Seorang remaja laki-laki menderita akibat keliru diidentifikasi sebagai pelaku bom Boston. Dengan menahan tangis, ia menceritakan bagaimana ia memohon pada polisi untuk memulihkan nama baiknya.
Sulahaddin Barhoum, remaja 17 tahun asal Maroko, baru empat tahun lalu pindah bersama keluarganya ke Amerika Serikat. Ia menuturkan kisahnya sambil menggenggam sejumlah medali perlombaan lari, yang diikat dengan pita merah, putih, dan biru.
"Larut malam teman-temanku menelepon dan mengirim email ke aku, mereka bilang fotoku beredar di internet. Aku disebut sebagai tersangka bom Boston," kata dia seperti dimuat Daily Mail (18/4/2013). Fotonya bahkan terpampang di media massa, salah satunya situs New York Post.
Kabar itu tak ayal membuat Sulahaddin khawatir berat. "Aku ketakutan, tak pernah sebelumnya aku terjebak dalam masalah seperti ini. Aku mengkhawatirkan keselamatanku," kata dia.
Pukul 1.30 malam itu, ia langsung menelepon teman, meminta mengantarnya ke kantor polisi. "Aku berjalan ke lobi dan mengatakan pada petugas di sana, mungkin aku yang dicari FBI. Mereka tak tahu apa yang harus dilakukan."
Tak lupa Sulahaddin membawa sejumlah dokumen. Ia juga memberikan nomor jaminan sosial agar para petugas itu bisa mengeceknya.
"Mereka tak membawaku ke ruangan khusus, hanya terlihat menelepon beberapa kali, sebelum berkata, aku bebas."
Sulahaddin dan pelatihnya tertangkap kamera keamanan bergerak di dekat garis finis Senin lalu, sebelum bom meledak. Kala itu dia memakai atasan olahraga berwarna biru. Baik dia dan pelatihnya membawa tas hitam dan berusaha mendapat tempat terbaik untuk menonton perlombaan.
"Kami di sana untuk melihat pelari tercepat," kata dia, yang yang mewakili sekolahnya di perlombaan lari South Boston. Suatu saat nanti ia mengaku ingin berlaga di Olimpiade.
Namun, selain Sulaheddin yang bertindak melapor ke polisi, rekan-rekannya bertindak membelanya di dunia maya. Menyebut bahwa ia tak bersalah dan hanya "seorang anak SMU yang suka olahraga lari".
Dan benar, Sulaheddin tak bersalah. Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) telah secara resmi merilis foto dua tersangka.
Rekaman CCTV menangkap keberadaan dua pria, satu menggunakan topi baseball warna gelap, lainnya bertopi putih di dekat lokasi kejadian. Keduanya terlihat menggendong ransel berwarna hitam.
Kedua orang itu difoto saat berjalan bersama di dekat garis finis maraton sebelum terjadi ledakan. Salah satu dari dua pria itu terlihat menurunkan ransel di lokasi ledakan kedua, hanya beberapa menit sebelum bom itu merenggut nyawa dan harapan banyak orang.
Sulahaddin Barhoum, remaja 17 tahun asal Maroko, baru empat tahun lalu pindah bersama keluarganya ke Amerika Serikat. Ia menuturkan kisahnya sambil menggenggam sejumlah medali perlombaan lari, yang diikat dengan pita merah, putih, dan biru.
"Larut malam teman-temanku menelepon dan mengirim email ke aku, mereka bilang fotoku beredar di internet. Aku disebut sebagai tersangka bom Boston," kata dia seperti dimuat Daily Mail (18/4/2013). Fotonya bahkan terpampang di media massa, salah satunya situs New York Post.
Kabar itu tak ayal membuat Sulahaddin khawatir berat. "Aku ketakutan, tak pernah sebelumnya aku terjebak dalam masalah seperti ini. Aku mengkhawatirkan keselamatanku," kata dia.
Pukul 1.30 malam itu, ia langsung menelepon teman, meminta mengantarnya ke kantor polisi. "Aku berjalan ke lobi dan mengatakan pada petugas di sana, mungkin aku yang dicari FBI. Mereka tak tahu apa yang harus dilakukan."
Tak lupa Sulahaddin membawa sejumlah dokumen. Ia juga memberikan nomor jaminan sosial agar para petugas itu bisa mengeceknya.
"Mereka tak membawaku ke ruangan khusus, hanya terlihat menelepon beberapa kali, sebelum berkata, aku bebas."
Sulahaddin mengaku berada di kantor polisi selama 25 menit. Selama itu ia takut bukan kepalang. "Bayangkan, fotoku beredar luas di internet. Aku khawatir seseorang, orang yang tak waras, mungkin memburuku dan keluargaku," kata dia. "Aku punya dua adik perempuan, berusia 3 dan 7 tahun. Juga seorang adik laki-laki 15 tahun. Kami tak punya perlindungan."
Sulahaddin dan pelatihnya tertangkap kamera keamanan bergerak di dekat garis finis Senin lalu, sebelum bom meledak. Kala itu dia memakai atasan olahraga berwarna biru. Baik dia dan pelatihnya membawa tas hitam dan berusaha mendapat tempat terbaik untuk menonton perlombaan.
"Kami di sana untuk melihat pelari tercepat," kata dia, yang yang mewakili sekolahnya di perlombaan lari South Boston. Suatu saat nanti ia mengaku ingin berlaga di Olimpiade.
Namun, selain Sulaheddin yang bertindak melapor ke polisi, rekan-rekannya bertindak membelanya di dunia maya. Menyebut bahwa ia tak bersalah dan hanya "seorang anak SMU yang suka olahraga lari".
Dan benar, Sulaheddin tak bersalah. Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) telah secara resmi merilis foto dua tersangka.
Rekaman CCTV menangkap keberadaan dua pria, satu menggunakan topi baseball warna gelap, lainnya bertopi putih di dekat lokasi kejadian. Keduanya terlihat menggendong ransel berwarna hitam.
Kedua orang itu difoto saat berjalan bersama di dekat garis finis maraton sebelum terjadi ledakan. Salah satu dari dua pria itu terlihat menurunkan ransel di lokasi ledakan kedua, hanya beberapa menit sebelum bom itu merenggut nyawa dan harapan banyak orang.
Follow @wisbenbae