GuidePedia

0



Pesan Islamic State of Iraq and Syam (ISIS) cukup jelas.

"Kalian diberi banyak kesempatan merundingkan pembebasan oran-orang kalian melalui transaksi tunai, karena pemerintah lain menerima," tulis ISIS.


"Kami juga telah menawarkan pertukaran tahanan dengan salah satu saudara kami, Dr Aafia Siddiqui, namun kalian tidak tertarik," lanjut pesan itu.

Pesan dikirim ke bos James Foley, jurnalis AS yang digorok militan ISIS, dan disampaikan ke pemerintah AS.

Pers Barat menyebut tawaran ISIS adalah permainan gambit paling berani. Foley, selain wartawan, bukan siapa-siapa. Aafia Siddiqui pernah menyandang status wanita paling dicari di dunia, dan pers AS menjulukinya Lady Al-Qaeda.

Muncul pertanyaan, mengapa ISIS tertarik kepada Aafia Siddiqui, ibu berusia 42 tahun yang didakwa melakukan sesuatu yang tidak pernah diperbuatnya; merencanakan serangan 11 September 2001.

Aafia Siddiqui 

Aafia Siddiqui lahir di Karachi, Pakistan, dari keluarga kelas menengah. Ibunya bertugas di parlemen Pakistan. Ayahnya dokter lulusan Inggris.

Siddiqui belajar di Universitas Houston, Texas. Ia pindah ke Massachusetts untuk mengambil gelar PhD bidang neuroscience di Universitas Brandels.

Bersama Amjad Mohammed, suaminya, Siddiqui meninggalkan AS setelah serangan 11 September 2001 untuk kembali ke Karachi pada musim panas 2002.

Saat masih di AS, Siddiqui dan suaminya sempat diinterogasi FBI mengenai pemberian peralatan night vision dan pelindung tubuh seharga enam ribu dolar AS. Keduanya mengatakan peralatan itu untuk berburu.

Akhir 2002, Siddiqui dan Mohammed bercerai. Bencana bagi Siddiqui dimulai. Mohammed mengatakan dirinya prihatin dengan pandangan ekstrem mantan istrinya.

"Saya akhirnya tahu Siddiqui memiliki pandangan ekstrem, dan saya menduga dia terlibat kegiatan jihad," ujar Mohammed.

Siddiqui menikah lagi dengan Ammar al-Baluchi, keponakan Khalid Sheikh Mohammed -- yang dituduh merencanakan serangan Al-Qaeda di New York dan Washington.

Keluarga Siddiqui menyangkal pernikahan itu, dan menuduh intelejen AS mengarang cerita.

Laporan lain menyebutkan Siddiqui dan Balluchi menikah. Balluchi ditahan di Guantanamo sejak 2003. Tiga tahun kemudian Balluchi mengaku satu dari dua orang yang membiayai serangan 11 September.

Maret 2003, Siddiqui dan tiga anaknya menghilang setelah FBI mengumumkan sedang mencarinya untuk diinterogasi soal suami pertamanya.

Siddiqui juga disebut oleh Khalid Sheikh Mohammed, yang disiksa habis-habisan setelah ditangkap AS di Rawalpindi, awal Maret 2003. Belakangan terbukti CIA melakukan cara paling keji saat menginterogasi orang-orang yang 'disangka' pelaku serangan 11 September.


Muncul perdebatan apa yang terjadi dengan Siddiqui selama lima tahun menghilang. Beberapa percaya dia ditahan pihak berwenang Pakistan. Keluarganya yakin Siddiqui ditahan pihak AS di sebuah penjara rahasia di Bagram, Afghanistan.

Mantan suaminya yakin Siddiqui dan anak-anaknya menghabiskan hari-harinya di Pakistan, di bawah pengawasan Inter-Services Intelligence (ISI).

Tahun 2008, Siddiqui tiba-tiba muncul di Propinsi Ghazni, Afghanistan. Ia ditangkap dengan dokumen berbagai dokumen soal senjata kimia dan peledak. Ada catatan tertulis tentang rencana serangan massal di AS.

Siddiqui mengakhiri perjalanannya di penjara AS. Ia dikenakan berbagai tuduhan; mulai dari merencanakan serangan teror, sampai berupaya membunuh interogator AS di Afghanistan.

Ia dijatuhi hukuman 86 tahun penjara, dan dkini mendekam di Penjara Federal Medical Center di Carswell, Texas -- tempat tahanan perempuan. Ia tercatat sebagai tahanan bernomor 90279-054 yang akan bebas tahun 2083.

Ada banyak spekulasi mengapa ISIS tertarik dengan Siddiqui. Dr Farzana Shaikh, ilmuwan Pakistan yang bermukim di London, yakin kelompok militan di Pakistan meminta ISIS menukar Foley-Siddiqui, dengan imbalan Dr Shakil Afridi -- dokter CIA yang ditugaskan mencari Osama bin Ladin dan ditangkap di Pakistan.

Michael Kugelman, pakar Asia Selatan, mengatakan keinginan ISIS mendapatkan Siddiqui mengisyaratkan ada elemen Pakistan di jajaran petinggi militan itu.

Sebelumnya, Taliban Afghanistan juga meminta pembebasan Siddiqui dengan imbalan Bowe Berghdahl -- sersan AS yang ditahan selama lima tahun.

Kemungkinan paling masuk akal adalah ISIS menggunakan Siddiqui untuk menjangkau semua komunitas Islam garis keras untuk bergabung. ISIS tidak sekadar butuh uang untuk perang, tapi sumber daya. Nama Siddiqui cukup memiliki daya tarik.

Di pihak keluarga Siddiqui, Fowzia Siddiqui terus mengkampanyekan pembebasaan kakanya karena tidak bersalah. Fowzia menyebut Aafia kini menjadi simbol ketidak-adilan Barat terhadap umat Islam di seluruh dunia. 

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top