Divisi Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Semarang, Taufik Kurniawan mengungkapkan, jumlah PSK di Bandungan saat ini mencapai sekitar 700-an.
Jumlah tersebut termasuk para wanita yang berprofesi sebagai pemandu karaoke (PK) yang menjamur di kawasan wisata lereng gunung Ungaran tersebut.
"Tapi menjelang bulan Ramadan ini hanya ada sekitar 235 pekerja seks komersial. Sementara di GP (Tegalpanas) angkanya selalu stabil di antara 130 orang PSK," kata Taufik, Senin (23/6/2014) siang.
Setelah ada penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya, ungkap Taufik, diperkirakan akan ada eksodus PSK ke kawasan Bandungan, serta lokasi lain seperti Tegalpanas, Sukasari (Gembol) dan Kopeng.
"Bisa saja masuk ke Bandungan, mereka pasti akan mencari lokasi yang aman untuk beroperasi," ujar Taufik.
Menurut Taufik, fenomena perpindahan PSK dari daerah lain ini menjadi hal yang sering terjadi di dunia prostitusi.
Bahkan, tidak hanya perpindahan PSK, fenomena pendatang baru biasanya juga terjadi pasca-Lebaran.
"Saat akan bulan Ramadan biasanya jumlahnya berkurang, tetapi setelah Lebaran mereka akan bertambah. Tidak jarang mereka (PSK) yang sudah bekerja, mengajak temannya bekerja," ujarnya.
Mengantisipasi eksodus PSK ke sejumlah kawasasan "hot spot" di Kabupaten Semarang, lanjut Taufiq, pemerintah harus melakukan upaya pembatasan para pendatang baru. Hal ini, menurut Toufiq, untuk menghindari adanya penyebaran dan pencegahan HIV/AIDS.
"Dengan melakukan pendataan, pemerintah dapat mengawasi kegiatan mereka. Sementara saat ini masih banyak yang freelance tidak terdata," pungkasnya.
Seperti diketahui Bandungan adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Semarang yang berada di lereng Gunung Ungaran.
Sejak dahulu, Bandungan sudah dikenal sebagai objek wisata alam, sehingga kerap menjadi tujuan para wisatawan.
Seiring perkembangan zaman, Bandungan sudah menjadi kota metropolis yang penuh dengan dunia hiburan.
Ratusan hotel yang menyediakan kamar untuk seks bebas, puluhan rumah karaoke, panti mandi uap plus-plus hingga prostitusi digelar bebas di sana.
Pemerintah Kabupaten Semarang maupun warga sebenarnya keberatan ketika Bandungan di sebut lokalisasi prostitusi.
Namun kenyatannya, di sana banyak dijumpai PSK maupun Pemandu Karaoke (PK) plus-plus yang melayani lelaki hidung belang.
Bahkan praktik prostitusi itu sudah berlangsung lama sejak tahun 70-an.
“Di sini tidak ada lokalisasi, tetapi praktik prostitusi ada karena fasilitasnya juga ada seperti hotel juga anak-anak kos dan karaoke, sebab ada PK yang tidak menutup kemungkinan melakukan praktik prostitusi terselubung,” kata Lurah Bandungan, Adiarso.
Post a Comment Blogger Facebook