Partai Komunis Indonesia mewarnai sejarah perpolitikan di Indonesia. Kehadirannya sempat dipuja-puja tetapi kemudian dianggap sebagai perusak bangsa.
Kemesraan pada awalnya menjadi warna yang luar biasa ketika Partai Komunis yang bak anak kesayangan Presiden Sukarno tumbuh dewasa dan mencengkramkan kekuatannya di Indonesia, sorak-sorai dan pengibaran bendera bergambar palu arit seringkali menjadi pemandangan sehari-hari di berbagai kota di pulau Jawa.
Di Bandung, Jawa Barat pengemudi becak pun tak takut mengibarkan bendera itu sebagai hiasan, identitas ideologi warga saat itu tampak jelas. Euforia komunisme merebak tak hanya dihati rakyat Indonesia, sebagai kekuatan yang besar saat itu rapat-rapat raksasa pun sering kali dilakukan.
Perayaan ulang tahun Partai Komunis Indonesia dirayakan besar -besaran digelar, Presiden Sukarno terlihat mesra berdampingan dengan Ketua Partai Komunis Indonesia D.N Aidit pada 23 Mei 1965.
Pidato-pidato yang menggelegar dari Presiden Sukarno acap kali menunjukkan bagaimana komunisme juga menjadi kekuatan yang membawa Indonesia menuju identitas Negara yang kuat, terutama bila semangat nasionalis, agama dan komunis mampu menjadi kekuatan Republik Indonesia yang baru saja besar.
Pada ulang tahun ke 45 Anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia menyandingkan foto pemimpin besar revolusi Indonesia dengan bendera Partai Komunis Indonesia di mana-mana pada 23 Mei 1965.
Adalah Mayor Jendral Suharto yang saat itu menjabat sebagai Pangkostrad menjadi perwira tinggi yang tersisa bersama Jenderal AH Nasution selamat dari 'penjemputan paksa' yang dilakukan oleh pasukan Tjakrabirawa. Setelah penculikan dan pembunuhan para jenderal angkatan darat Suharto menjadi pemimpin dalam operasi penumpasan gerakan PKI.
Saat gelap datang ketakutan hinggap di banyak keluarga, tentara yang telah mengantongi ratusan nama untuk ditangkapi operasi dari rumah ke rumah digelar. Di Jawa Tengah operasi itu bak hantu menakutkan. Di Yogyakarta Kolonel Sugiono dan Brigjen Katamso Dharmakusumo ditemukan pada 22 Oktober 1965. Kejadian itu memicu operasi besar RPKAD memburu anggota PKI yang saat itu telah disinyalir menjadi dalang dari pembunuhan kejam itu.
Beberapa bulan sejak tragedi “Gerakan 30 September” (G30S) 1965, Kedubes Cina selalu menjadi sasaran penyerbuan organisasi-organisasi massa (ormas) dukungan tentara yang anti komunis. Saat itu, para ormas dan tentara yang dipelopori Angkatan Darat tersebut sudah terlanjur marah dengan orang-orang Cina yang dituding menjadi aktor intelektual atas pembantaian para jenderal dan perwira militer Indonesia yang anti komunis. Banyak pelajar keturunan Cina di pukuli dan ditangkapi di Jakarta pada 15 Oktober 1965.
Massa Islam yang sejak awal mengobarkan semangat anti komunisme membakar dan merusak rumah dan kantor-kantor milik anggota PKI. Pada bulan Oktober 1965 pulau Jawa membara oleh kemarahan rakyat Indonesia yang anti terhadap PKI.
Pada 14 Oktober di Jakarta Kantor milik Partai Komunis Indonesia dihancurkan oleh demonstran anti-komunis karena dianggap sebagai dalang penculikan para jendral. Bau kebencian tercium kuat, kecurigaan diantara masyarakat sendiri saat itu begitu besar. Oktober di tahun 1965 banyak darah tumpah, jutaan keluarga kehilangan sanak-saudaranya. Malapetaka politik yang begitu masiv menjadi prahara besar yang tak pernah tuntas kisahnya.
Militer tak mampu berbuat apa-apa, kecendrungan membiarkan upaya penghancuran gedung-gedung dimana PKI pernah berkantor terus berlangsung pada10 Oktober 1965.
Secara sporadis jalanan Jakarta dipenuhi oleh amarah, massa anti komunis menguasai jalan dan mereka membakari bangunan-bangunan dimana lambing-lambing palu-arit pernah terlihat menghiasi dinding yang suram.
Setiap hari pemandangan di jalan-jalan kota Jakarta adalah lalu-lalang truk milik angkatan darat yang dibelakangnya terdapat puluhan orang duduk dibawah sepatu lars dan kokang senjata. Dari beberapa tempat para anggota Sayap Pemuda Partai Komunis Indonesia ditangkap dan dimasukan ada yang dipenjara dan ada pula yang dihilangkan secara paksa.
Setelah peristiwa berdarah yang menewaskan sejumlah perwira tinggi angkatan darat operasi besar dilakukan, perburuan terhadap sejumlah dalang gerakan berdarah di malam 30 Oktober 1965 benar-benar terjadi di selulruh daerah di Indonesia. Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah wilayah dimana RPKAD yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhie Wibowo secara besar-besaran melakukan perburuan terhadap para anggota PKI. Secara tidak sengaja Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Tjakrabirawa Letkol Untung Syamsuri tertangkap di Brebes, Jawa Tengah.
Penangkapan secara masiv dilakukan oleh tentara saat itu. Lebih dari satu juta orang yang dianggap memiliki keterkaitan dengan Partai Komunis Indonesia diangkut dan dibawa kebeberapa penjara yang ada di Jakarta dan sekitarnya.
Penjara-penjara di Jakarta begitu penuh, hamper seluruh penjara digunakan untuk menahan anggota PKI. Banyak tahanan politik ditahan tanpa dasar yang jelas.Sejak saat itu Identitas banga Indonesia berubah total sesudah 1965. Semangat antikolonialisme hilang dan anti-komunisme menjadi dasar identitas bangsa. Ini berarti kebencian terhadap sesama orang Indonesia menjadi basis untuk menentukan siapa warganegara yang jahat dan baik.