GuidePedia

Naga Ulit Naga Umbang
Teguh di kulit sampai ke tulang
Besi Kuning pasak awak ku
Kulit Kijang Putih jubahku
Siapa yang berani menantangku
Terkena Petir meledak Guntur
Zulfaqar Ajal Maut

Royal Cervidae by Philip Brunner Collaboration with Taurean Bryant.




Kita menggunakan kulit kijang dan Handalam sebagai piranti supranatural, mengapa kulit kijang, apa itu handalam , dan marilah kita simak , apa dan bagaimana sampai terjadinya demikian , semoga berguna sebagai penambah wawasan bagi para penggemar dan praktisi supranatural.

Kijang atau Menjangan atau Rusa atau Mantjak , dalam hal ini pada thread ini akan saya fokuskan kepada sisi supranatural setelah terlebih dahulu kita lihat kutipan dari beberapa penjelasan tentangnya dari berbagai sumber.


89. Our sages and Tapasvins make use of tiger-skins or deer-skins. Does it not amount to sinful violence to kill an animal or get it killed, particularly in the case of those who are out for spiritual advancement? Does it not sound suicidal for a hermit to sit all his life on the skin of a dead animal and aspire for deliverance or Mukti for himself?The most important point to remember in connection with the use of deer-skin or tiger-skin as Asana or seat is that the animal is never killed for obtaining its skin. The deer was always a part of the ancient Ashrams of Sannyasins and Maharshis; and they should have found the skin of the deer, when it died its natural death, an easily procurable material for the Asan. To those living in dense jungles, therefore, deer-skin and the bark of trees should have been more easily and abundantly available than cloth.Tiger-skins, too were procured in a similar way, though much less numerically, and that accounts for the wider use of the deer-skin as Asana. In fact, Mriga-charma is prescribed for Asana; and Mriga means deer.From the spiritual point of view, the sages found that doing Sadhana seated on a deer-skin was highly conducive to Siddhi. The power generated in the body through Sadhana was preserved by the skin.

sumber : http://chestofbooks.com/new-age/yoga…s-Part-26.html

89. Orang bijak dan Tapasvins menggunakan kulit macan atau kulit rusa. Apakah itu bukan tindak kekerasan dan berdosa membunuh binatang atau mendapatkannya mati, terutama dalam kasus mereka yang berusaha untuk kemajuan rohani? Apakah itu tidak terdengar konyol bagi pertapa karena duduk sepanjang hidupnya pada kulit hewan tersebut dan bercita-cita untuk pembebasan atau Mukti untuk dirinya sendiri?

jawaban:

Hal yang paling penting untuk diingat sehubungan dengan penggunaan kulit rusa-kulit kijang atau kulit macan sebagai Asana atau tempat duduk adalah bahwa hewan ini tidak dibunuh untuk mendapatkan kulitnya. Rusa/kijang selalu menjadi bagian dari Ashram kuno Sannyasins dan Maharshis, dan mereka harus menggunakan kulit rusa/kijang, yang meninggal secara alami, bahan bisa didapat dengan mudah untuk Asan itu. Untuk mereka yang tinggal di hutan lebat, karena itu, rusa-kulit dan kulit pohon seharusnya lebih mudah dan banyak tersedia dari pada menggunakan kain.

kulit macan juga yang diperoleh dengan cara yang sama, meskipun jauh lebih rumit, dan bahwa biaya tinggi untuk penggunaan dari kulit rusa-sebagai Asana. Bahkan, Mriga-Charma diresepkan untuk Asana, dan Mriga berarti rusa.Dari sudut pandang spiritual, orang bijak menemukan bahwa melakukan Sadhana duduk di atas kulit rusa-adalah sangat kondusif untuk Siddhi. Daya yang dihasilkan dalam tubuh melalui Sadhana terjaga oleh kulit tersebut. ada suatu anggapan dasar bahwa kulit yang sangat berbulu mengakibatkan efek pheromone dalam jumlah yang besar dan atau sangat kuat. jika dalam hal ini kulit kijang, sayangnya belum ada penelitian yang kujumpai tentang analisa kandungan pheromone yg dihasilkannya namun Misik Hitam dan Misik Putih serta Kasturi. itu berasal dari keringat Kijang Gunung yang kemudian mengkristal

sumber yang menjelaskan tentang hal tersebut ialah :
metafisis.wordpress.com/2011/08/21/khasiat-minyak-kasturi-untuk-pengobatan-fisik-psikis-gangguan-jin-dan-sihir/

isi tulisan sebagai berikut: Sebenarnya, istilah kasturi (bahasa Inggeris: musk) merujuk kepada kandungan yang terdapat dalam bintil kelenjar kijang jantan. Walaupun kerap ditemukan di bahagian antara perut dan genital, kasturi juga kadang tumbuh di bagian-bagian lain hewan tersebut, seperti di leher, badan atas dan juga kepala. Apabila tertanggal atau dipotong dari tubuh kijang tersebut, bintil kasturi yang mengering warna dan kandungan berwarna merah keperakan berubah menjadi hitam dan keras.

Jika ditekan kuat atau diketuk, butiran kecil akan keluar darinya dan bahan itulah yang dicampur bersama minyak atau ekstrak wangian beralkohol.

“Sejak ratusan tahun lalu, ia digunakan dalam pembuatan wangi-wangian. Kasturi juga bertindak sebagai biang penyebar bau harum selain itu dipercayai menjadikan bau harum lebih tahan lama. Di dalam dunia ini, hanya terdapat lima jenis hewan yang menghasilkan kasturi yaitu kijang jantan, lembu, musang, kura-kura dan tikus (tikus jenis tikus muskrat (Ondatra zibethicus), Paling populer adalah kasturi kijang jantan yang hidup di pergunungan Himalaya.

Dalam bidang perobatan tradisional Cina, kasturi dipercayai mampu mengembalikan kesadaran seseorang yang pingsan, melancarkan peredaran darah, , menghilangkan bengkak pada tubuh, menghilangkan rasa sakit dan merangsang penghentian/pembersihan darah haid.

Sebagaimana dalam hadits dikisahkan :

Dari ‘Aisyah r.a, “Seorang wanita bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang cara mandi dari haid. Beliau lalu memerintahkan wanita itu bagaimana cara mandi. Beliau bersabda: “Ambillah sepotong kapas yang diberi kasturi lalu bersucilah.” Wanita itu bertanya, “Bagaimana aku bersucinya? Beliau menjawab: “Bersucilah dengan kapas itu!”Wanita itu berkata lagi, “Bagaimana caranya aku bersuci?” Beliau bersabda: “Bersucilah dengan menggunakan kapas itu!” Wanita itu bertanya lagi, “Bagaimana caranya?” Maka Beliau berkata, “Subhaanallah. Bersucilah kamu!” Lalu aku menarik wanita itu kearahku, lalu aku katakan, “Kamu bersihkan sisa darahnya dengan kapas itu.” (HR al-Bukhari)Oleh kerana spesies kijang yang menghasilkan kasturi sukar ditemui, saintis Cina beralih kepada sains dan teknologi untuk mengembangkan potensi pengobatannya.

Ilmuan cina mengembangkan peternakan artifisial mamalia tersebut seterusnya mengekstrak bintil kasturi tanpa perlu membunuh kijang. Pengambilan bintil kelenjar itu secara berjadwal meningkatkan penghasilan kasturi sekali gus mendorong upaya reproduksinya.
 
Kasturi diyakini sebagai penawar ajaib di kalangan masyarakat konvensional di Nepal, Pakistan, Siberia dan Mongolia. Di India pula, penggunaan kasturi telah lama diserap dalam kaidah pengobatan Ayurveda.Pada pengobatan Ayurveda diyakini mampu meredakan penyakit asma, ekzema, demam, sakit kepala dan ulser.“Kegunaan paling popular adalah dalam industri pembuatan minyak wangi. Baik minyak wangi atau atar yang didatangkan dari Mekah atau India, terdapat juga pengusaha yang memasukkan butiran kasturi itu ke dalam botol penjualan minyak wangi yang akan menambah nilai harganya,”

Cimanggu Bogor 1985

Pada suatu malam dalam tidurku , seolah ada yang memanggil, Kebun Raya Bogor ditengah rerimbunan pohon besar , tiada rasa takut , terdengar suara keras “datanglah kemari malam hari , ambillah kulit kijang kencana ini untukmu “

kemudian terlihatlah pada pandanganku betapa bagus dan cantiknya kulit tersebut padanya terdapat rerajahan dalam bentuk dan simbol tulisan Arab yang tidak kumengerti akan tetapi aroma harum luar biasa dan pesonanya saja yang dapat kurasakan

demikianlah , setelah kejadian mimpi indah pada malam aku sering datang ke Kebon Raya Bogor pada siang harinya, karena takut dan belum berani jika datang pada malam hari sesuai panggilan dalam mimpi tersebut

kemudian sambil lalu pernah kudengar suatu kisah yang sangat tak masuk akal bahwa seluruh Kijang/Rusa yang banyak berkeliaran di Istana Kebon Raya Bogor jika malam menjelang Purnama Penuh, mereka semua lenyap , masuk dalam satu lobang yang sangat rahasia letaknya, lalu keesokan harinya sudah muncul kembali.

Kijang Kencana , kata mereka , menjadi pemimpin kawanan Rusa tersebut dan itulah yang dahulu pernah memanggilmu untuk diberikan hadiah sayangnya tidak engkau ikuti panggilan tersebut, tinggallah menjadi kenangan


Jika kita perhatikan pada gambar diatas , maka dapatlah dikatakan bahwa sepotong kulit kijang tsb , mengandung beberapa hal : unsur kulit kijang yang berkemungkinan diantaranya mengambil sifat efek pheromone  Tinta Za’faron atau Saffron , yang bersifat menstabilkan kerja jantung  Minyak Misik , untuk menguatkan kembali dan menyatukan antara Saffron dan kulit  Unsur Rajahan , yakni niat keinginan dalam bentuk do’a dan simbol atau magic square

maka berbagai unsur itu sendiri sudah memiliki getar nya masing-masing, sehingga jika semua itu digabungkan, adalah layaknya kerja Al Chemy dalam nuansa supranatural yang diharapkan dapat mempengaruhi kejiwaan seseorang sehingga me release inner self dan inner self akan membentuk pengaruh aura yang kuat dalam interaksi pergaulan dan atau hubungannya dengan gerak langkah seseorang terhadap seseorang yang lain

just in my humble opinion

semua kulit kijang tampaknya bisa dijadikan piranti supranatural

contoh:
Kijang Putih , ini diyakini di Kalimantan Barat sebagai sangat bertuah, biasanya tanduknya akan dijadikan gagang mandau (parang Dayak), atau dijadikan gagang tongkat dan kulitnya akan dijadikan pegangan/azimat. tradisi Dayak tentang Kulit Kijang ialah digunakan bersama-sama dengan kulit macan, pada suatu upacara khusus yang berisikan sumpah, maka kulit macan dan kulit kijang diangkat keatas dihadapkan kepada Matahari, kemudian mereka berteriak dengan sumpahnya untuk berharap diberikan solusi atas masalah yang diinginkan jalan keluarnya. 

Kijang Emas / Kijang Kencana , pada tradisi di Jawa Barat dan atau seluruh Jawa. kulit kijang emas ini diyakini bertuah untuk urusan asihan dan support dalam melariskan dagangan
Kijang Wulung , juga diyakini tuahnya sama dengan Kijang Kencana

di Indonesia jenis Kijang secara ilmu pengetahuan hanya dikategorikan sebagai 4 macam saja , yakni rusa bawean, rusa timor, dan rusa sambar serta KIjang (Muntiacus Muntjak). Jenis rusa yang asli Indonesia ini, bersama anggota genus Muntiacus lainnya, dipercaya sebagai jenis rusa tertua. Kijang berasal dari Dunia Lama dan telah ada sejak 15 – 35 juta tahun yang silam.

Air Mancur ,Pelataran Masjid Al Hijri1, UIKA Bogor 1986

Sudah lama aku perhatikan setiap kali selesai makan mie ayam pangsit, disebelah warung si akang itu orangnya kalem, tidak banyak omong, namun dagangannya selalu laris. dan setiap kali kumelihat selalu saja ada wanita wanita cantik yang mencarinya dan hanya sekedar mengajak ngobrol kemudian pergi

suatu hari karena penasaran , kuajak si akang itu berbincang , dan.. keluarlah suatu rahasia dia menunjukkan sesuatu kepadaku dan itu katanya. Handalam, apa itu handalam, aku bertanya . dijawabnya.. ooh ini kulit anak mencak (orang Sunda selalu mengatakan kijang ialah Mentjak atau Mencek )

“saya mendapatkan ini dari Ajengan (orang yang dituakan dan setara dengan Ustadz)di kampung dengan mahar Rp 500.000″ ujarnya dengan lugunya (perbandingan Rupiah masa itu ialah , semangkok mie ayam masih Rp 500,- sekarang semangkok Mie Ayam kurang lebih Rp 7000,-. berarti 10 x lipat lebih. maka sekarang Handalam bisa berharga 5 jutaan)

dia mengatakan, jika semenjak membawa handalam, usahanya maju pesatdan banyak wanita yang tertarik mau menjadi isterinya

Kijang (Muntiacus muntjak) Rusa Asli Indonesia

Kijang atau Muntiacus muntjak merupakan salah satu rusa asli Indonesia. Kijang merupakan salah satu dari 4 jenis rusa yang dimiliki Indonesia selain rusa bawean, rusa timor, dan rusa sambar. Khusus di Indonesia, kijang dapat ditemukan mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali hingga Lombok.

Jenis rusa yang asli Indonesia ini, bersama anggota genus Muntiacus lainnya, dipercaya sebagai jenis rusa tertua. Kijang berasal dari Dunia Lama dan telah ada sejak 15 – 35 juta tahun yang silam.

Kijang (Muntiacus munjak) jantan

Di Indonesia, kijang dikenal juga sebagai menjangan atau kidang. Dalam bahasa Inggris Kijang disebut sebagai Southern Red Muntjac, Barking Deer, Bornean Red Muntjac, Indian Muntjac, Red Muntjac, atau Sundaland Red Muntjac. Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) kijang dinamai Muntiacus muntjak (Zimmermann, 1780) yang mempunyai sinonim Cervus moschatus (Blainville, 1816), Cervus muntjak (Zimmermann, 1780), Cervus pleiharicus(Kohlbrugge, 1896), Muntiacus bancanus (Lyon, 1906), dan Muntiacus rubidus (Lyon, 1911).

Subspesies Kijang.

Terdapat sedikitnya 15 subspesies kijang (Indian Muntjac) di seluruh dunia. Ke-15 subspesies itu antara lain: M. m. annamensis (Indochina), M. m. aureus(semenanjung India), M. m. bancanus (Kepulauan Banka), M. m. curvostylis (Thailand),M. m. grandicornis (Burma), M. m. malabaricus (India Selatan dan Sri Lanka), M. m. montanus (Sumatera), M. m. muntjak (Jawa dan Sumatra bagian selatan), M. m. nainggolani (Bali dan Lombok), M. m. nigripes (Vietnam), M. m. peninsulae (Malaysia), M. m. pleicharicus (Kalimantan), M. m. robinsoni (Pulau Bintan dan Kepulauan Lingga), M. m. rubidus (Kalimantan), M. m. vaginalis (Burma dan Cina).

Ciri Fisik dan Perilaku.

Kijang atau menjangan mempunyai tubuh berukuran sedang, dengan panjang tubuh termasuk kepala sekitar 89-135 cm. Ekornya sepanjang 12-23 cm sedangkan tinggi bahu sekitar 40-65 cm, dengan berat mencapai 35 kg. Rata-rata umur Kijang bisa mencapai 16 tahun.

Mantel rambut kijang (Muntiacus muntjak) pendek, rapat, lembut dan licin. Warna bulunya bervariasi dari coklat gelap hingga coklat terang. Pada punggung kijang terdapat garis kehitaman. Daerah perut sampai kerongkongan berwarna putih. Sedangkan daerah kerongkongan warnanya bervariasi dari putih sampai coklat muda.

Kijang jantan mempunyai ranggah (tanduk) yang pendek, tidak melebihi setengah dari panjang kepala dan bercabang dua serta gigi taring yang keluar.

Kijang atau menjangan (Muntiacus muntjak) merupakan binatang soliter. Kijang jantan menandai wilayahnya dengan menggosokkan kelenjar frontal preorbital yang terdapat di kepala mereka di tanah dan pepohonan. Selain itu kijang jantan juga menggoreskan kuku ke tanah atau menggores kulit pohon dengan gigi sebagai penanda kawasan.

Jenis rusa asli Indonesia ini biasanya aktif di malam hari meskipun sering kali tetap melakukan aktifitas di siang hari. Makanan utamanya adalah daun-daun muda, rumput, buah, dan akar tanaman.

Kijang merupakan binatang poligami. Jenis rusa ini tidak memiliki musim kimpoi tertentu sehingga perkimpoian terjadi sepanjang tahun. Kijang betina dapat melahirkan sepanjang tahun dengan usia kehamilan berkisar 6-7 bulan. Dalam sekali masa kehamilan, kijang melahirkan 1-2 ekor anak.

Habitat, Persebaran dan Konservasi. Kijang tersebar di berbagai negara meliputi Brunei Darussalam, China (Hainan, Sichuan, Yunnan), Indonesia, Malaysia, Thailand, Burma, dan Singapura. Di Indonesia, kijang dapat ditemukan di Sumatera, Bangka, Belitung, Kepulauan Riau, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Kalimantan.

Binatang asli Indonesia ini menyukai habitat hutan tropika yang memiliki aneka vegetasi, padang rumput, sabana, hutan meranggas. Kijang juga dapat mendiami hutan sekunder, daerah di tepi hutan, dan tepi perkebunan. Binatang ini mampu hidup di daerah dengan ketinggian mencapai 3.000 meter dpl.

Meskipun termasuk satwa yang dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999, populasi kijang dianggap belum terancam kepunahan. Oleh IUCN Redlist, kijang dikategorikan dalam status konservasi “Least Concern” sejak 1996.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Artiodactyla; Sub-ordo: Ruminantia; Famili: Cervidae; Subfamili: muntiacinae; Genus: Muntiacus; Spesies: Muntiacus muntjak. Nama Binomial: Muntiacus muntjak(Zimmermann, 1780). Nama Indonesia: Kijang, Kidang, Menjangan.

Perbedaan Rusa dan Kijang

Perbedaan rusa dengan kijang apa, ya?. Apakah antara rusa dan kijang ada bedanya?. Ataukah tidak berbeda karena baik kijang maupun rusa merupakan hewan yang sama hanya beda nama dan penyebutannya saja.

Perbedaan antara rusa dengan kijang ini pernah ditanyakan oleh seorang sahabat pembaca blog ini dalam postingan terdahulu yang membahas tentang kijang (Muntiacus muntjak) pada Januari 2011 silam.

Saya pun telah menguraikan perbedaan rusa dan kijang meskipun dengan sangat singkat. Kali ini saya akan mencoba menguraikan beberapa fakta yang diharapkan akan menjawab pertanyaan tentang rusa dan kijang sebagai hewan yang sama ataukah berbeda. Dan jika berbeda, apa saja perbedaannya.

Perbedaan Antara Rusa dan Kijang Secara Umum.

Rusa merupakan nama umum dalam bahasa Indonesia untuk menyebutkan semua famili Cervidae. Dalam bahasa Inggrisrusa sering “deer“. Di seluruh dunia terdapat sekitar 62 jenis (spesies) rusa. Dan dari semua jenis rusa tersebut 4 di antaranya merupakan spesies asli Indonesia yang di antaranya adalah Kijang (Muntiacus muntjak). Tiga spesies lainnya adalah Rusa Sambar(Cervus unicolor), Rusa Timor (Cervus timorensis), dan Rusa Bawean (Axis kuhli).

Rusa dari genus Cervus (rusa sambar dan rusa timor) dan Axis (rusa bawean bahkan rusa totol) di Indonesia sering kali hanya disebut sebagai “rusa” saja atau dalam bahasa Inggris disebut dengan “deer” dan “chital” (untuk genus axis). Sedangkan rusa dari genusMuntiacus di Indonesia dikenal sebagai “kijang” yang dalam bahasa Inggris disebut “muntjak”.

Nah dari gambaran secara umum ini semoga mulai memperjelas perbedaan antara rusa dengan kijang.

Perbedaan ukuran rusa dan kijang

Perbedaan Antara Rusa dan Kijang Secara Spesifik. Secara spesifik terutama berkenaan dengan ciri-ciri fisik ada beberapa hal yang bisa membedakan antara kijang dan rusa. Ukuran tubuh rusa lebih besar dibandingkan kijang. Rusa Indonesia yang paling besar adalah rusa sambar (Cervus unicolor). Kemudian diikuti oleh rusa timor (Cervus timorensis), rusa bawean (Axis kuhli) dan kijang (Muntiacus muntjak) dengan ukuran tubuh terkecil. 

Tanduk rusa (baik rusa sambar, rusa timor, maupun rusa bawean) bercabang tiga sedangkan pada kijang hanya bercabang dua. Tanduk ini hanya dimiliki oleh rusa dan kijang jantan.  Tanduk atau ranggah pada rusa lebih panjang dibandingkan tanduk kijang. Tanduk pada rusa sambar, rusa timor, maupun rusa bawean panjangnya melebihi panjang kepala mereka bahkan bisa mencapai 1 meter tingginya pada rusa sambar. Berbeda dengan rusa, tanduk kijang panjangnya hanya sekitar separo dari panjang kepalanya.
 
Gigi taring rusa tidak panjang berbeda dengan kijang yang memiliki gigi taring yang panjang dan keluar.
 
Antara kijang dengan rusa siapa yang paling cepat larinya?. Nah, perbedaan kecepatan lari ini yang saya tidak tahu. Mungkin lantaran belum pernah diadakan lomba lari antar rusa. Namun yang pasti, ‘kijang’ yang pernah saya naiki larinya cepat banget.

Mungkin di antara sobat ada yang hendak menambahkan perbedaan antara kijang dan rusa atau malah dapat menjawab pertanyaan; antara kijang dan rusa mana yang lebih cepat larinya?. Silakan di-share di sini.

Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Artiodactyla; Upaordo: Ruminantia; Famili: Cervidae

Misteri Kijang Emas Pegunungan Meratus



Pegunungan Meratus



REPUBLIKA.CO.ID, Keberadaan Kijang Emas di Kawasan Pegunungan Maratus diperkuat dengan diketemukannya tengkorak Kijang Emas di area perkebunan milik warga.

Menurut Pajarah Sub Korwil 08 HST, Mayor Sus Komaruddin melalui emailnya disampaikan ke LKBN Antara Banjarmasin, Sabtu (2/6) tengkorak kijang emas tersebut ditemukan saat tim penjelajah dan peneliti 2 yang dipimpin oleh Kapten Psk Efendi Hermawan sedang melaksanakan penelitian pada Senin (28/5) pukul 09.00 WITA di Desa Haratai Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).

Kijang Emas yang oleh warga setempat disebut Kijang Hilalang merupakan salah satu jenis kijang endemik Kalimantan yang sangat langka dan sulit ditemukan, karena sering diburu warga untuk dikonsumsi.

Kijang Mas diburu warga di area Gunung Haung Haung, sekitar lima jam perjalanan dari Desa Haratai dengan berjalan kaki.

Warga setempat menganggap Kijang Mas sebagai kijang biasa, sehingga kepala Kijang Emas dibuang tidak disimpan seperti halnya kijang lainnya yang memiliki nilai seni tersendiri.

“Saya dapat Kijang ini sekitar tiga bulan yang lalu di Gunung Haung Haung, disana kami sering memasang Jipah (jerat tali), tapi kepalanya saya buang di Huma, karena tidak menarik untuk dipajang di rumah,” kata Uncau (46), salah satu warga di Desa Haratai seperti dikutip Komaruddin.

Dari tengkorak yang ditemukan, salah satu anggota Tim Peneliti Ekspedisi Khatulistiwa 2012 Dr Ir Abdul Haris Mustari, M.Sc, yang terlibat langsung dalam kegiatan penelitian dan menemukan tengkorak tersebut mengatakan penemuan tengkorak kijang di Desa Haratai, dapat dikatakan sebagai Kijang Emas yang oleh warga sini disebut Kijang Hilalang.

Selanjutnya ia katakan, dari hasil perbandingan dengan tengkorak kijang biasa, terdapat perbedaan yang menyolok, Kijang Mas tidak terdapat sendi pada pangkal rangganya, masing-masing rangga memiliki satu cabang, ramping dan sedikit melengkung serta pedisel (tulang dibawah rangga) ramping dan melengkung.

Sedangkan kijang biasa mempunyai dua cabang pendek, lebih besar dan terdapat sendi pada pangkal rangga serta pedisel tebal dan lurus.

“Kijang Emas memiliki warna merah kekuningan dan terdapat garis gelap di sepanjang garis punggungnya, sementara kijang biasa berwarna kemerahan tua,” jelas Haris.

“Kijang Emas memang tergolong langka dan belum terdaftar, karena kekurangan dan sangat terbatasnya data-data tentang kijang tersebut, namun saat ini keberadaan Kijang Emas semakin langka dan hampir punah, daerah penyebarannya berada di hutan pegunungan yang sulit diakses manusia,” tambah Haris.

Sementara Wadan Sub Korwil 08/HST Mayor Inf Ardian Triwasana mengatakan dengan diketemukannya tengkorak Kijang Emas oleh tim peneliti Ekspedisi Khatulistiwa 2012 yang bergerak di daerah Loksado HSS, mudah-mudahan akan menjadi masukan bagi semua pihak, terutama warga Kalimantan Selatan untuk meneliti lebih lanjut.

Sumber : Republika
Dapatkan Wisbenbae versi Android,GRATIS di SINI ! 

Beli yuk ?

 
Top