan terbangun saat suara orang dari tenda sebelah yang mengajak untuk ikut api unggunan

Sayang, karena sudah terlalu nyaman di dalam tenda tak ada satupun dari kami yang keluar dan memilih untuk menikmati gelapnya malam dalam kehangatan sleeping bag

Ditemani dengan mie yang kami masak dan beberapa roti kami bercerita di bawah redupnya sinar senter hingga akhirnya kami kembali terlelap hingga subuh tiba Walau mimpi menyaksikan laga Liverpool vs Arsenal sempat kualami saat tidur :

Minggu pagi, 04.30 WIB, kami terbangun dan bersiap untuk summit hingga Tegal Alun
summit:


Dikarenakan tak semua dari kami membawa headlamp atau senter, akhirnya diputuskan untuk summit saat matahari sudah mulai menyinari terangnya ke bumi Toh, sunrise masih bisa kami nikmati dari Pondok Saladah

Hutan Mati - Tanjakan Mamang :































Baru saat jam menunjukkan pukul 06.00 WIB kami melangkahkan kaki menuju Tegal Alun

Sempat menunggu lama aboi ngantuk001 dan tengenesia yang entah menghilang kemana akhirnya kami bersama melewati Dead Forest atau Hutan Mati, berfoto di Tanjakan Mamang hingga akhirnya sampai di Tegal Alun



Rasa syukur tak hentinya kuucapkan, badan yang ringkih masih bisa menikmati indahnya hamparan edhelweis di Tegal Alun, walau banyak orang yang bilang ini bukanlah puncak tertinggi dari Papandayan, namun sudah cukup indahnya Tegal Alun ini kami nikmati

Tegal alun:






















Selain menikmati indahnya hamparan edhelweis yang dipayungi oleh langit yang kebetulan sangat cerah saat itu, kami membuka perbekalan sarapan dengan roti yang dilumuri susu dan ceres

Setelah itu kami pun tak ingin kalah dengan pendaki lainnya untuk mengambil gambar, kami berfose depan kamera saling bergantian :

1 jam sudah kami menikmati Tegal Alun, setelah itu kami kembali bergegas bersiap turun kembali ke camp



Saat perjalanan turun, dua rekan kami sudah hilang entah kemana yang tersisa tinggal kami berempat

Saat menuruni tanjakan mamang, sepertinya aku sempat salah pijakan yang membuat salah satu kaki ini merasa nyeri saat dibawa jalan dan membuat perjalanan turun kami memakan waktu yang sama dengan saat naik

Sempat hampir salah pilih jalur saat di Hutan Mati, akhirnya kami tiba dengan selamat di Pondok Saladah

turun:




Saat tiba di tenda, dua rekanku yang tadi berjalan lebih dulu masih belum nampak baru setelah beberapa menit mereka tiba dan ternyata mereka sempat salah pilih jalur

Di tenda, kami membuat sarapan kembali dan tak lupa membereskan perbekalan logistik dan re packing untuk persiapan pulang

kegiatan:






Dengan membuat pisang bertabur keju, ceres dan susu kami menikmati kembali sarapan pagi itu
Selesai sarapan dan re packing tenda pun mulai digulung dan hingga akhirnya pukul 10.30 kami bersiap menuruni Gunung Papandayan ini

Pondok Saladah2:




Perjalanan dimulai dengan formasi seperti saat hendak mendaki, agan ngantuk001 dan pasangannya di depan, diikuti mas muso, g.a.p, aku yang kebetulan kedapatan membawa trashbag baru diakhiri dengan tengenesia

TURUN YUK:







Awalnya kami berniat untuk turun lewat Pangalengan, karena kami akan singgah dulu ke Bandung kota Cinta : namu setelah mendapat info dari seorang porter yang kami jumpai, bahwa jalur Pangalengan memiliki jalur yang bercabang dan membutuhkan waktu yang lama akhirnya kami urungkan niat dan turun lewat jalur seperti saat kami mendaki

Sayang saat perjalanan turun, kami tak menemui lagi tukang bakso yang aku temui justru seorang pria : yang menyapaku karena kaos yang kukenakan :
Kami sempat berbincang tentang laga liverpool tadi malam, ternyata mimpiku benar, Liverpool kalah namun hanya 2-0 tak seperti mimpiku dimana Arsenal dapat menyarangkan 5 gol tanpa balas

Usai berbincang, akhirnya kami pun berpisah, ia melanjutkan pendakian sementara aku lanjut turun

Memasuki kawasan belerang, perjalanan mulai tak beraturan, agan ngantuk001, april, g.a.p dan tengenesis didepan, semnetara aku dan mas muso terpisah jauh dibelakang Karena langkahku yang lebih lambat saat turun membuat mas muso dengan sabar menemaniku

BELERANG LAGI:







Saat tiba dikumpulan 4 rekan yang lain, ternyata rekan dari agan ngantuk001 kakinya terkilir hingga membuat aku membawa tas kerilnya yang lumayan berat sementara tasku kuserahkan kepada aboi ngantuk001

12.30 WIB akhirnya kami tiba di camp david dan pemandangan pertama yang kami lihat adalah tukang bakso
Ternyata tukang baksonya hari ini mangkal disini belum ke atas


Setelah selesai lapor dan membeli buah tangan, akhirnya kami bersiap kembali ke Cisurupan dengan menumpangi kembali pick up bersama rombongan dari Bekasi

Setengah sudah kami menumpangi pick up hingga akhirnya kami tiba di Cisurupan, sampai di sebuah rumah makan padang, kami isi perut dahulu sebelum akhirnya kami mampir ke Bandung selama 24 jam dan baru keesokan harinya kami pulang ke rumah masing-masing

Mission Complete!


Papandayan , 1 – 4 November 2013
Puji Syukur ke Yang Maha Kuasa
Terimakasih kepada keluarga di rumah
Terimakasih kepada Pak Omas dan keluarga
Terimakasih kepada rekan kerja yang memberikan aku cuti
Terimakasih kepada warga Garut, Bandung dan sekitarnya
Terimakasih kepada para petugas dan pendaki Gunung Papandayan yang ramah-ramah :
Terimakasih kepada pembaca catper ini
Terimakasih Untuk Kamu

Terimakasih telah membaca catper yang mungkin sangat panjang ini
Ini hanyalah refleksi dari apa yang ingin kutulis dan bisa menjadi awal dari catper-catper selanjutnya!

Sumber 

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top