Hampir
tiga tahun saya pernah hidup di negeri yang jumlah muslim-nya tidak
lebih dari 1%, di sebuah wilayah di Pulau Sumatera. Sebagai kaum
minoritas, ruang gerak dakwah disana sangat terbatas. Kami cuma bisa
beribadah dan berkumpul pada satu-satunya Masjid yang terdapat di negeri
tersebut dan di Masjid ini kami mencoba mengatur strategi dakwah
bersama para mubaligh.
Objek dakwah di negeri ini bukan hanya masyarakat yang tercatat beragama Islam di KTP-nya, tetapi juga non muslim. Biasanya kami sering berbagi dengan masyarakat sekitar Masjid dengan acara bakti sosial seperti baksi sosial kesehatan dan pembagian daging qurban.
Untuk menghormati mereka yang jadi mayoritas, suara adzan di mikropon Masjid sengaja tidak terlalu keras, itu pun masih dikomplain karena dianggap mengganggu. Seringkali ketika kami adzan, masyarakat yang berdekatan tempat tinggalnya dengan Masjid menghidupkan musik dengan soundsystem yang keras. Merasakan kondisi seperti itu saya cuma bisa berharap kepada Allah SWT agar masyarakat di sana dibukakan pintu hidayahNya dan diberikan jalan keluar kepada ummat Muslim untuk diberikan ketenangan ketika menjalankan ibadah.
Sampai suatu malam, ada seorang yang tinggal di dekat Masjid datang meminta bantuan karena ada salah seorang anak dari mereka kesurupan, sudah sejak sore coba diobati oleh dukun dan pemuka agama mereka, tetap saja jin yang ada pada tubuh anak tersebut tidak mau pergi. Mulanya saya merasa berat diminta membantu anak yang kesurupan tersebut karena tidak seiman dan saya baru sekali pernah me-ruqyah, tapi orang yang meminta tolong tersebut terlihat sangat memohon bantuan saya, tampaknya dia sudah kehabisan akal mau minta tolong kepada siapa lagi.
Dengan mengharap ridho Allah, saya coba mendatangi rumah anak yang kesurupan itu, di sana sudah ramai oleh kerumunan masyarakat sekitar. Setelah dipersilahkan, saya minta maaf kepada kerumunan orang tersebut karena saya akan memakai cara pengobatan yang Islami, dan orang-orang tersebut tidak mempermasalahkan asal sang anak tidak kesurupan lagi.
Objek dakwah di negeri ini bukan hanya masyarakat yang tercatat beragama Islam di KTP-nya, tetapi juga non muslim. Biasanya kami sering berbagi dengan masyarakat sekitar Masjid dengan acara bakti sosial seperti baksi sosial kesehatan dan pembagian daging qurban.
Untuk menghormati mereka yang jadi mayoritas, suara adzan di mikropon Masjid sengaja tidak terlalu keras, itu pun masih dikomplain karena dianggap mengganggu. Seringkali ketika kami adzan, masyarakat yang berdekatan tempat tinggalnya dengan Masjid menghidupkan musik dengan soundsystem yang keras. Merasakan kondisi seperti itu saya cuma bisa berharap kepada Allah SWT agar masyarakat di sana dibukakan pintu hidayahNya dan diberikan jalan keluar kepada ummat Muslim untuk diberikan ketenangan ketika menjalankan ibadah.
Sampai suatu malam, ada seorang yang tinggal di dekat Masjid datang meminta bantuan karena ada salah seorang anak dari mereka kesurupan, sudah sejak sore coba diobati oleh dukun dan pemuka agama mereka, tetap saja jin yang ada pada tubuh anak tersebut tidak mau pergi. Mulanya saya merasa berat diminta membantu anak yang kesurupan tersebut karena tidak seiman dan saya baru sekali pernah me-ruqyah, tapi orang yang meminta tolong tersebut terlihat sangat memohon bantuan saya, tampaknya dia sudah kehabisan akal mau minta tolong kepada siapa lagi.
Dengan mengharap ridho Allah, saya coba mendatangi rumah anak yang kesurupan itu, di sana sudah ramai oleh kerumunan masyarakat sekitar. Setelah dipersilahkan, saya minta maaf kepada kerumunan orang tersebut karena saya akan memakai cara pengobatan yang Islami, dan orang-orang tersebut tidak mempermasalahkan asal sang anak tidak kesurupan lagi.
Mulailah saya membaca beberapa ayat ruqyah yang saya hafal, terlihat reaksi anak yang kesurupan berbeda dari sebelumnya, semua yang hadir di rumah itu terdiam ditambah empat orang yang membantu memegangi sang anak kesurupan yang meronta ketika dibacakan ayat al-Quran. Terakhir, saya mengumandangkan adzan dengan keras di rumah tersebut. Usai adzan, barulah anak yang kesurupan tersebut sadar dengan dirinya. Dari raut wajah orang-orang yang hadir terlihat ada ketakjuban walaupun tidak ada diantara mereka yang mengucapkan sepatah kata apapun.
Mudah-mudahan dengan datangnya saya meruqyah ke rumah orang tersebut dan disaksikan oleh banyak kerabatnya, setidaknya bisa memperlihatkan kepada mereka bahwasanya ayat-ayat Allah dan suara adzan yang biasa dikumandangkan di Masjid ketika waktu sholat tiba memang luar biasa. Semoga Allah memberikan hidayahNya. Aamiin.
Penulis: Jefrey M. Muis
Kabupaten Solok, Sumbar
Tulisan ini adalah salah satu peserta
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)
Follow @wisbenbae