Masjid terbesar di Denmark yang memiliki menara pertama di negara itu, pada hari Kamis kemarin (19/6/2014) resmi dibuka di distrik barat laut Kopenhagen setelah menerima sumbangan senilai 150 juta kroner ($ 27.200.000) dari Qatar.
Setelah bertahun-tahun perselisihan, masyarakat Muslim Copenhagen akhirnya merayakan pembukaan kompleks seluas 6.700 meter persegi mereka yang di dalamnya termasuk masjid, pusat budaya, studio televisi dan pusat kebugaran.
Perwakilan dari Gereja Denmark serta dari komunitas Yahudi turut diundang pada peresmian masjid hari Kamis kemarin.
Beberapa pihak sayap kanan skeptis bahwa masjid ini tidak akan lagi didanai oleh Qatar dan mencurigai bahwa Qatar dapat menggunakan masjid itu untuk menyebarkan pengaruhnya di kalangan Muslim Denmark.
Namun, Mohamed Al Maimouni, juru bicara Dewan Islam Denmark, yang memiliki masjid mengatakan, “Kami tidak terlibat dalam politik Qatar dan kami tidak ada hubungannya dengan situasi dalam negeri di sana.”
“Dewan Islam Denmark memiliki kekuatan penuh atas retorika yang digunakan di sini. Dan itu sebabnya kami sangat senang dengan donasi ini yang kami anggap sebagai infaq yang tidak ada timbal baliknya,” tambahnya.
Kondisi Muslim di Denmark
Penduduk Islam di Denmark terdiri dari kira-kira 2%- 5% dari jumlah penduduk Denmark adalah Muslim. Islam adalah agama minoriti terbesar di Denmark. Kebanyakan penduduk Denmark menganut agama Kristen, dengan Protestan membentuk sebanyak 92% dari orang Denmark dan Gereja Evangelical Lutheran merupakan gereja nasional. Pada 2005, 83.5% dari penduduk negara ini adalah anggota Folkekirken, gereja Kristen nasional.
Pada tahun 1967, Masjid Nusrat Djahan dibangun di Hvidovre, pinggiran Kopenhagen. Konon ini menjadi masjid pertama di Denmark. Ada beberapa masjid yang lain tetapi tidak dibangun untuk tujuan eksplisit. Memang tidak dilarang untuk membangun masjid atau bangunan agama lain di Denmark, tetapi ada hukum zonasi yang sangat ketat. Muslim Denmark sendiri tidak ingin membangun masjid dengan menggunakan uang dari luar, seperti dari Saudi misalnya.
Di seantero Denmark saat ini hanya ada tujuh pemakaman untuk umat Islam. Sebagian besar Muslim Denmark dimakamkan di pemakaman tersebut, dan sekitar 70 diterbangkan ke luar negeri untuk dimakamkan di negara asal mereka. Pada September 2006, sebuah pemakaman Muslim terpisah dibuka di Brondby, dekat Kopenhagen.
Diskriminasi
Pada tahun 2009, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan laporan tentang kebebasan beragama di Denmark. Satu penemuan menyatakan bahwa ada beberapa insiden diskriminasi terhadap imigran, termasuk penodaan terhadap pemakaman: Ada insiden sentimen anti-imigran, termasuk grafiti, serangan tingkat rendah, penolakan layanan, dan diskriminasi kerja atas dasar ras. Di Denmark, diskriminasi masyarakat terhadap kelompok minoritas agama sulit untuk dibedakan. Pemerintah Denmark sendir mengkritik insiden-insiden itu dan segera mengadakan penyelidikan, tetapi hanya beberapa kasus saja yang dibawa ke pengadilan khusus atas tuduhan diskriminasi ras atau kejahatan kebencian.
Sekolah Islam swasta pertama didirikan pada tahun 1978 yaitu Den Islamisk Arabiske Skole (Sekolah Islam Arab) di Helsingør dan menerima siswa dari negara manapun. Saat ini ada sekitar 20 muslim sekolah, yang sebagian besar terletak di kota-kota besar. Sekolah-sekolah Muslim besar hari ini memungkinkan melayani siswa sesuai dengan negara asal mereka. Pada 1980-an, sekolah untuk mereka yang berasal dari Pakistan, Turki dan Arab didirikan. Selanjutnya, untuk orang Somalia, sekolah Palestina dan Irak didirikan pada 1990-an. Hari ini, 6 atau 7 negara mendominasi sekolah-sekolah Islam.
Sebagai negara dengan populasi yang sangat homogen, Denmark, seperti kebanyakan negara di dunia, berurusan dengan kehadiran minoritas besar dan terlihat. Sebagai imigran generasi pertama dan kedua, beberapa kelompok Muslim di Denmark dinilai belum berhasil mencapai kekuatan ekonomi dan politik yang sebanding dengan populasi mereka.
Follow @wisbenbae
Post a Comment Blogger Facebook