GuidePedia

0

Nama Rini Mariani Soemarno menyeruak di tengah hiruk pikuk hasil Pemilu Presiden 2014 dan sengketa hasilnya di Mahkamah Konstitusi sebagai Ketua Tim Transisi pemerintahan bagi pasangan presiden dan wakil presiden terpilih, Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

Bagi banyak orang, sosok Rini seolah-olah hanya mantan menteri atau petinggi Astra yang tiba-tiba dapat panggung di dunia politik. Terlebih lagi, Rini memang menjadi menteri pada era pemerintahan Megawati Soekarnoputri, yang sekarang masih menjadi Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Namun, masuk lebih dalam ke aktivitas PDI-P, Rini bisa jadi justru sosok yang paling akrab dengan Megawati, setidaknya dalam satu dekade terakhir. Di mana ada Megawati, hampir selalu di situ ada Rini, baik di Jakarta, luar kota, maupun luar negeri. Ini kisah kedekatan keduanya dengan beragam pernak-pernik cerita.


Rini Mariani Soemarno (kiri) saat mendampingi Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri menghadiri resepsi pernikahan putri Sekjen PDI-P Tjahjo Kumolo, di Jakarta, Sabtu (1/12/2012)

"Selesai pemerintahan Ibu Megawati, yang saya lihat hanya Ibu Rini yang selalu setia mendampingi Ibu Megawati dalam berbagai acara ke mana pun," kata Sekjen PDI-P Tjahjo Kumolo, pekan lalu.

Rini, dulu lebih dikenal sebagai Rini Soewandi sebelum berpisah dengan suaminya saat itu, adalah Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada masa pemerintahan setengah periode Megawati.

"Yang saya ingat, sebelum masuk anggota kabinet, Ibu Mega sudah kenal dekat (dengan Ibu Rini)," imbuh Tjahjo. Loyalitas Rini kepada Megawati bahkan diakui oleh politisi dari luar PDI-P maupun koalisi pengusung pasangan Jokowi-Jusuf Kalla.

Loyalis nomor satu

"Memang dari dulu sejak sebelum jadi Memperindag (Rini) dekat sama MSP (Megawati), dan paling loyal," ujar Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional Dradjad Hari Wibowo.

"Loyalis nomor satu," sebut Dradjad tentang sosok Rini. Dia mengatakan, Rini juga dekat dengan almarhum Taufiq Kiemas, suami Megawati.


Salah satu momentum Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri (tengah, berkebaya cokelat), dengan Rini Mariani Soemarno (berkebaya putih, tampak samping saja, di sebelah kanan Megawati), dan Iriana Joko Widodo (baju motif cokelat, di kiri Megawati), saat menghadiri resepsi pernikahan putri Sekjen PDI-P Tjahjo Kumolo, Sabtu (1/12/2012)

Meski demikian, sejauh ini tak ada catatan bahwa Rini merupakan kader ataupun anggota PDI-P. Soal keanggotaan ini pun dikonfirmasi oleh Wasekjen PDI-P yang juga menjadi deputi Rini di tim transisi pemerintahan Jokowi-JK, Hasto Kristiyanto.

"(Rini) bukan (kader). Anggota partai juga bukan," kata Hasto. Dia menyamakan kehadiran Rini dalam tim transisi ini dengan pakar pertahanan dan intelijen Andi Widjajanto. "Mas Andi juga pegawai negeri. Jadi, (Rini) bukan anggota," ujar dia.

Lihai "menyelinap"

Bagi para wartawan yang meliput politik dan isu nasional, kedekatan Rini dengan Megawati pun sudah bukan barang baru, meskipun bisa jadi tak semua orang menyadari kehadiran Rini.

Rini ibarat bayang-bayang yang hampir selalu menyertai Megawati, tetapi selalu bisa "menyelinap" dengan sigap setiap kali ada juru warta yang menyadari kehadirannya, mengenali dia, dan mencoba bertanya.

Kalaupun telat menghindari wartawan yang mengenalinya dan mencoba bertanya, Rini hanya tersenyum, lalu menolak dengan halus. "Yang lain saja yang diwawancara," tepis dia halus, atau, "Saya jangan diwawancara deh."

Pada Pemilu 2009, Rini pun sudah menempel lekat kepada Megawati. Bukan sekali dua kali Rini berada satu mobil dengan Megawati, dan bahkan memakai mobil Rini, dalam kunjungan ke luar kota maupun acara di Jakarta.

Salah satu staf pejabat teras PDI-P pun mengingatkan bahwa Rini memang hampir selalu ada di samping Megawati. "Cuma wartawan pada gak sadar aja dulu itu di rombongan keluar kota Bu Rini selalu ikut," ujar staf tersebut merujuk pada perjalanan yang dulu diikuti Aing.

Cerita dari "perekrut"

Adalah Fuad Bawazier, mantan Menteri Keuangan di kabinet terakhir pemerintahan Soeharto, yang memuluskan jalan Rini masuk ke kabinet Megawati pada 2001. Menurut Fuad, kedekatan antara Rini dan Megawati baru terjadi setelah Rini menjadi menteri. "Iya, saya yang ajak (ke kabinet)," kata dia.

Alasan kedekatan tersebut, kata Fuad, bisa jadi karena sama-sama perempuan. Namun, menurut dia, ada juga nilai lebih Rini yang menjadikan perekat kedekatan itu.

"(Rini) sabar dan mau mendengarkan, sementara Mega banyak persoalan, perlu tempat curhat, yang bukan semata, curhat tapi (yang dicurhati) bisa memberi solusi," papar Fuad. Dia pun membenarkan Rini menyertai Megawati tak hanya di dalam negeri, tetapi hingga ke luar negeri.

Fuad pun mengakui Rini punya cara komunikasi yang bagus. Meski demikian, Fuad berpendapat sosok Rini yang besar dari latar belakang keuangan ini tak cukup untuk memimpin sebuah tim transisi dengan tugas seperti menyusun program prioritas dan kabinet.

Menurut Fuad, tantangan tim transisi yang dikomandoi Rini ini adalah struktur birokrasi. Butuh orang yang berpengalaman di birokrasi sekaligus punya wawasan luas, kata dia, untuk bisa mengatasi masalah mendasar di Indonesia.

Lahir dan besar di luar negeri, Rini kembali ke Indonesia dan tumbuh di dalam grup Astra. Ketika perusahaan otomotif tersebut terseret gelombang krisis moneter pada 1998, Rini adalah direktur keuangan. Perusahaan ini guncang karena dihantam nilai tukar rupiah yang hancur dibandingkan dollar AS pada saat itu. 

Pengalaman Rini yang kemudian menjadi Direktur Utama Astra karena kapasitasnya di bidang keuangan, menurut Fuad, tak cukup untuk menyiapkan dasar pengelolaan negara. "Perusahaan tetap beda dengan negara," ujar Fuad.

Kenapa Rini?

Jokowi mengaku sebagai orang yang menunjuk Rini menjadi ketua tim transisinya. Dia pun menyodorkan sederet alasan.

"(Alasan penunjukan Rini), pertama senioritas," sebut Jokowi, Senin (4/8/2014). Sebagai bekas menteri, Jokowi pun menyebut sosok Rini punya kompetensi untuk tugas di tim transisi ini.

"Kedua, Bu Rini punya pengalaman di bidang korporasi swasta dan pengalaman pemerintah yang gabungan keduanya ini penting," lanjut Jokowi.

Dari sejumlah alasan itu, Jokowi menampik penunjukan Rini dikaitkan kepada kedekatannya yang lekat dengan Megawati. Yang jelas, kehadiran Rini memang bukan tiba-tiba. 

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top