Sartje Kaseh (kanan) saat diwawancarai di rumahnya, di Kampung Pangirolong. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro). Foto: Marchella Makasili/ Manado Post/JPG
SARTJE Kaseh sungguh mulia. Selama 11 tahun mengabdi sebagai guru sukarelawan yang tanpa digaji sepeser pun. Tapi dirinya rela membagikan ilmu kepada anak-anak di Taman Kanak-kanak (TK) Nasdapansa Pangirolong, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).
Meskipun hanya lulusan Pendidikan Guru Agama, sejak 2005, Sartje mulai mengabdikan diri mengajar anak-anak di TK Nasdapansa Pangirolong. Hingga sekarang. Sartje berbeda dengan guru lainnya. Ia benar-benar mengabdi dan berkeinginan selalu setia mendidik anak-anak hingga bisa sukses.
Di tempat mengajarnya, dari dulu hingga sekarang, terus berpindah dan belum memiliki gedung tetap. Kondisi sekolahnya pun terlihat hanya sebuah rumah yang dipinjam sebagai tempat belajar.
Juga tempat bermain bagi anak-anak TK di kampung tersebut. Selain terletak di perkampungan yang terbilang cukup kecil, jumlah guru yang mengajar pun hanya tiga orang.
Belum lagi jarak antara rumah dan sekolah sangatlah jauh. Setiap pagi, sebelum jam menunjukkan pukul 05.00 Wita, Sartje harus menyiapkan segala kebutuhan keluarga. Dia melayani suami dan anak-anak. Sekira pukul 07.00 Wita, Sartje melanjutkan tugasnya mengabdi menjadi guru TK.
Untuk menjalankan pengabdiannya ini, hampir setiap hari dia rela berjalan kaki sekira satu kilometer lebih. Dari rumahnya hingga sekolah.
“Setiap pagi saya harus berjalan kaki ke sekolah. Sampai tetangga yang lain sering teriak, ibu sudah mau terlambat. Saya berjalan dengan cepat,” ujarnya sambil tertawa.
Meski hanya seorang guru sukarelawan, Sartje sangat bertanggung jawab terhadap profesi yang sekarang dijalaninya. Sedikitpun ia tak pernah mengeluh. Apalagi berniat berhenti menjadi tenaga guru sukarelawan.
Sartje merupakan sosok guru yang disenangi murid-muridnya. Karena memang Sartje adalah pribadi yang baik, setia, serta sangat teladan dan bertanggung jawab.
Mengapa ia mau mengajar di tempat sejauh itu bahkan tidak digaji? Sartje hanya menjawab, pastilah tak banyak orang yang mau mengajar dengan rela di kampung ini.
Anak-anak muda berpendidikan pun sekarang banyak. Tapi tidak mempunyai niat untuk mengabdi di kampung sendiri. Sudah 11 tahun ini, saya tidak pernah lelah untuk mengajar.
“Sampai kapan pun, saya tetap akan mendidik anak-anak di Kampung Pangirolong,” katanya berkaca-kaca saat ditemui Manado Post di rumahnya.
Semangat serta keteladanannya selama 11 tahun sangatlah besar. Khususnya bagi anak-anak yang bersekolah di sana. Anak-anak didiknya ada yang sudah meneruskan ke pendidikan lebih tinggi.
Itu kerinduan Sartje. Melihat anak-anak didiknya terus melanjutkan pendidikan. Menggapai cita-cita. “Jika mereka sukses, saya yang akan tersenyum bahagia,” tandasnya
Post a Comment Blogger Facebook