GuidePedia


Lagi-lagi bukan barang baru namun tetap menjadi salah satu masalah kesehatan utama sebagai dampak gaya hidup modern. Obesitas sering dikacaukan dengan kelebihan berat badan (overweight) padahal keduanya tidak sama. Kelebihan bisa saja disebabkan oleh massa otot atau air sehingga belum tentu ia obesitas. Obesitas adalah suatu keadaan patologis (tidak seharusnya) yang ditandai dengan penimbunan lemak berlebihan di dalam tubuh. Obesitas juga jangan dikacaukan dengan dislipidemia, yaitu keadaan abnormal lemak dalam darah seperti hiperkolesterolemia, yang akan dibahas di kesempatan lain.

Jumlah Lemak
Umumnya jumlah lemak tubuh pada wanita lebih besar dari pada pria. Sejak bayi hal ini sudah nampak. Penambahan lemak tubuh pada pria dan wanita sampai usia 8 tahun kurang lebih sama. Kemudian sejak akhil balik (13 tahun), pertumbuhan lemak pria akan melambat dibanding wanita. Pertumbuhan lemak tubuh pada wanita terutama tampak pada bagian dada, pinggul, bokong dan anggota gerak bagian atas.

Umur (tahun) Pria Wanita
20————-12%——27%
30————-18%——29%
40————-22%——32%
50————-24%——34%

Pertumbuhan lemak terjadi melalui 2 macam proses: hiperplasi (bertambah jumlah) dan hipertropi (bertambah ukuran). Pada orang dewasa, pertumbuhan jariangan lemak terjadi secara hipertropi. Pada anak-anak terjadi secara hipertropi 50% dan hiperplasi yang dapat sampai menjadi 3 kali lebih banyak pada orang normal. Karena hal inilah menurunkan berat badan pada orang dewasa yang telah menderita obesitas sejak anak-anak menjadi sangat sulit.

Pengukuran Lemak
Secara sederhana, orang biasanya mengukur berat badan sebagai patokan, yaitu melalui 2 cara:

1.Body Mass Index (BMI) yaitu membandingkan berat badan (dalam kilogram) dengan kuardrat dari tinggi badan (dalam meter).
Hasilnya adalah:
Under weight : 17
Normal : 17,5-25
Overweight : 25-30
Obesity : >30

2.Indeks BROCA, di Indonesia untuk menentukan berat badan ideal dapat dipakai cara ini, yaitu:
- jika tinggi badan 160 maka Berat badan ideal (Kg) = tinggi badan (cm) – 100

- jika tinggi badan &160 cm untuk pria dan &150 cm bagi wanita, maka:
Berat badan ideal (Kg) = {tinggi badan (cm) – 100} – 10%
Seseorang dikatakan obesitas apabila berat badannya melebihi 20% dari berat badan ideal.

Namun pada prakteknya, beberapa ahli kurang sependapat dengan cara pengukuran antropometrik ini. Misalnya saja seorang atlet terlatih, maka ia bisa-bisa terhitung obesitas, padahal bukan lemaknya yang menyebabkan berat badannya yang tinggi, tapi massa ototnya. Oleh karena itu, beberapa ahli menganjurkan cara pengukuran lain, yaitu:

3.Tebal lemak subkutan lipatan kulit dengan menggunakan “Skin Fold Caliper” pada beberapa tempat, antara lain:
- triceps: dik=ukur lipatan kulit yang menggantung bebas anatara bahu dan siku. Dinyatakan obesitas bila tebal lemak subkutan > 20 mm pada pria dan > 30 mm pada wanita.

- biceps, skapula, supra iliaka dan subkostal. Bila melebihi 1 standar deviasi setelah dibandingkan dengan standar yang ada, dapat dinyatakan obesitas
Pengukuran dikeempat bagian tubuh ini lebih dianjurkan ketimbang berat badan karena tidak dipengaruhi tinggi badan, sehingga dapat memberi nilai untuk tiap umur dan jenis kelamin.

Bedasarkan distribusi lemak tubuh, obesitas dibagi menjadi 2 kelompok:
1.Tipe Android
Lemak tertimbun terutama pada bagian atas pusar: perut, dada, punggung muka.Disebut juga bentuk apel. Rasio lingkar perut/linggkar panggul >0,9. Biasanya lebih banyak pada pria dan lebih berhubungan dengan berbagai macam komplikasi penyakit seperti diabetes, jantung koroner, darah tinggi dan lain-lain.

2.Tipe Genoid
Timbunan lemak terutama pada bawah pusar: pinggul, paha, bokong. Disebut juga bentuk pear. Rasio lingkar perut/lingkar panggul <0 data-blogger-escaped-banyak="" data-blogger-escaped-berbagai="" data-blogger-escaped-berhubungan="" data-blogger-escaped-dan="" data-blogger-escaped-dengan="" data-blogger-escaped-div="" data-blogger-escaped-jarang="" data-blogger-escaped-komplikasi.="" data-blogger-escaped-lebih="" data-blogger-escaped-pada="" data-blogger-escaped-penyakit="" data-blogger-escaped-serta="" data-blogger-escaped-wanita="">

Penyebab
Sudah pasti karena kebanyakan makan dibanding aktivitasnya. Tetapi kadang-kadang ada orang yang makannya sudah sedikit, tetapi tetap obesitas. Ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan gizi sehingga mempermudah timbuann lemak.
1.Faktor eksogen:
- makan-minum berlebihan
- aktivitas fisik yang kurang
2.Faktor endogen:
- genetik/herediter (keturunan)
- metabolik
- endokrin (hormonal)
- kejiwaan

Makan berlebihan. Trend yang ada sekarang adalah banyak makanan tinggi lemak dan gula. Banyak orang yang makannya 2 kali sehari lebih gemuk dianding yang makan 3 kali sehari. Hal ini menunjukan bahwa sering makan dalam jumlah sedikit lebih baik daripada jarang makan tapi dalam porsi besar. Pada anak penyebab yang paling sering adalah:
- makanan tambahan diberikan terlalu dini
- pemberian pengganti ASI terlalu berlebihan
- makanan tinggi lemak tinggi gula yang berlebihan.

Suka ngemil merupakan biang kerok obesitas yang terutama baik pada dewasa maupun pada anak-anak.Frekuensi ngemil paling tinggi adalah pada sore-malam hari, yaitu saat santai menonton TV. Pasalnya ngemil tidak menimbulkan rasa kenyang. Tahu0tahu jumlah kalori yang masuk sudah terlampau banyak sebelum akhirnya kita memutuskan untuk berhenti atau cemilan sudah terlanjur habis.

Aktivitas fisik yang kurang. Di zaman serba praktis dan mudah ini, orang cenderung lebih malas bergerak. Apalagi dengan hadirnya remote TV, supir pribadi, lift, eskalator dan kemudahan-kemudahan lainnya menyebabkan pengeluaran energi berkurang sedangkan pemasukannya tetap atau malah berlebih.

Faktor-faktor lainnya antara lain keturunan, kejiwaan. Pada remaja, gangguan emosi merupakan salah satu penyebab terpenting obesitas. Selain itu kondsi hormonal seperti pada penyakit Cushing dimana hormon adrenalin terlampau tinggi, maka akan terjadi obeitas. Juga demikian dengan hipofungsi kelenjar gondok serta diabetes melitus. Dari faktor sosioekonomi, ternyata dari suatu survei di Amerika, pria golongan ekeonomi rendah jarang gemuk, sebaliknya wanita dari golongan ekonomi rendah banak yang gemuk (34%) sedangkan wanita dari golongan ekonomi tinggi jarang yang gemuk (4%).

Kelainan yang Ditimbulkan Obesitas

1. Diabetes Melitus
Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab, obesitas menyebabkan sel beta pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan dan “jebol” sehingga insulin menjadi kurang prodeksinya dan terjadilah DM. Sebagai akibat biasanya akibat penggunaan insulin sebagai terapi DM berlebihan menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang berlebihan pula.

2. Hipertensi
Framingham bedasarkan penelitiannya mengatakan bahwa pada orang-orang dengan berat badan >20% berat badan normal ditemukan 10 kali lebih sering menderita hipertensi. Hipertensi akibat obesitas lebih nyata pada tekanan sistolik dibanding diastolik dan lebih nyata terlihat pada wanita. Bedasarkan penelitian, penurunan 1 Kg berat badan akan menurunkan 2,5 mmHg tekanan sistolik dan 1,5 mmHg tekanan diastolik

3. Batu empedu, Penjyakit jantung koroner, dislipidemia (peningkatan kadar kolesterol, trigliserid), gangguan haid, kemandulan gangguan sosial dan kejiwaan dan bahkan angka kematian pada orang yang obesitas lebih besar dari pada orang dengan berat badan normal.

Pengobatan
Prinsipnya energi yang masuk harus lebih kecil dibanding yang keluar. Untuk itu dilakukan beberapa strategi:
1. Reedukasi dan pengobatan gizi
2. Psikoterapi (terapi kejiwaan), modifikasi prilaku, terapi kelompok
3. Terapi obat-obatan
4. Lain-lainm: akupunktur, operasi, sedoot lemak (liposuction)

Pada kesempatan ini akan ditekankan pada reedukasi gizi .
Reedukasi gizi. Pasien diberi pengetahuan dan bimbingan mengenai gizi dan perilaku makan yang sehat. Antara lain misalnya dengan mencatat makanan apa saja yang dimakan serta jumlahnya setiap hari serta perasaan-perasaan yang timbul sebelum dan sesudah makan. Kemudian aktivitas makan jangan dibarengi dengan aktivitas-aktivitas lain seperti mengobrol, menonton TV, karena hal ini sangat bahaya lantaran akan membuat kita lupa sudah berapa suapan yang masuk ke dalam mulut kita. Lalu juga dibiasakan mengunyah dengan lambat dan sampai lumat baru ditelan, jadi makan jangan cepat-cepat.

Terapi Gizi. Diet yang dijalankan akan memakan waktu lama sehingga membutuhkan komitmen dan displin pasien. Srlain itu, diet sehari-hari harius tetap bernilai gizi cukup kecuali dalam hal kalori.
Macam-macam diet antara lain: diet tanpa kalori, diet setengah puasa, diet rendah kalori tinggi protein dan diet rendah kalori ketogenik. Selanjutnya hanya akan dibicarakan dua jenis terakhir saja.

Diet Rendah kalori Tinggi Protein. Dikenal juga dengan sebutan “Tiger Diet” atau “Airforce Diet”. Protein tinggi dimaksudkan untuk mencegah ketidak seimbangan nitrogen dalam tubuh. Jika jumlah protein rendah dalam diet, maka protein dalam tubuh akan dipecah untuk memenuhi kebutuhan aktivitas tubuh, hal ini menyebabkan ketidak seimbangan nitrogen dan merugikan tubuh. Selain itu untuk mencerna protein memang dibutuhkan kalori juga yang lebih tinggi dibanding mencerna karbohidrat ataupun lemak, sehingga dengan demikian kalori yang terbakar juga akan lebih tinggi tanpa mengganggu protein tubuh.

Diet rendah kalori ketogenik. Prinsipnya adalah makanan yang masuk harus dapat membakar lemak dalam tubuh. Sehingga dalam diet ini jumlah lemak tinggi, karbohidrat rendah dan protein 1 gram/kg berat badan/hari. Idenya adalah dengan karbohidrat yang rendah maka lemak dalam tubuh akan dimobilisasi dan dipakai tubuh. Kemudian hasil dari pemecahan lemak menjadia sama lemak bebas juga akan memacu bertambahnya jumlah keton bodies dalam darah yang akan merangsang pusat kenyang diotak sehingga menimbulkan rasa kenyang. Namun kejelekan program diet ini adalah dapat menimbulkan hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia dan menaikan kadar asam urat dalam darah.

Kesimpulannya, dalam mengatasi obesitas, sebenarnya Anda bisa menentukan cara yang paling tepat bagi Anda sendiri. Anda juga dapat mengkonsultasikannya dengan dokter Anda selain juga untuk memperkirakan resiko-resiko penyakit akibat obesitas untuk menghindarinya. Pada prinsipnya kalori yang masuk harus lebih kecil dibanding yang keluar. Asupan gizi juga harus diperhatikan karena yang dikurangi adalah kalori, bukan zat-zat gizi lainnya. Tidak perlu berpantang ini-itu, salah-salah Anda malah terkena penyakit gizi lainnya. Jika dirasakan Anda perlu berkonsultasi mengenai gizi ataupun perilaku, terutama terhadap makanan dalam hal ini, jangan ragu untuk menemui dokter Anda. Dokter Anda akan membantu Anda atau merujuk Anda ke dokter spesialis yang berkompeten untuk menangani amsalah Anda. Jadi, sekali lagi, Demi Tuhan, hindarilah obesitas demi kesehatan Anda, OK?


obes....

Beli yuk ?

 
Top