GuidePedia

0


Russia menolak bertanggungjawab terhadap serangan yg menghancurkan rumah seorang anak berusia lima tahun dan menewaskan 8 orang.


Omran Daqneesh setelah dirawat di Aleppo Media Centre

Para sukarelawan yg telah menyelamatkan seorang anak berusia lima tahun dari reuntuhan rumah keluarganya di Aleppo telah memberi peringatan ke kita bahwa tragedi yg sama terjadi "setiap hari" di kota-kota yg tepisah di Syria .

Sebuah foto bocah bernama Omran Daqneesh duduk sendirian di bagian belakang ambulan, tertegun dan berlumuran darah campur debu, menyebar ke penjuru dunia sebagai sebuah perlambang penderitaan yg masih terus terjadi terhadap warga tak berdosa di Syria.

Bibars Halabi berkata, dia dan kawan2 sukarelawan lainnya yg tergabung dalam sebuah gerakan bernama Syrian Civil Defence group (HANSIP Siria), juga dikenal sebagai Orang2 bertudung Putih, bersigera ke apartemen yg hancur setelah menerima laporan serangan udara, Rebo malem.

“Anak lelaki pertama yg kita selamatkan adalah si Omran,” tukas dia lagi, "Kawan saya segera membopongnya ke ambulan dan menidurkannya di sebuah kursi dan segera menghambur lagi guna mencari keluarganya yg mungkin masih bisa diselamatkan. 

“Hatiku hancur melihat si Omran tapi orang perlu tahu bahwa hal beginian adalah kejadian harian di sini. 

“Tiap hari kita menyelamatkan anak-anak dan keluarga mereka. Tiap hari saya melihat orangtua yg trauma setelah kehilangan seorang anak atau tidak sanggup menemukan mereka di reruntuhan gedung. Baru kali ini lah tertangkap kamera.”

Orang-orang bertudung putih, yg dinominasikan hadiah Nobel untuk kerja kemanusiaan mereka itu di daerah perang Syria, secara terjadwal mengirim rekaman dan gambar menyedihkan dari wilayah pengeboman.

Tapi tidak ada gambar yg diperhatikan dunia seperti gambar si Omran ini, dengan pengaruh yg sepertinya mirip seperti kejadian kematian Aylan Kurdi, anak Syria berumur 3 tahun yg mayat tenggelamnya difoto ketika sedang terdampar di pantai Tuki. 

Pak Halabi berkata bahwa dia ingin menghentikan pengeboman “Russia dan pemerintahan Syria” seraya menunjukkan ribuan korban jiwa di wilayah Aleppo, : “Saya peduli tentang Omran, Samir atau Ahmad, Saya peduli semua korban pembantaian yg sekarang terjadi. Saya peduli semua anak -anak Aleppo.”

Russia menghindar dari pertanggungjawaban untuk serangan udara hari Rabu lalu di wilayah Qaterji , yg membunuh setidaknya delapan orang termasuk lima anak.


Kemenhan Russia menekankan bahwa mereka tidak pernah menargetkan wilayah berpenduduk dan tetap menyalahkan “terroris”, yg berarti pemberontak, untuk semua kebrutalan itu.

Tapi para pengamat telah menuduh Angkatan Bersenjata Russia telah membunuh ribuan rakyat sipil Syria selama setahun pemboman udara dalam rangka mendukung Presiden Bashar al-Assad.

Di wilayah timur Aleppo, di mana Omran dan keluarganya menjadi korban, telah dibombardir bertahun-tahun setelah diambil alih oleh kelompok oposisi di awal perang saudara Syria.

Mahmoud Raslan, seorang aktivis yg mengambil gambar ikonik ini berkata bahwa pemboman hari Rabu ini terjadi sesaat setelah sholat Isya. Berbicara dalam sebuah wawancara dengan kelompok Advokasi Kampanya Syria, ketika dia tiba di gedung tersebut dia melihat 3 mayat sudah dibawa.

Bocah lima tahun bernama Omran Daqneesh, dengan wajah berdarah, duduk dengan saudarinya di dalam ambulan setelah serangan udara di Aleppo (Reuters)

“Omran sangat menyentuh perasaanku karena dia hanya diam. Dia tidak menangis. Dia membisu seribu bahasa. Dia sangat terkejut,” kata Pak Raslan.

Saya jadi ingat bayi perempuan saya. Saya berfikir, bisa saja itu anak saya. Bisa saja itu anak siapapun di Aleppo atau Syria. Saya tergerak agar duni amelihat dan membicarakan foto ini. Saya bilang ke diris sendiri, saya harap foto anak-anak dan serangan di Syria akan jadi viral sehingga dunia mengerti hidup macam apa di sini.”

Omran, tiga saudaranya dan orangtuanya terluka dalam serangan tersebut tetapi masih hidup, saudari perempuanya yg berusia tujuh tahun menjalani operasi hari Kamis yg lalu.

Aleppo, yg terbelah di wilayah pemerintah dan pemberontak, telah menjadi pusat pemboman dan pertempuran tak berkesudahan walaupun ada percobaan untuk gencatan senjata berkali-kali.

Rombongan bantuan tidak bisa masuk ke kota ini selama berbulan-bulan, pertempuran terus berlangsung .


Keadaan di Aleppo tanggal18 Agustus 2016, dengan wilayah pemberontak dan serangan dalam warna hijau, pemerintah dalam warna merah dan Kurdi dalam warna kuning (Liveuamap)

Boris Johnson mendukung himbauan PBB untuk gencatan senjata 48 jam di hari Jum'at, guna mengirim bahan bantuan pokok seperti makanan dan persediaan obat2an kepada ribuan korban sipil yg terjebak pertempuran.

“Seluruh dunia terkejut melihat horror di Aleppo – pengeboman rakyat sipil yg tak berdosa, pembunuhan anak-anak yg tak terlindungi,” kata menlu Inggris tersebut.

“Solusi politik hanya bisa terjadi kalau pengeboman dan pembantaian ini dihentikan – sebuah pergantian dari rejim Assad ke sebuah pemerintahan baru yg bekerja demi kepentingan semua rakyat Syria.”

Kekerasan terus terjadi di hari Jum'at ketika kapal AL Rusia merudal para pemberontak dan pertempuran juga memuncak antara pejuang ISIS dan pemberontak dukungan Amerika, Syrian Democratic Forces di mana-mana.





Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top